Laman

Minggu, 14 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (773): Proporsi Sejarah, Setiap Daerah Tidak Memaksakan Sejarah; Para Pahlawan Mewakili NKRI


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Narasi sejarah negara-negara di dunia tidak sama, dan juga pengolahan narasinya juga tidak sama, Penulisan narasi sejarah di setiap negara tergantung misi politik. Namun tidak tertutup kemungkinan pengingkaran metodologi sejarah. Secara teoritis sejarah adalah narasi fakta dan data. Di Indonesia penentuan nama pahlawan sangat krusial karena bisa jadi narasi yang diusulkan berbeda dengan fakta yang sebenarnya. Proses penentuan pahlawan lebih pada prosedural daripada metodologis. Tidak jarang terjadi pengusulan bersifat kontroversi yang menimbulkan perdebatan.


Prosedur pemberian gelar Pahlawan Nasional dan fungsi Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) sebenarnya tidak mencerminkan negara kesatuan Indonesia (NKRI). Karena dalam pelaksanaannya lebih bersifat administratif pemerintah (berdasarkan provinsi) yang kemudian memiliki kecenderungan bahwa setiap daerah (provinsi) diukur dari berapa banyaknya pahlawan Indonesia yang bergelar Pahlawan Nasional. Dalam hal ini yang terjadi adalah pemerataan pahlawan nasional. Okelah itu satu hal. Hal lainnya adalah bahwa para pahlawan (Pahlawan Nasional) umumnya individu yang memiliki peran di masa lalu dalam proses menjadi Indonesia. Oleh karena itu fungsi ilmu sejarah dan peran para sejarawan diperlukan. Yang dimaksud sejarawan dalam hal ini adalah ahli sejarah yang melakukan riset sejarah terhadap siapa yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Namun jika prosedur dan peran TP2GP yang terus diandalkan maka suatu waktu ada pemekaran provinsi, mlalu di wilayah provinsi baru tidak ada yang masuk list Pahlawan Nasional maka peluang menominasikan pahlawan baru sangat besar. Padahal Republik Indonesia mengusung negara kesatuan, yang artinya Pahlawan Nasional itu tidak memandang karakteristik tertentu. Siapa yang pantas menjadi pahlawan nasional itu saja yang ditabalkan.

Lantas bagaimana sejarah proporsi sejarah, setiap daerah tidak perlu memaksakan sejarah, para Pahlawan Indonesia telah mewakili semua bangsa (NKRI)?  Seperti disebut di atas, narasi sejarah Indonesia tidak terhindarkan dari hal politis baik dalam buku pelajaran sejarah maupun dalam penentuan status Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah proporsi sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Proporsi Sejarah, Setiap Daerah Tidak Memaksakan Sejarah, Para Pahlawan Mewakili NKRI

Tunggu deskripsi lengkapnya

Para Pahlawan Mewakili NKRI: Narasi Sejarah Harusnya Apa Adanya, Sejarah adalah Narasi Fakta dan Data

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar