Laman

Jumat, 02 September 2022

Sejarah Jambi (13): Pegunungan 30, Sisa Zaman Kuno dan Penduduk Asli; Taman Nasional Orang Utan Harimau Gajah Badak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini

Salah satu penanda zaman kuno di pantai timur Sumatra, khususnya di wilayah provinsi Jambi yang sekarang adalah Pegunungan 30 (Bukit Tigapuluh). Sejumlah pulau-pulau sebelum terbentuk dataran rendah Jambi yang mana salah satu pulau tersebut kini dikenal Pegunungan 30. Tentu saja saat itu bukan habitat hewan besar Sumatra (yang berbeda dengan masa ini). Wilayah Pegunungan 30 adalah sisa Zaman Kuno yang kini ditetapkan menjadi Taman Nasional yang sesui ecositem flora danm fauna khususnya hewan besar Sumatra.


Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (juga disebut Bukit Tigapuluh) adalah taman nasional yang terletak di Sumatra, Indonesia. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh terletak pada lintas provinsi dan kabupaten, yaitu di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir di provinsi Riau, dan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat di provinsi Jambi. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ditetapkan sebagai kawasan taman nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 539/KPTS-II/1995. Taman ini memiliki luas kira-kira 143.143 hektare dan secara ekologi, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh merupakan kawasan yang memiliki tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah, sehingga mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan hampir seluruh spesies flora dan fauna di Pulau Sumatera, terdapat di kawasan taman nasional ini. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh merupakan tempat terakhir bagi spesies terancam seperti orang utan sumatra, harimau sumatra, gajah sumatra, badak sumatra, tapir asia, beruang madu dan berbagai spesies burung yang terancam. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh juga merupakan tempat tinggal bagi Orang Rimba dan Orang Talang Mamak.(Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah pegunungan 30 sisa zaman kuno dan penduduk asli Sumatra? Seperti yang disebut di atas, wilayah Pegunungan 30 atau Bukit 30 kini dijadikan sebagai Taman Nasional yang sangat berguna untuk habitat orang utan, harimau, gajah, badak dan tapir. Tman nasional juga menjadi ekologi bagi penduduk asli. Lalu bagaimana sejarah Pegunungan 30 sisa zaman kuno dan penduduk asli Sumatra? Seperti disebut di atas, dari sejarah candi inilah sejarah Jambi mulai dinarasikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pegunungan 30 Sisa Zaman Kuno dan Penduduk Asli; Kini Taman Nasional Orang Utan, Harimau, Gajah, Badak, Tapir

Tunggu deskripsi lengkapnya

Taman Nasional Habitat Orang Utan, Harimau, Gajah, Badak, Tapir: Taman Nasional Ekologi Penduduk Asli

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar