Laman

Jumat, 16 September 2022

Sejarah Jambi (40): Area Gambut di Daerah Aliran Sungai Batanghari; Geomorfologi dan Mangapa Ada Gambut di Sarolangun?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini  

Wilayah Indonesia pada masa kini, terbilang wilayah yang memiliki lahan gambut yang luas. Kawasan gambut yang sangat luas terdapat di pantai timur Sumata (bagian tengahj dan selatan), pantai barat dan pantai selatan Kalimantan serta pantai selatan Papua. Namun uniknya lahan gambut juga ditemukan di pedalaman Sumatra, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut di pedalaman di Sumatra ditemukan di wilayah (kabupaten) Sarolangun. Mengapa bisa? Bukankah pantai jauh di pantai timur?


Adanya area gambut di pedalaman adalah suatu yang khas. Tanah gambut biasanya dihubungkan dengan pembentukan tanah baru di muara-muara sungai dengan kandungan garam yang lebih tinggi relatif terhadap tanah-tanah vulkanik dan alluvial. Tanah gambut dapat ditanimi tetapi kurang subur, namun dapat ditingkatkan dengan metode tertetu. Tanah gambut sendiri adalah fosil dan pelapukan/pembusukan bahasa fosil seperti sampah vegetasi. Proses pembusukannnya relatif tidak sempurna jika dibandingkan dengan batubara. Batubara dapat menjadi sumber bahan bakar yang baik, terutama untuk kapal-kapal uap tempo doeloe. Sedangkan gambut dalam kondisi kering dapat terbakar, dan sulit dipadamkan karena baranya dapat mencapai kedalaman tertentu.

Lantas bagaimana sejarah gambut dan batubara di Jambi? Seperti yang disebut di atas, lahan gambut yang cenderung mengandung garam sangat luas di pantai timur Sumatra termasuk di wilayah Jambi. Secara geomorfologi daerah aliran sungai Batanghari, mangapa ada lahan gambut di wilayah Sarolangun? Lalu bagaimana sejarah gambut dan batubara di Jambi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta gambut di wilayah Jambi

Gambut dan Batubara; Geomorfologi Daerah Aliran Sungai Batanghari, Mangapa Ada Gambut di Sarolangun?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mangapa Ada Gambut di Sarolangun? Laut Pegunungan dan Danau Pegunungan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar