Laman

Kamis, 06 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (30):Orang Laut di Belitung Tempo Dulu; Kini. Orang Sekak di Bangka - Orang Ameng Sewan di Belitung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Apakah masih ada orang laut yang masih hidup dengan kehidupannya di laut Indonesia? Mungkin ada mungkin tidak. Yang pasti tempo doeloe orang laut sudah dikenal luas karena dikenal hidup di laut. Pada masa itu, navigasi pelayaran di laut masih menjadi moda transportasi yang penting. Orang Laut menjadi bagian tak terpisahkan dalam navigasi pelayaran. Bagaimana dengan orang Laut sendiri di Bangka dan Belitung tempo doeloe?


Suku Laut atau sering juga disebut Orang Laut adalah suku menghuni kepulauan Riau. Istilah Orang Laut mencakup "berbagai suku dan kelompok yang bermukim di pulau-pulau dan muara sungai di kepulauan Riau-Lingga, pulau Tujuh, kepulauan Batam, dan pesisir dan pulau-pulau di lepas pantai Sumatra Timur dan Semenanjung Malaya bagian selatan." Sebutan lain adalah Orang Selat. Orang Laut dirancukan dengan suku bangsa maritim lainnya, Orang Lanun. Secara historis, Orang Laut adalah perompak. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke pelabuhan kerajaan-kerajaan. Bahasa Orang Laut memiliki kemiripan dengan Bahasa Melayu. Saat ini mereka umumnya bekerja sebagai nelayan. Seperti suku Bajau, Orang Laut dijuluki sebagai "kelana laut", karena berpindah-pindah di atas perahu. Orang Laut memegang peranan penting dalam mendukung kejayaan kerajaan-kerajaan di Selat Malaka. Pada zaman Sriwijaya mereka berperan sebagai pendukung imperium. Saat Belanda bermaksud menyerang Johor yang mulai bangkit menyaingi Malaka--yang pada abad ke-17 direbut Belanda atas --Sultan Johor mengancam untuk memerintahkan Orang Laut untuk menghentikan perlindungan Orang Laut pada kapal-kapal Belanda. Pada 1699 Sultan Mahmud Syah, keturunan terakhir wangsa Malaka-Johor, terbunuh. Orang Laut menolak mengakui wangsa Bendahara yang naik tahta sebagai sultan Johor yang baru. Ketika pada 1718 Raja Kecil, mengklaim hak atas tahta Johor, Orang Laut memberi dukungannya. Namun dengan dukungan prajurit-prajurit Bugis Sultan Sulaiman Syah dari wangsa Bendahara berhasil merebut kembali tahta Johor. Dengan bantuan orang-orang Laut (orang suku Bentan dan orang Suku Bulang) membantu Raja Kecil mendirikan Kesultanan Siak. Pada abad ke-18 peranan Orang Laut sebagai penjaga Selat Malaka untuk Kesultanan Johor-Riau pelan-pelan digantikan oleh suku Bugis (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Orang Laut di Bangka dan Belitung tempo doeloe? Seperti disebut di atas pada masa ini disebut keberadaan Orang Sekak di Bangka dan Orang Ameng Sewan di Belitung. Orang Laut hidup di laut. Lalu bagaimana sejarah Orang Laut di Belitung tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang Laut di Belitung Tempo Doeloe; Orang Sekak di Bangka dan Orang Ameng Sewan di Belitung

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Sekak di Bangka dan Orang Ameng Sewan di Belitung: Suku di Laut Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar