Laman

Kamis, 13 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (42):Tempat Nama Cina di Pulau Belitung; Nama-Nama Tempat di Belitung, Hindoe Boedha-Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada nama-nama tempat asal Tiongkok di Indonesia? Tentu saja ada sejak era VOC/Belanda. Di Jakarta, pada era Batavia adalah nama Pecking (menjadi Pesing). Namun yang menjadi menarik pada era Hindia Belanda di (pulau) Belitung cukup banyak nama-nama tempat yang memiliki padanan dengan nama lokal. Nama-nama local ini ada yang berasal dari era Hindoe Boedha. Nama-nama Cina muncul pada era Hindia Belanda sehubungan dengan komunitas orang Cina dalam pertambangan timah di Belitung. Nama-nama Cina tersebut hanya terbatas di district Tandjoeng Pandan dan district Boeding plus district Dendang. Mengapa?


Pada saat permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di (kepulauan) Belitung, wilayah dibagi ke dalam lima district: Tandjoeng Pandan, Boeding, Manggar, Lenggang dan Dendang. Pejabat pemerintah di pulau adalah seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Tandjoeng Pandan. Pembentukan cabang pemerintahan di Belitung ini sehubungan dengan kehadiran swasta dalam pembangunan. Dalam hal ini pembangunan di (kepulauan) Belitung adalah eksploitasi pertambangan timah. Perusahaan yang berinvestasi adalah Billiton Maatschappij (sejak 1851). Pembukaan tambang di district Tandjong Pandan dimulai segera setelah BM memulai pekerjaan pertama. Area tambang pertama di Lesoeng Batang tahun 1851. Pembukaan tambang berikutnya di district Manggar dimana produksi pertama tahun 1863; kemudian disusul di district Boeding dengan produksi pertama tahun 1865. Selanjutnya dibuka di district Dendang dengan produksi pertama tahun 1868. Terakhir, pembukaan tambang di district Lenggang dengan produksi pertama tahun 1881.

Lantas bagaimana sejarah tempat nama Cina di pulau Belitung? Seperti disebut di atas, nama-nama tempat dengan nama Cina di Belitung terjadi pada era Hindia Belanda. Hal itu sehubungan dengan keberadaan komunitas asal Tiongkok yang bekerja di pertambangan timah. Nama-Nama tempat di Belitung sudah ada sejak era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah tempat nama Cina di pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Tempat Nama Cina di Pulau Belitung; Nama-Nama Tempat di Belitung Era Hindoe Boedha - Hindia Belanda

Cabang Pemerintah Hindia Belanda di (kupulauan) Belitung pada dasarkanya dimulai pada tahun 1827 seiring dengan penempatan Asisten Residen berkedudukan di Tanjoeng Pandan. Kampong utama pada saat di pulau Belitung adalah Tjeroepoet (di arah hulu sungai Tjeroepoet). Pada muara sungai ini kota Tandjoeng Pandang dibangun. Jauh Beberapa tahun sebelumnya di selatan tanjong di muara sungai Tjeroepoet ini sudah dibangun benteng (sejak 1922). Pada fase inilah dapat dikatakan pulau Belitung yang memiliki potensi tambang mulai dieksploitasi. Namun fungsi pemerintahan yang mengatur pertambangan timah belum ada.


Dalam perkembangannnya di pulau Bangka di sejumlah kota utama ditempatkan pejabat pemerintah dengan jabatan administrator. Jabatan ini dihubungkan dengan fungsi pengaturan pertambangan timah. Sementara itu dalam perkembangannya di pulau Belitung hanya diangkat pemimpin local di Belitung (Pengeran Sjarif Hasim). Pemimpin local ini kemudian digantikan oleh Depati Tjakradiningrat (lihat Almanak 1946). Pada tahun 1948 Residentie Banka disebut Residentie Banka en Onderh.

Seiring dengan masuknya swasta dalam usaha pertambangan ke pulau Belitung (Billiton Mij). Pemerintah Hindia Belanda kembali menempatkan Asisten Residen di pulau Belitung (Afdeeling Billiton). Pada tahun 1852 dua orang asministratur Billiton Mij ditempatkan di pulau Belitung (CG van Haeften dan JVF den Dekker). Untuk pemimpin local masih dijabat oleh Depati Tjakradiningrat. Dengan nama/gelar Tjakradiningrat diduga berasal dari Jawa/Madoera.


Usaha pertambangan di pulau Bangka dikelola oleh pemerintah sendiri. Administratur di sejumlah kota merupakan wakil pemerintah yang difungsikan untuk pengaturan pertambangan dan pembangunan penduduk, Sementara itu di pulau Belitung, hak penguasaan pertambangan timah diberikan kepada swasta dalam bentuk konsesi. Swasta (Bill. Mij) focus pada usaha pertambangan, pemerintah yang diwakili Asisten Residen mulai membina penduduk.

Asisten Residen HG Dielwart dan Depati Tjakradiningrat berkolabora dalam pengembangan pembangunan di pulau Belitung. HG Dielwart kemudian digantikan oleh JLE Schepern. Dalam perkembangan lebih lanjut sehubungan dengan komunitas orang Cina yang meningkat seiring dengan kegiatan pertambangan diangkat pemimpin komunitas Cina Lim Boon Goan dengan pangkat kapten (lihat Almanak 1859).


Pada fase ini Afdeeling Belitung dibangi ke dalam sejumlah district (Tandjoeng Pandan, Sidjoek, Badouw, Blantoe, Boeding dan Linggang). Masing-masing district dipimpin oleh seorang kepala distrik. Para kepala district ini berada di bawah Depati Tjkaradiningrat. Di Sidjoek diangkat seorang letnan Cina (membantu Kapten Cina Lim Boon Goan di Tandjoeng Pandan). Secara teknis struktur pemerintah di Afdeeling Belitung dapat dikatakan sudah lengkap pada tahun 1859. Dengan demikian, Bill. Mij di Belitung semakin konsentrasi pada bidangnya (sebagai perusahaan swasta pertama di Hindia Belanda).

Pertambangan timah sendiri di pulau Belitung sepenuhnya berada di dalam konsesi Bill. Mij. Area tambang pertama yang dibuka berada di Lesoeng Batang pada tahun 1851. Namun area Lesoeng Batang ini tidak potensial sehingga area baru dibuka tahun 1852 di Lagoendi. Area Lagoendi ini sangat potensial. Pada tahun berikutnya 1853 dibuka lima area baru. Hingga tahun 1860 sudah dibuka tambang sebanyak 23 area. Semua area tambang ini baru berada di district Tandjoeng Pandan.


Selain area-area tambang yang diusahakan oleh Bill. Mij, juga ada area-area tambang yang diusahakan penduduk dan kontraktor-kontraktor asal Tiongkok. Dalam hal inilah fungsi pemerintah (Asisten Residen) dan pemimpin local berperadan, dan juga pemimpin komunitas Cina di Tandjoeng Pandan dan di Sodjoek. Para pemimpin Cina ini selain memiliki jabatan (kapten dan letna) juga pemilik usaha, termasuk dalam perdagangan komersil.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama-Nama Tempat di Belitung Era Hindoe Boedha hingga Hindia Belanda: Nama Lama, Nama Baru dan Nama Hilang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar