Laman

Rabu, 12 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (802): Tidak Semua Berbahasa Melayu, Orang Melayu; Bahasa Inggris Jadi Bahasa Lingua Franca


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Orang Melayu di Indonesia adalah salah satu suku. Orang Melayu juga terdapat di wilayah Singapura, Malaysia, Brunai dan lainnya. Siapa Orang Melayu? Mereka yang mengidentifikasi diri dan berafiliasi dengan Orang Melayu. Lalu, siapa yang berbahasa Melayu? Tentu saja ada yang berbahasa Melayu selain Orang Melayu. Lantas, apakah ada Orang Melayu yang tidak berbahasa Melayu?


Bahasa Melayu adalah satu hal. Orang Melayu adalah hal lain lagi. Bahasa Melayu terdiri banyak dialek. Perbedaan dialek mengindikasikan perbedaan kelompok populasi. Hal itulah mengapa ada yang mengidentifikasi di sebagai Orang Jambi, Orang Palembang, Orang Betawi dan sebagainya. Lantas bagaimana terbentuknya bahasa Melayu? Secara historis bahasa Melayu terbentuk dari perpaduan bahasa Sanskerta dan bahasa-bahasa daera, seperti bahasa Jawa dan bahasa Batak. Lalu bagaimana terbentuknya suku Melayu? Satu yang umum diketahui di wilayah Malaysia (khususnya) Semenanjung Malaya, siapapun, dari mana pun berasal, jika seseorang berbahasa Melayu, beragama Islam dan mengikuti tradisi Orang Melayu, maka mereka didientifikasi atau mengidentifikasi sebagai Orang Melayu. Tentu saja tidak demikian, di wilayah pantai timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, bahwa tidak setiap orang yang berbahasa Melayu dan beragama Islam adalah Orang Melayu. Akan tetapi bisa mengidentifikasi sebagai Orang Cina, Orang Batak, Orang Minangkabau, Orang Jawa, Orang Bugis dan sebagainya. 

Lantas bagaimana sejarah tidak semua berbahasa Melayu adalah Orang Melayu? Seperti disebut di atas, di Malaysia khususnya wilayah Semenanjung Malaya, setiap orang berbahasa Melayu dan beragama Islam adalah Orang Malayu. Fakta bahwa seperti halnya bahasa Sankerta, bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca. Pada masa ini, secara internasional, bahasa Inggris menjadi bahasa Lingua Franca dan secara nasional Bahasa Indonesia adalah Lingua Franca. Lalu bagaimana sejarah tidak semua berbahasa Melayu adalah Orang Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Tidak Semua Berbahasa Melayu Orang Melayu; Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Lingua Franca

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Lingua Franca Internasional: Bahasa Indonesia Menjadi Lingua Franca di Asia Tenggara

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar