Laman

Selasa, 20 Desember 2022

Sejarah Madura (47): Masjid di Madura, Masjid Agung Sumenep Tertua di Madura? Penyebaran Agama Islam di Pulau Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Masjid adalah salah satu symbol (wujud) peradaban (agama)_Islam di suatu tempat. Masjid dibangun jika jamaah (pengikutnya) sudah cukup untuk memulai membangun masjid, Masjid sekecil apapun ukurannya. Sebagaimana diketahui, sebelum agama Islam menyebar di nusantara, yang tersebar luas dengan peradaban yang tinggi adalah komunitas (agama) Hindoe-Boedha yang mana pada saat itu sudah mulai terbentuk komunitas Islam di Tanah Batak di pantai barat Sumatra (Baroes). Dalam hal ini sejarah masjid didahului sejarah penyebaran (agama) Islam. Bagaimana keduanya bermula di pulau Madura?


Sepenggal Sejarah Masjid Agung Sumenep. Ihram Co. Id. Jakarta. Masjid Agung Sumenep ini tercatat sebagai salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Pembangunan masjid ini telah dirintis sejak masa Pangeran Natasukuma I atau Panembahan Somala berkuasa pada abad ke-18. Masjid ini awalnya hanya berukuran kecil. Pada saat awal bangunan tersebut dikenal dengan nama Masjid Laju. Masjid tersebut dibangun oleh adipati ke-21 Sumenep, yakni Pangeran Anggadipa. Seiring waktu, kapasitas masjid tak mampu lagi menampung umat Muslim yang hendak beribadah. Sekitar 1779 Masehi, Pangeran Natakusuma menitahkan untuk membangun masjid yang lebih besar. Untuk menghadirkan masjid yang diinginkan, sang penguasa menunjuk seorang arsitek Cina, Lauw Piango. Proses pembangunan masjid dimulai pada 1198 Hijriah atau 1779 Masehi. Sementara proses pembangunan masjid ini baru usai pada 1206 H atau 1787 M. Sementara itu, hal yang cukup unik dari masjid ini adalah peninggalan pedang. Letaknya di atas kubah. Selain itu, terdapat juga sebuah batu giok. Berat batu giok ini kabarnya 20 kilogram. Sayangnya, keberadaan batu giok tersebut kurang terawat. Namun, tak begitu jelas sejak kapan batu giok itu berada, apakah bersamaan dengan proses pembangunan masjid atau hadir setelah masjid tersebut dibangun
(https://ihram.republika.co.id/) 

Lantas bagaimana sejarah masjid di Madoera, apakah masjid Agung Sumenep tertua di Madura? Seperti disebut di atas, dibangunnya masjid menunjukkan adanya komunitas Islam yang sudah cukup banyak. Sehubungan dengan itu sejarahnya terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam di pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah masjid di Madoera, apakah masjid Agung Sumenep tertua di Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Masjid di Madoera, Masjid Agung Sumenep Tertua di Madura? Sejarah Agama Islam di Pulau Madura

Data sejarah masjid termasuk yang jarang ditemukan. Boleh jadi hal itu karena masjid terbatas pada urusan golongan Islam. Lagi pula masjid jarang menimbulkan permasalahan. Meski demikian ada sejumlah masjid di Hindia Belanda yang menjadi perhatian dan mendapat pemberitaan. Misalnya masjid Atjeh yang menjadi salah satu sasaran dalam Perang Atjeh 1873. Masjid Bandoeng juga menjadi perhatian karena pembangunannya yang dihubungkan dengan pengumpulan dana di seluruh Hindia Belanda.


Oosthoek's geïllustreerde encyclopaedie, Deel IX, 1925-1934: ‘Masjid, berasal dari bahasa Arab. "masjid" (misiri bahasa Melayu "misigit"): tempat seseorang melakukan sembahyang, nama tempat ibadah umum umat Islam. Bentuk tertua dari masjid adalah ruang terbuka yang dikelilingi oleh tembok atau barisan tiang, dan bentuk ini masih digunakan di sebagian besar negara-negara Islam. Di negara-negara yang didominasi Turki, bentuk kubah juga muncul, yang berasal dari pengaruh gaya bangunan gereja-gereja Bizantium. Pada kebanyakan negara Islam, satu atau lebih menara merupakan bagian penting dari masjid. Banyak masjid merupakan karya arsitektur yang sangat indah dengan gaya berbeda, terutama di Spanyol, India, dan Turki. Masjid yang lebih besar memiliki sekolah teologi (madrese), rumah sakit, dan dapur tempat memasak dilakukan untuk orang miskin. Kebetulan desain interiornya sederhana karena minimnya furnitur dan patung. Sebuah ceruk (mihrab) menunjukkan arah Mekah, ke arah mana orang beriman mengarahkan diri mereka dalam ibadah. Tidak ada kursi atau bangku, karena ibadah biasanya dilakukan di atas lantai marmer, yang kadang-kadang ditutupi dengan karpet atau tikar, kecuali jika mukmin membawa sajadah sendiri. Di sekitar dinding, ayat dari Alquran biasanya dilukis dengan tulisan yang elegan. Ada juga mimbar khatib Jumat yang terkadang didekorasi dengan indah. Dengan pengecualian beberapa masjid yang sangat suci, masjid-masjid tersebut sekarang juga dapat dimasuki dan dilihat oleh orang-orang non-Islam’.

Keberadaan masjid-masjid di (pulau) Madura, sejauh ini hanya ditemukan dalam peta-peta lama. Berdasarkan Peta 1883 di kota Soemenep didientifikasi dua masjid, yakni masjid lama dan masjid barat. Tentu saja masjid lama ini masih eksis, disebut lama karena masjid itulah yang diduga masjid pertama di kota Sumenap.


Masjid lama kota Soemenep dalam Peta 1883 terletak di jalan utama kota di seberang kraton Soemenep. Wilayah dimana masjid merupakan wilayah pribumi. Sementara area orang Eropa berada di tenggara kea rah Maringan dimana kantor Asisten Residen berada. Sedang lokasi masjid barat berada di barat masjid lama di jalam utama yang berada di seberang kantor demang. Dimana letak masjid lama kota Soemenep tempo doeloe diduga sekitar jalan Sudirman, jalan Pendekar, jalan Pujangga dan jalan Letnan Ramli. Masjid Agung Sumenep dan masjid Laju yang sekarang berada jauh dari masjid Sumenep tempo doeloe. Sementara masjid barat tempo doeloe berada di sudut jalan Diponegoro dan jalan Pahlawan yang sekarang.

Masjid Agung yang kini terdapat di kota Bangkalan, kota Sampang dan kota Pamekasan adalah lokasi-lokasi masjid yang eksis pada tahun 1880an. Dengan kata lain di kota ini masjid besar dari doeloe lokasinya tidak pernah berubah. Hal ini berbeda dengan masjid besar (Masjid Agung) di kota Sumenep yang sekarang dapat dikatakan sebagai masjid baru (lebih baru daripada masjid di Bangkalan, Sampang dan Pamekasan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Agama Islam di Pulau Madura: Bagaimana Bermula?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar