Laman

Senin, 26 Desember 2022

Sejarah Madura (60): Negara Madura Era NICA/Belanda; Dinasti Tjakranegara dan Pejuang Revolusioner Asal Madura di Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Di Indonesia hanya ada dua negara yang berlangsung lama: negara Pemerintah Hindia Belanda (1800-1942) dan negara Republik Indonesia (1945-sekarang). Diantara dua negara terjadi sela yakni pendudukan Inggris (1811-1816) dan pendudukan Jepang (1942-1845). Pada saat permulaan negara Republik Indonesia, orang Belanda yang Kembali ingin membentuk negara Serikat Indonesia, yang akhirnya terbentuk negara-negara federal dimana negara Republik Indonesia hanya satu bagian dari negara yang dibentuk negara Repeublik Indonesia Serikat (RIS). Negara Madura adalah satu dari negara-negara federal yang sejatinya terbentuk/dibentuk oleh orang Belanda.


Negara Madura adalah negara dalam konteks Negara-Negara Federalis dibentuk 23 Januari 1948. Wilayah negara meliputi pulau Madura dan pulaul sekitar. Bulan Desember 1947 di Jakarta terbentuk komite serikat yang terdiri dari wakil-wakil negara bagian untuk membentuk negara Indonesia Serikat. Pada tanggal 14 Januari 1948 Residen Madura mengundang tokoh-tokoh masyarakat untuk membicarakan dan membentuk komite penentuan kedudukan Madura. Komite itu terdiri dari 11 orang dan RAA Tjakraningrat (eks Bupati Bangkalan) sebagai penasehat. Tugas komite adalah membentuk negara Indonesia Serikat dan perwakilan yang hadir setelah pertemuan merundingkan dengan rakyat di daerahnya. Pada 16 Januari 1948 didirikan Komite Penentuan Kedudukan Madura yang mengeluarkan resolusi isinya: Memenuhi, resolusi pada tanggal 23 Januari 1948; Negara Madura meliputi pulau Madura dan pulau sekitar; Mengakui RAT Tjakraningrat, Residen Madura sebagai Wali Negara Madura; Membentuk dewan Madura. Komite 11 orang menentukan pemungutan suara hanya menentukan setuju, tidak setuju, blanco. Tanggal 23 Januari 1948 diadakan pemungutan suara. Hasil sebagai berikut: Dari 305.546 orang, yang hadir: 219.660; Setuju: 90%; Tidak setuju: 4,51%; Blanco: 10.230 4,65%. Pada tanggal 20 Februari 1948 pemerintah Hindia Belanda mengakui berdirinya negara Madura. RAA Tjakraningrat terpilih sebagai wali negara Madura (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Negara Madura era NICA/Belanda? Seperti disebutkan di atas, terbentuknya negara-negara (federal) di Indonesia adalah inisiatif orang Belanda yang disetujui Ratu Belanda selepas perang (di Eropa dan di Asia). Pada fase ini pengaruh Dinasti Tjakranegara di pulau Madura dibangkitkan kembali sementara di luas sudah mengkristal pejuang revolusioner asal Madura di Jawa. Lalu bagaimana sejarah Negara Madura era NICA/Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Negara Madura Era NICA/Belanda; Dinasti Tjakranegara dan Pejuang Revolusioner Asal Madura di Jawa

Bagaimana terbentuknya Negara Madura, harus dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hingga Perjanjian Linggarjati (1946). Takluknya Jepang terhadap Sekutu/Amerika yang mendahului proklamasi, Sekutu/Inggris masuk wilayah Indonesia untuk melucuti dan evakuasi (militer) Jepang. Tidak sesuai yang disepakati antara pihak Republik Indonesia dengan Sekutu/Inggris, orang-orang Belanda (NICA/Belanda) berada di belakang Sekutu/Inggris, yang membuat kerusuhaan yang menjadi pangkal perkara terjadi perang (kemerderkaan Indonesia). Situasi dan kondisi tidak menentu di Djakarta, akhirnya ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Djogjakarta tanggal 1 Januari 1946. Sementara perang terjadi khususnya di Jawa dan Sumatra, pihak NICA/Belanda berhasil menyelenggarakan konferensi Malino yang berlangsung pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946. Wilayah bagian tengah (Kalimantan dan Nusa Tenggara) dan bagian timur dapat dikatakan telah memisahkan/dipisahkan dari wilayah Republik Indonesia. Implikasi perang dan hasil konferensi Malino menjadi sebab diadakannya perundingan/perjanjian Linggarjati


Perundingan Linggarjati dilakukan pada 11-15 November 1946 dan ditandatangani secara sah oleh pihak Belanda (NICA) dan pihak Indonesia (Republik Indonesia) pada 25 Maret 1947. Hasil perundingan menghasilkan 17 pasal, antara lain berisi: (1) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera, dan Madura; (2) Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949; Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).

Tidak lama setelah hasil perundingan Linggarjati ditandatangani, surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di Djakarta/Batavia memberitakan berita panas dengan judul yang menyengat, Madoera melawan Republik (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 21-05-1947). Apa yang sebelumnya terjadi?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dinasti Tjakranegara dan Pejuang Revolusioner Asal Madura di Jawa: Semangat Orang Madura Terbelah?

Perang kemerdekaan terus terjadi khususnya di Sumatra dan Jawa. Perjanjian Linggarjati telah dilanggar kedua belah pihak. Sementara itu di wilayah lain NICA/Belanda telah sukses membentuk negara-negara federal, termasuk negara federal yabru di Sumatra yakni Negara Sumatra Timur (sejak akhir Desember 1947). Perundingan antara pihak Belanda dan pihak Republik Indonesia kembali diadakan.


Perjanjian Renville Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi pada tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral USS Renville. Dari pihak Republik Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dengan anggota inti antara lain Mr Ali Sastroamidjojo, Agus Salim, Dr Leimena, Mr Latuharhary dan Kolonel TB Simatupang.

Hasil perjanjian Renville tampaknya menjadi jalan menuju terbentuknya Negara Madura semakin dekat dan prosesnya semakin dipercepat. Pada tanggal 24 Januari hasil referendum di (wilayah) Madura mayoritas menyetujuan pembentukan Negara Madura (lihat Nieuwe courant, 26-01-1948). Dengan demikian bertambah lagi jumlanh negara federal dan sebaliknya wilayah Republik Indonesia semakin berkurang.


Nieuwe courant, 26-01-1948: ‘Madura menjadi Negara. Baru pada Sabtu malam hasil lengkap jajak pendapat di Madura diketahui. Dari total 290.464 pemilih yang berhak memilih, 207.278 memilih atau sekitar 75 persen. Lebih dari 95 persen di antaranya ternyata berpihak pada institusi suatu negara. Keputusan Panitia Penetapan Status Madura. seperti yang kami publikasikan pada hari Sabtu itu, antara lain disahkan oleh 187.978 pemilih yang memenuhi syarat. 9.853 pemilih menentang resolusi tersebut, sementara 9.447 tidak memilih atau menentang resolusi tersebut’. Nieuwe courant, 24-01-1948: ‘Plebisit berlangsung di seluruh Madura pada jam yang sama, antara jam 3 dan 4 sore. Di dalam 1900 desa di Madura dan sekitar 100 desa di sekitar pulau-pulau wilayah Madura, rakyat berkumpul untuk menentukan masa depan Madura dan rakyat Madura. Dalam edisi hari ini juga disebutkan Formatur Kabinet Hatta dimana dalam pidato radio pada peringatan hari lahir Muhammad, Presiden Soekarno mengumumkan bahwa kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap telah mengundurkan diri dan telah menginstruksikan Drs Mohammad Hatta untuk membentuk kabinet baru.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar