Laman

Kamis, 13 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (353): Pahlawan Indonesia Sjamsoeddin St Ma’moer, Menteri Penerangan; Bintang Timoer - Tjaja Timoer

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Setelah sukses penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) 1955 dan berhasil mendaimaikan di internal militer (Kolonel Abdoel Haris Nasution yang dirumahkan sejak 1952 kembali ke posisinya sebagai KASAD) pada Kabinet Boehanoeddin Harahap, pemerintah melalui Menteri Penerangan Sjamsoeddin Soetan Makmoer mengumumkan ke publik bahwa pembatalan/penghapusan hubungan Uni Belanda-Indonesia, perjanjian keuangan dan ekonomi dan kedaulatan atas Papua Barat (lihat Het Parool, 14-02-1956). Semua kaget. Orang Indonesia memang maklum, tetapi orang-orang Belanda baik di Indonesia maupun di Belanda molohok. Sampai sejauh itu, orang-orang Belanda selalu cenderung merecokin (bangsa dan negara) Reuplik Indonesia.

Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap (9 Mei 1909 – 14 Desember 1967) adalah seorang pejuang kemerdekaan, dan politisi Indonesia. Ia merupakan salah satu tokoh dari PNI. Sjamsuddin pernah menjabat Menteri Sosial dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952). Pada tahun 1955, Sjamsuddin Sutan Makmur juga dipercaya sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955- 24 Maret 1956). Tokoh kelahiran 1909 di Pangkalan Brandan, Sumatra Timur ini menikah dengan Siti Danilah Salim, seorang jurnalis yang merupakan adik dari H. Agus Salim. Sjamsoeddin Soetan Ma’moer meninggal dunia di Djakarta dalam usia 58 tahun. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Sjamsoeddin Soetan Makmoer? Seperti disebut di atas, Sjamsoeddin Soetan Makmoer pernah menjadi Menteri Penerangan RI yang membuat heboh Belanda. Sjamsoeddin Soetan Makmoer sebenarnya bukan orang baru dalam dunia politik. Sjamsoeddin Soetan Makmoer sudah bekiprah sejak awal era pergerakan kemerdekaan Indonesia (1930) sebagai seorang revoluiner yang menjadi redaktur surat kabar Bintang Timoer (pimpinan Parada Harahap). Saat detik-detik berakhirnya Belanda (1940an) Sjamsoeddin Soetan Makmoer masih eksis sebagai jurnalis sejati bersama Parada Harahap mendirikan surat kabar Tjaja Timoer (suksesi Bintang Timoer). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (352): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Kota-Kota Pahlawan; Kota Padang Sidempuan - Kota Sukabumi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tentu saja banyak kota pahlawan, yang terbesar Djakarta dan Soerabaja. Untuk kota menengah ada dua kota yang dapat dikatakan sebagai kota pahlawan yakni Soekabomei dan Padang Sidmepoean. Di dua kota ini pada era Hindia Belanda dan pada Perang Kemerdekaan terjadi pertaringan politik antara Belanda/NICA dan Republiken untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kebetulan di kota Soekabeomi kampong halaman Mr Sjamsoeddin dimana sohibnya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap asal Padang Sidempoean membuka frima hukum sejak 1937.

Kota Padang Sidempoean dan kota Soekaboemi sama-sama berada di pedalaman, berjarak sedang ke palabuhan. Pelabuhan Padang Sidempoean ke Sibolga (pantai barat Sumatra) dan pelabuhan Soekaboemi ke Pelabuhan Ratu (pantai selatan Jawa). Oleh karena itu dalam hubungannya dengan perjuangan melawan Belanda terutama pada era Perang Kemerdekaan dua kota ini sangat strategis. Hal itulah mengapa pusat bergerilya di Sumatra salah satu wilayahpenting adalah  Padang Sidempoean dan di Jawa salah satu yang penting di Soekaboemi. Pusat gerilya utama pasukan Divisi Siliwangi yang dipimpin Kolonel Abdoel Haris Nasoetion berada di sekitar Soekaboemi. Untuk mendukung gerilya di Sumatra Utara yang berpusat di sekitar Padang Sidempoean, Letnan Kolonel AE Kawilarang komando di bawah Siliwangi di wilayah Bogor (termasuk Soekaboemi dan Tangerang) diminta Abdoel Haris Nasution ke kampong halamannya di Tapanuli Selatan. Letnan Kolonel dengan wakil Majoor Ibrahim Adji dengan pasukan ke Tapanoeli Selatan (ibu kota di Padang Sidempoean). Hal ini juga disebabkan pasukan Siliwangi di sekitar Soekaboemi sudah sangat padat sepulang Long March dari Djogjakarta pada bulan Desember 1948.

Lantas bagaimana sejarah kota-kota pahlawan Indonesia khususnya kota Padang Sidempoean dan kota Soekaboemi? Seperti disebut di atas, dua kota ini begiru penting pada masa perang. Seperti kita lihat nanti Mr Amir Sjarifoeddin Harahap di Soekaboemi melakukan tukar guling antara keluarga HJ van Mook yang terjebak di Batavia untuk dievakuasi ke Australia via Pelabuhan Ratu dengan tiga tokoh penting Indonesia Soekarno di Padang serta Mohamad Hatta dan Sjahrir di Soekabomi yang akan dievakuasi ke Australia. Soekarno diamanakan oleh Mr Egon Hakim di pantai barat Sumatra dan Mohamad Hatta/Sjahrir oleh Mr Amir Sjarifoeddin di pantai selatan Jawa. Bagaimana itu semua terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.