Laman

Senin, 14 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (417): Pahlawan Indonesia dan Ir Liem Bwan Tjie, Insinyur Lulusan di Belanda; Arsitek THS Bandoeng

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Presiden Soekarno sendiri adalh seorang arsitek, lulusan THS Bandoeng tahun 1926. Sementara Frederik Silaban yang bukan insinyur yang mendesaiin masjid Istiqlal Djakarta. Sedangkan Liem Bwan Tjie adalah arsitek bergelar insinyur lulusan di Belanda. Kemampuan Ir Liem ini dilihat gubernur Sumatra Utara Abdoel Hakim Harahap yang kemudian meminta Ir Liem Bwan Tjie membuat bangunan stadio di kampong Teladan Medan untuk keperluan PON III tahun 1953 (masih eksis hingga ini hari).

Liem Bwan Tjie (6 September 1891 – 28 Juli 1966) adalah arsitek ternama dan pelopor arsitektur modern generasi pertama di Indonesia. Liem adalah anak kelima dari Liem Soei Tjhing, seorang pedagang tekstil di Gang Warung, Semarang. Keluarga Peranakan Tionghoa ini sudah di Indonesia selama 4 generasi. Pada tahun 1910, Liem yang berusia 19 tahun dikirim orang tuanya ke Belanda untuk menuntut pendidikan menengah. Selama Perang Dunia Pertama (1914-1918), ia berkerja untuk beberapa biro arsitek terkemuka di Amsterdam, antara lain Michel de Klerk, Gulden en Geldmaker dan Eduard Cuypers. Pada tahun 1920, Liem kemudian belajar di Universitas Teknik di Delft, Belanda dan di École nationale supérieure des Beaux-Arts di Paris, Prancis pada tahun 1924. Saat Liem berencanana kembali ke tanah air pada tahun 1929, ia dilarang pulang oleh pemerintah Hindia Belanda karena dianggap terpengaruh dengan Komunisme. Dengan referensi dan dukungan dari tokoh masyarakat Tionghoa, antara lain anggota Volksraad Loa Sek Hie, sang arsitek akhirnya diberikan izin untuk menetap kembali di kota kelahirannya, yaitu Semarang. Ia banyak mendesain bangunan-bangunan untuk kalangan "Cabang Atas" Peranakan. Karya-karyanya mencakup bangunan umum maupun kediaman pribadi, dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Surabaya, Bandung, Tegal, Manado dan Makasar. Pada tanggal 16 September 1959, di kediaman Liem di Jalan Wastukancana, Bandung, terjadi awal pertemuan pertama antara arsitek-arsitek senior Indonesia Liem Bwan Tjie, Frederich Silaban, Mohammad Soesilo dengan 18 arsitek muda lulusan pertama ITB tahun 1958. Inilah tonggak awal sejarah Ikatan Arsitek Indonesia, yang akhirnya didirikan secara resmi pada 17 September 1959. Liem meninggalkan Indonesia saat berusua 74 tahun pada tahun 1965, dan pindah ke Belanda untuk mengikuti anaknya yang sedang menuntut ilmu di sana. Ia meninggal setahun kemudian di Belanda, dan arsip karyanya sekarang disimpan di Nederlands Architectuurinstituut (NAi). (Wikipedia)  

Lantas bagaimana sejarah Liem Bwan Tjie? Seperti disebut di atas, Liem Bwan Tjie adalah arsitek bergelar insinyur lulusan di Belanda. Tidak dipilih Presiden Ir Soekarno tetapi dipilih oleh Gubernur Abdoel Hakim Harahap. Lalu bagaimana sejarah Liem Bwan Tjie? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (416): Pahlawan Indonesia dan Nona Ong Kie Hong, Ambon; Kongres Mahasiswa Indonesia di Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada era Hindia Belanda yang melanjutkan studi lebih tinggi adalah laki-laki. Lebih-lebih jika pendidikan tinggi tersebut harus jauh ke Belanda. Satu yang pertama perempuan pertama yang studi ke Belanda datang dari keluarga Ong Kie Hong di Ambon. Tidak hanya satu orang bahkan empat sekaligus putri dari Ong Kie Hong. Sedangkan perempuan pribumi pertama studi ke Belanda baru sepuluh tahun kemudian, Ida Loemongga, putri Dr Haroen Al Rasjid di Teloek Betoeng pada tahun 1922.

Siapa Ong Kie Hong dari Ambon? Kurang terinformasikan. Dalam lama Geni.com, Ong Kie Hong lahir di Ambon tahun 1861 (meinggal tahun 1914). Ong Kie Hong terbilang kaya. Ong Kie Hong juga punya anak cukup banyak. Nama-nama anaknya adalah Gretha Helena Ongkiehong; Selastien Theresia Ongkiehong; Sioe Djien Ongkiehong; Henri Coenrad Ongkiehong; Kok Seang Ongkiehong; Simon egbert Ongkiehong; Heinrich Frederik Ongkiehong; Sien Everdien Ongkiehong; Theodorus Leonardus Ongkiehong; Bastiaan Lodewijk Ongkiehong; Ong Aan Nio/ Anna Lucia ONGKIEHONG; Erna Louisa Ongkiehong; Theodora Johanna Ongkiehong; Ong Lo Nio/ Laura Charlotte ONGKIEHONG dan Tony Piet Ongkiehong. Empat diantara anak-anaknya ini yang berangkat studi ke Belanda pada tahun1912.

Lantas bagaimana sejarah Nona Ong Kie Hong? Seperti disebut di atas, Nona Ong Kie Hong salah satu dari empat putri Ong Kie Hong di Ambon yang berangkat studi ke Belanda tahun 1912. Lalu bagaimana sejarah Nona Ong Kie Hong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.