Laman

Sabtu, 05 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (453): Pahlawan Indonesia dan Saroehoem, Revolusioner van Padang Sidempuan; Semarang dan Surabaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Saroehoem sulit menemukan di internet apalagi di medsos. Nama Saroehoem juga tidak tercatat dalam sejarah nasional, apalagi dalam sejarah Semarang dan sejarah Soerabaja. Tentu saja tidak hanya Saroehoem, banyak tokoh sejarah luput dari perhatian para sejarawan. Padahal Saroehoem adalah seorang tokoh revolusioner yang dapat dikatakan mentor politik pertama Adam Malik. Saroehoem sebagai jurnalis juga aktif dalam sarikat jurnalis pribumi di Semarang dan Soerabaja.

Pada artikel sebelumnya, surat kabar Warna Warta terbit di Semarang (sejak 1902), jauh sebelum surat kabar Medan Prijaji yang didirikan Tirto Adhi Soerjo di Batavia (1908). Surat kabar Warna Warta sangat populer di Semarang. Saroehoem adalah editor surat kabar Warna Warta Semarang sebelum ditutup pada tahun 1931.  Dalam Wikipedia dicatat sebagai berikut: In 1931, a longtime editor Saroehoem left the board of the paper and left Semarang for his native Tapanuli, citing disagreements with his colleagues…In March 1933, Warna Warta renamed itself Djit Po; Ong Lee Soei remained as director and Tan Hoa Bouw became editor. It continued publishing as a daily newspaper. At the end of 1935 it was announced that the former editor Saroehoem was returning to become editor-in-chief of the paper. Saroehoem juga pernah menjadi editor surat kabar Sin Tit Po di Soerabaja. Saroehoem juga menjadi bagian dari kerukunan (persatuan) Sumatra di Soerabaja bersama Radjamin Nasoetion, anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja. Saroehoem juga pernah menjadi editor surat kabar Tjit Po (suksesi surat kabar Warna Warta). Pertanyaannya: Mengapa Saroehoem begitu dekat dengan para jurnalis Cina/Tionghoa? Apakah di dalam tubuh Saroehoem asal Padang Sidempoean juga mengalir darah Tionghoa?

Lantas bagaimana sejarah Saroehoem? Seperti disebut di atas, Saroehoem adalah salah satu revolusioner Indonesia yang menjadi mentor politik Adam Malik. Saroehoem van Padang Sidempoean terbilang begitu dekat dengan para jurnalis Cina/Tionghoa. Lalu bagaimana sejarah Saroehoem? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (452): Pahlawan Indonesia dan Lim Kok Liang; Surat Kabar Sinar Sumatra dan Warna Warta Semarang

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Lim Kok Liang sudah disebut pada artikel sebelumnya. Namun tentu saja itu tidak cukup. Dalam hal ini nama Lim Kok Liang terkait dengan sejarah surat kabar Sinar Sumatra di Padang dan surat kabar Warna Warta di Semarang. Dua surat kabar legendraris pada era Hindia Belanda ini dihubungkan oleh Lim Kok Liang. Tentu saja tidak hanya itu. Lantas mengapa ada relasi kota Padang dan kota Semarang?

Nama surat kabar berbahasa Belanda pada awal mula biasanya menggunakan nama-nama khas seperti Bintang, Pembrita, Tjahaja, Warta dan Sinar. Surat kabar pertama menggunakan nama sinar adalah surat kabar Sinar Terang di Solo (terbit pertama 1885).  Lalu kemudian pada tahun 1905 muncul nama surat kabar Sinar Sumatra di Padang, Lalu pada tahun 1919 di Padang Sidempoean terbit surat kabar Sinar Merdeka yang dipimpin oleh Parada Harahap. Nama surat kabar yang menggunakan nama warta adalah surat kabar Warta Brita di Padang pada tahun 1895. Lalu kemudian muncul surat kabar Warna Warta yang terbit di Semarang pada tahun 1902. Surat kabar Sinar Sumatra dan surat kabar Warna Warta terbilag dua surat kabar yang masa hidupnya lama.

Lantas bagaimana sejarah Lim Kok Liang? Seperti disebut di atas, Lim Kok Liang pernah menjadi editor surat kabar Sinar Sumatra di Padang dan juga pernah menjadi editor surat kabar Warna Warta di Semarang. Bagaimana itu bisa terjadi? Lalu bagaimana sejarah Lim Kok Liang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.