Laman

Kamis, 07 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (698): Bahasa Indonesia Dipilih di Laos Filipina Myanmar Kamboja Thailand dan Vietnam; Mengapa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Setiap negara memiliki bahasa resmi sendiri, ada yang sama tetapi lebih banyak yang berbeda bahasa. Penyebaran bahasa lintas negara pergerakan orang adalah syarat perlu, tetapi syarat cukupnya adalah karena keutamaan ekonomi. Penyebaran bahasa Inggris terjadi tidak hanya karena faktor navigasi pelayaran perdagangan Inggris, tetapi kemudian karena keutamaan Amerika Serikat dalam ekonomi dunia. Apakah bahasa Cina akan mendunia? Tidak, justru sebaliknya orang Cina semakin banyak yang berbahasa Inggris. Apakah Bahasa Indonesia akan mendunia? Paling tidak di kawasan Asia Tenggara. Mengapa?

Bahasa bukan agama. Agama tidak melarang berbahasa apapun. Bahasa tanpa batas. Bahasa adalah medium pertukaran, pertukaran apa saja. Bahasa melekat pada orang-orang yang melakukan pertukaran. Terbukti bahasa Inggris sejak zaman lampau menjadi medium pertukaran dalam perdagangan. Bahasa juga dapat dianalogikan sebagai aliran sungai akan bergerak wilayah yang lebih rendah, dan pada satu titik akan menemukan wilayah yang datar, tetapi sungai adalah arus yang akan bergerak menemukan jalan sendiri menemui lautan (permukaan datar yang paling luas). Proses sedimentasi di muara sungai akan membuat arah aliran sungai yang mudah dilalui. Jalur sungai ini pada masa lampau adalah medium navigasi pelayaran ke pe dalalaman dalam soal pertukaran ekonomi. Jadi bahasa ibarat medium dalam pertukaran antara satu tempat ke tempat lain.

Lantas bagaimana sejarah Bahasa Indonesia dipilih di Laos, Filipina, Myanmar, Kamboja, Thailand dan Vietnam? Seperti disebut di atas, faktor ekonomilah yang menyebabkan persebaran bahasa. Lalu bagaimana sejarah Bahasa Indonesia dipilih di Laos, Filipina, Myanmar, Kamboja, Thailand dan Vietnam? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (697): Tak Guna Bicara Alam Melayu di Nusantara; Hukum Alam vs Politisasi Bahasa Budaya Malaysia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Saat Indonesia ingin maju, Malaysia tampaknya menarik ke belakang. Indonesia maju karena dunia juga maju. Ibarat sarung ditarik ke atas tersingkap di bawah, jika ditarik ke bawah terbuka di atas, Sarung yang serba tanggung. Maju mundur negara atau turun naik dan turun sarung jelas berbeda. Maju mundur negara mnengikuti hukum alam. Jika bahasa Melayu di Indonesia disebut Bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia akan maju karena didukung penutur yang banyak yang pada gilirannya menyebabkan interaksi yang intens dengan penutur bahasa asing lainnya.

Secara geografi Nusantara adalah pulau-pulau diantara dua benua (Asia dan Australia). Semenanjung Malaya bukan pulau tetapi bagian dari daratan benua Asia. Istilah Nusantara tidak ada dasar historisnya di Malaysia. Di Malayasia diperkenalkan istilah Alam Melayu, hanya karena semata-mata bahasa resmi negara adalah bahasa Melayu. Orang Melayu dan Bahasa Melayu tidak hanya di Malaysia juga ada di Indonesia. Orang Malaysia sangat peduli dengan akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Itu jelas tidak salah. Namun menjadi salah jika orang Malaysia mengusulkan bahasa Melayu sebagai resmi ASEAN dengan menghitung pentutur Bahasa Indonesia menjad 300 juta. Namun orang Indonesia tidak ada salahnya menyebut bahasa resmi Bahasa Indonesia. Yang menjadi masalah orang Malaysia menganggap Bahasa Indonesia tidak ada, yang ada adalah bahasa Melayu Indonesia. Orang Malaysia banyak berasal dari Indonesia, tidak salah mereka melestarikan budayanya. Akan tetapi menjadi salah orang Malaysia mengklaim budaya yang sejatinya berasal dari Indonesia. Usul dan klaim Malaysia justru membuka bahasa Melayu bermasalah di Malaysia, sebaliknya Bahasa Indonesia tidak memiliki masalah di Indonesia. Di Malaysia tidak ada salahnya terdapat tiga bangsa (Melayu. Cina dan India). Sedangkan di Indonesia semua bangsa dijadikan satu bangsa sebagai Bangsa Indonesia (semua etnik adalah bagian dari bangsa Indonesia). Namun menjadi masalah jika orang Malaysia menyebut orang Indonesia semua etnik di Indonesia adalah Melayu.

Lantas bagaimana sejarah tidak berguna bicara Alam Melayu di Nusantara Indonesia? Seperti disebut di atas, bahasa resmi Indonesia disebut Bahasa Indonesia dan semua suku/bangsa di Indonesia disebut Bangsa Indonesia. Akan tetapi orang Malaysia menyebut Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu dan semua orang Indonesia adalah Melayu dan semua kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Melayu. Mengapa jumlah penduduk sedikit lebih banyak bicara dari jumlah pendudukan yang banyak? Lalu bagaimana sejarah tidak berguna bicara Alam Melayu di Nusantara Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.