Laman

Senin, 06 Maret 2023

Sejarah Malang (25): Candi Singasari Radja Singasari di Malang; Peta Candi di Wilayah Malang dan Peta Candi di Padang Lawas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Singhasari, Singasari dan Singosari. Nama candi dan nama kerajaan juga dijadikan nama wilayah (distrik) di afdeeling Malang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Singa di Malang, singa juga di Angkola Mandailing (Tapanuli Selatan). Sari di Malang, akan tetapi Sori di Padang Lawas (Tapanuli Selatan). Sari dan Sori adalah gelar raja dari era Hindoe Boedha (Sri). Boleh jadi Singasari adalah singanya (rajanya) para Sri. Idem dito, apakah Sriwijaya adalah Sori Wijaya? Wijaya dalam bahasa Sanskerta adalah kemenangan (Sri/Sori yang meraih kemenangan). Singa yang dikenal pada masa ini di Tapanuli adalah Si Singamangaradja (Sri/Sori/Si Singa Mangadja).


Candi Singasari, candi Hindu-Buddha peninggalan Kerajaan Singasari. Letaknya kini di kelurahan Candirenggo, kecamatan Singosari, kabupaten Malang (10 km dari Kota Malang). Candi tempat pendharmaan bagi raja Singhasari terakhir, Kertanegara (meninggal 1292). Berada di lembah antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuno ketinggian 512 M dpl (area tertinggi di wilayah Malang). Candi ditemukan Nicolaus Engelhard, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa (1801-1803). Engelhard adalah orang pertama yang melihat perbedaan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Arca-arca di Candi Singasari dipindahkan pada 1804 dan diangkut ke Belanda pada 1819. Pada masa pendudukan Inggris (1811-1816), Thomas Stamford Raffles mengunjungi candi pada 1815. Berdasarkan teks Negarakertagama (1365) pupuh 37:7 dan 38:3 candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Kertanegara, yang mangkat 1292. Kapan candi didirikan masih belum diketahui, diperkirakan sekitar 1300 M. Brandes, dkk menyebut candi dibangun atas keputusan Battara Sapta Prabu dan perintah Tribhuwana Wijayatunggadewi kepada Mahapatih Gajah Mada. Komplek percandian areal 200x400 M terdiri beberapa candi. Candi Singasari adalah tertinggi pada masanya. Bangunan candi utama menghadap ke barat, terdapat pahatan kepala kala, untuk mengusir roh jahat yang dapat membawa bencana. Sedangkan sebagian besar relief yang terukir pada Candi Singasari berbentuk bunga dan binatang. salah satunya adalah relief singa yang saling bertolak pandang. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Candi Singasari Kerajaan Singasari di Malang? Seperti disebut di atas, candi Singasari dibangun semasa Gajah Mada untuk menghormati Raja Singosari terkenal Raja Kertanegara pada pada permulaan Kerajaan Majapahit. Bangun candi dibuat arah ke barat. Mengapa? Apakah ada hubungan peta candi di wilayah Malang dengan peta candi di Padang Lawas (Tapanulis Selatan)? Lalu bagaimana sejarah Candi Singasari Kerajaan Singasari di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Candi Singasari Kerajaan Singasari di Malang; Peta Candi di Wilayah Malang dan Peta Candi di Padang Lawas

Penemuan candi Singosari di Malang tentulah menarik perhatian, karena dengan demikian menjadi awal penyelidikan sejarah candi-candi dan kerajaan di masa lampau di Malang. Ini bermula Ketika N Engelhard mengirimkan koleksinya benda-benda kuno asal Malang untuk museum di Belanda sebagaimana Utrechtsche courant, 16-06-1819 mengutip berita di Batavia 28 Januari 1819. Disebutkan ada enam benda kuno antara lain patung Durga, Mahisa dan Ganesa dalam mitologi Hindoe. Nama N Engelhard menjadi penting.


N Engelhard sendiri adalah orang penting di Hindia Belanda. Ini bermula sehubungan dengan pembentukan Pemerintah Hindia Belanda, dengan Keputusan Kerajaan tanggal 7 Oktober mengangkat N Engelhardt sebagai Commiss Opziender over der Inlander, sebelumnya sebagai Raad Extraordinary (lihat Leydse courant, 26-10-1801). Dalam perkembangannya N Engelhardt dipromosikan menjadi Direktur Jenderal Hindia Belanda (di bawah Gubernur Jenderal J Siberg). Pada tanggal 1 Januari Daendels tiba di Batavia dan mulai menjabat tanggal 14 Januari 1808 sebagai Gubernur Jenderal. N Engelhardt lengser (lihat Almanak 1810). Daendels memiliki rombongan sendiri. Lalu tidak lama kemudian terjadi pendudukan Inggris (1811-1816). Selama pendudukan Inggris Engelhard, de Wilde dan Raffles membeli lahan Tjipoetri dan Soekaboemi nama kemudian Raffles menjual sahamnya ke rekan kongsi berdua (karena Raffles lebih memilih berkantor di Semarang). Dalam struktur pemerintahan Inggris tidak ada nama N Engelhard (lihat Almanak 1815). Boleh jadi Engelhard lebih memilih kegiatan swasta sebagai planter. Pasca pendudukan Inggris, Pemerintah Hindia Belanda kembali berkuasa. Dengan diangkatnya GG van der Capellen, Komisaris Jenderal tanggal 24 Agustus 1816 mengangkat sejumlah pejabat setingkat Residen dan fungsi lainnya (seperti Superintenden C Vos di Pasoeroean). Dalam pengangkatan ini juga ada nama N Engelhard sebagai salah satu anggota Adviserende Commisie (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 14-01-1817). N Engelhardt yang berada di Hindia Belanda kembali mengisi posisi di pemerintahan.

Kapan N Engelhard mulai memiliki benda-benda kuno tersebut tidak diketahui secara pasti. Seperti dikutip di atas, candi ditemukan oleh Nicolaus Engelhard, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa (1801-1803). Sebagaimana disebut di atas, pada saat permulaan Pemerintah Hindia Belanda (1801) posisi N Engelhard adalah Commissarissen Opziender over der Inlander (Inspektur Pemerintah Pribumi), suatu posisi dalam pemerintahan yang berkaitan dengan pemimpin local. Sebagai mantan planter dan mantan Inspektur Pribumi yang bersinggungan dengan orang pribumi diduga menjadi pemcu N Engelhard aktif mengoleksi benda-benda kuno. Pada saat posisinya sebagai Adviserende Commisie (sejak 1816) sejumlah koleksinya dihibahkan kepada yang membutuhkan (seperti museum di Belanda).


's Gravenhaagsche courant, 03-04-1820: ‘Gubernur Jenderal van der Capellen, dari Pasoeroean tanggal 11 October (1819) melakukan kunjungan dinas ke Bezoeki. Selama di (residentie) Pasoeroea juga melakukan kunjungan ke district Malang.dimana benda-benda kuno seperti Bama, Ganesa dan Nandi serta dua penjaga berukuran raksasa serta patung wanita, yang oleh Jawa diberi nama Poetie Dedes, ditemukan di hutan dekat Lawang, di tempat selama sepuluh abad - kota Singa-Sati berkembang pesat, yang kalau boleh menilai dari seluruh dunia reruntuhan batu dan sisa-sisa pondasi, pastilah sangat luas. GG van der Capellen tiba kembali di Soerabaja tanggal 16.

Candi dan kerajaan Singasari tidak terpisahkan. Fakta bahwa di ibukota (kerajaan) Singasari eksis suatu candi kuno Lokasi dimana ditemukan benda-benda kuno dan (bangunan) candi berada di hutan, suatu lokasi di masa lampau menjadi area kota tetapi ditinggalkan menjadi tertutup hutan hingga ditemukan kembali dan menjadi perhatian. Pada tahun 1822 GG van der Capellen kembali mengunjungi Malang dan tentu saja menyempatkan diri melihat candi Singasari. Kunjungan ini dilakukan setelah sempat berkunjung ke gunung Bromo (lihat Bataviasche courant, 02-11-1822).


Bagaimana dengan N Engelhard sendiri? Kemungkinan masih menjadi salah satu anggota Adviserende Commisie. Pada tahun 1826 dengan kapal van der Capellen, Engelhard Bersama dengan Mr HW Muntinghe dan Soeltan Djogjakarta dari Batavia menuju Semarang (lihat Bataviasche courant, 06-09-1826). Sebagaimana diketahui sejak 1825 sudah terjadi perang di Vorstenlanden (Perang Jawa). Besar kemungkinan Soeltan Djogja ke Batavia membicarakan langkah strategis atau perjanjian-perjanjian yang kepulangannya ke Djogja turut ditemani oleh N Engelhardt.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peta Candi di Wilayah Malang dan Peta Candi di Padang Lawas: Raja Kertanegara dan Patih Gajah Mada

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar