Laman

Selasa, 07 Maret 2023

Sejarah Malang (28): Misionaris Zending di Wilayah Malang, Kapan Bermula? Gereja Tertua Malang, Kegiatan Zending Pedesaan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kapan kegiatan misi di wilayah Malang dimulai, tentu saja dimulai sejak kehadiran orang Eropa/Belanda di wilayah Malang. Pedagang-pedagang Eropa/Belanda memasuki wilayah pada akhir era VOC. Setelah berakhirnya VOC, dibentuk Pemerintah Hindia Belanda dimana di Pasoeroean ditempatkan para pejabat pertama. Residentie Pasoeroean terdiri dari tiga district: Pasoeroean, Bangil dan Malang en Antang.


Mengintip Indahnya Bangunan Neogothic ala Gereja Tertua di Bumi Arema. JawaPos.com. 11 November 2018. Dari sekian banyak gereja di Kota Malang, Gereja Paroki Hati Kudus Yesus adalah salah satu yang punya nilai sejarah tinggi. Bisa dibilang, gereja yang terletak di Jalan Jenderal Basuki Rahmat nomor 16, kelurahan Kauman, kecamatan Klojen itu adalah yang pertama sekaligus tertua di Malang. Gereja mulai dibangun sejak tahun 1905 itu juga menjadi salah satu ikon Malang. Lokasinya cukup strategis. Berada di sisi utara Alun-alun Merdeka Kota Malang. Gereja yang lebih dikenal dengan Gereja Kayutangan ini memiliki gaya arsitektur yang unik. Yaitu neogothic. Bangunan dengan gaya tersebut memang banyak diaplikasikan pada gereja-gereja di Eropa pada abad 19 silam. Gaya itu salah satunya bisa dilihat dari struktur gedung yang tinggi menjulang. Sekitar tahun 1930 menara tersebut dibangun secara utuh dengan ketinggian 33 meter. Berdasarkan catatan Disbudpar, menara tersebut runtuh dua kali sejak dibangun. “Pertama, pada 10 Februari 1957 menara runtuh ketika sedang ada khotbah di dalam gereja. Sebuah salib di ujung menara runtuh dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja,” kata Agung. Menara gereja itu kembali runtuh pada 27 November 1967. Penyebabnya karena ditabrak sebuah pesawat TNI AU. Gereja ini memiliki latar denah panjang 41 M dan lebar 11 M. (https://www.jawapos.com/)

Lantas bagaimana sejarah misionaris dan kegiatan zending di wilayah Malang, kapan bermula? Seperti disebut di atas, kehadiran misionaris di Malang sejak kehadiran orang Eropa/Belanda di wilayah Malang. Kegiatan zending semakin massif pada era Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian didirikan gereja di tengah kota. Lalu bagaimana sejarah misionaris dan kegiatan zending di wilayah Malang, kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Misionaris dan Zending di Wilayah Malang, Kapan Bermula? Gereja Tertua di Malang, Kegiatan Zending Pedesaan

Pada tahun 1929 di (kota) Pasoeroean diketahui sudah ada warga yang (bergama) Kristen (lihat Javasche courant, 01-01-1829). Dalam berita ini tidak diketahui warga ini apakah penduduk pribumi atau warga Eropa/Belanda atau Indo. Hingga sejauh ini tidak terinformasikan apakah sudah ada warga/penduduk beragama Kristen di (afdeeling) Malang.  Namun besar kemungkinan warga di Pasoeroean yang beragama Islam adalah orang-orang Indo (keturuan campuran Eropa/Belanda dengan pribumi).


Sejarah awal kekristenan di Jawa, khusunya bagian tengah dan timur baru dimulai oleh Jellesma yang memulai kegiatannya dari Soerabaja pada tahun 1847. Namun itu tidak mudah, karena sulit melakukan kegiatan zending di antara penduduk Islam. Di Sumatra, hingga tahun 1849 baru dua titik dimana para misionaris melakukan pembabtisan untuk beberapa orang, yakni di Pakantan, onderafdeeling Mandailing (1833) dan di Sipirok onderafdeeling Angkola (1849). Dari Sipirok inilah kemudian, Nommensen berhasil memasuki Silindoeng dan Toba (pada tahun 1864). Beberapa tahun kemudian Jellesma mulai menunjukkan hasil di suatu kampong terpencil namanya Modjowarno, afdeeling Djombang. Sejak itu mulai menyusul para misionaris lain di sejumlah tempat seperti di Semarang.

Lantas kapan kegiatan zending bermula di wilayah (afdeeling) Malang?  Indikasi masuknya misionaris ke Malang sudah ada pada tahun 1874 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 15-10-1874). Boleh jadi itu karena didasarkan sukses di Modjowarno. Upaya ini mulai terlaksana dengan diizinkannya pengurus Zendelinggenootschap untuk membangun rumah bagi seorang guru di Swaroe senilai f4.000 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 31-10-1874). Juga disebutkan ada sumbangan swasta sebesar f700 untuk membangun sekolah di Swaroe.


Siapa yang memulai pekerjaan di Swaroe ini tidak terinformasikan. Yang jelas kampong zending di Swaroe berada di bawah Zending Belanda. Sebelumnya sudah diketahui kegiatan zending di Kendal Pajak dilakukan oleh misionaris J Kreemer tahun 1869. Apakah itu berhasil, tidak terinformasikan. Kapan kegiatan zending dimulai di Swaroe tidak terinformasikan. Yang jelas pada tahun 1877 belum ada gereja yang dibangun di Swaroe.

Kegiatan zending di Swaroe tampaknya cukup berhasil. Pada tahun 1878 diketahui sudah menjadi Kristen semua penduduk Swaroe yang banyaknya 450 jiwa (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1878). Gemeente Swaroe menjadi sangat kontras diantara desa-desa di wilayah Malang selatan (mirip dengan Gemente Depok, yang sudah eksis sejak era VOC). Yang melakukan kegiatan zending di Swaroe adalah J Kreemer (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-06-1878). Sebagaimana disebut di atas Kreemer memulai zending di Kendal Pajak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gereja Tertua di Malang, Kegiatan Zending Pedesaan: Pertumbuhan Awal Kota Malang, Perkembangan Awal Perkebunan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar