Laman

Kamis, 16 Maret 2023

Sejarah Malang (45): Dr Kariadi Lahir di Malang 1905 dan Sekolah Kedokteran NIAS Soerabaja; Nama Rumah Sakit di Semarang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa dokter Kariadi? Dr Kariadi lahir di Malang, studi kedokteran di Soerabaja, mengabdi di sejumlah tempat dan meninggal di Semarang. Itulah Indonesia. Kini ama Dr Kariadi ditabalkan sebagai nama rumah sakit di Semarang (RSUP Dr Kariadi Semarang).


Pejuang bukan saja memanggul senjata. Dokter Kariadi, berjuang menangani wabah malaria dan filariasis. Kariadi, pria yang lahir pada 15 September 1905 itu, di sebuah desa bernama Singosari, Malang. Ia berhasil menamatkan sekolah kedokteran Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) pada 1931. Ia banyak berpindah tempat, untuk menjalankan profesi sebagai dokter. Pernah menjadi asisten dr Soetomo, Kariadi lantas bertugas di Manokwari (kini Papua). Selain bertugas sebagai dokter medis, ia juga melakukan penelitian tentang penyakit filariasis atau kaki gajah, dan penyakit malaria. Guru Besar Ilmu Sejarah Unnes, Profesor Doktor Wasino mengungkapkan, Kariadi juga menemukan formula minyak kenanga untuk menggantikan immersion oil. Setelah bertugas di Manokwari, ia berpindah tempat kerja lagi, mulai dari Kroya, Martapura dan terakhir di Semarang. Kariadi ditunjuk sebagai kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), 1 Juli 1942. Ia juga ditunjuk kepala jawatan pemberantasan malaria di Jawa Tengah. Suatu sore, di 14 Oktober 1945, Kariadi ditugaskan mengambil sampel air di tandon (reservoir) Siranda. Tersiar kabar, tentara Jepang meracuni pasokan air minum warga. Ia lantas berangkat dari rumahnya di Karangtempel 196 (kini jalan dr Cipto Semarang), menuju Siranda. Namun, baru mencapai sekitar Jalan Pandanaran (Bojong), ia dihalang-halangi oleh tentara Jepang. “Dalam perjalanan Kariadi terbunuh. Meninggalnya Kariadi menjadi titik tolak pertempuran lima hari di Semarang,” ujar Wasino. (https://jatengprov.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah Dr Kariadi lahir di Malang 1905 dan sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja? Seperti disebut di atas, Dr Kariadi adalah salah dokter Indonesia hidup pada era Pemerintah Hindia Belanda dan semasa pendudukan Jepang disebutkan Dr Kariadi terbunuh di Semarang. Kini namanya menjadi nama rumah sakit di Semarang. Lalu bagaimana sejarah Dr Kariadi lahir di Malang 1905 dan sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dr Kariadi Lahir di Malang 1905 dan Sekolah Kedokteran NIAS di Soerabaja; Nama Rumah Sakit di Semarang

Setelah lulus sekolah dasar Eropa, Kariadi menlanjutkan studi ke sekolah kedokteran Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Soerabaja. Boleh jadi itu dipilih di Soerabaja karena dekat dari Malang. Sekolah kedokteran yang sudah lama didirikan berada di Batavia (STOVIA). Pada tahun 1922 Kariadi lulus ujian naik dari kelas dua tingkat persiapan ke kelas tiga dengan status her (lihat De expres, 24-05-1922). Yang satu kelas dengan Kariadi antara lain Kaidin, Raden Sarbini dan Tio Oen Bik. Ada tujuh siswa yang gagal ujian.


Sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja dibuka pada tahun 1915. Siswa yang diterima adalah lulusan sekolah dasar Eropa (ELS) atau HIS. Lama studi 10 tahun, yang mana tiga tahun pertama kelas persiapan dan tujuh tahun berikutnya tingkat medik. Seperti STOVIA, lulusan NIAS juga bergelar dokter Hindia (Indisch Arts). Berbeda dengan STOVIA yang hanya menerima siswa golongan pribumi, sekolah kedokteran NIAS menerima semua golongan Eropa/Belanda, Cina dan Timur Asing serta golongan pribumi. Pada tahun 1922 ini baru ada satu perguruan tinggi (fakultas) yang didirikan di Indonesia (baca: Hindia Belanda), yakni sekolah tinggi Teknik (THS) di Bandoeng dimana salah satu mahasiswa yang diterima adalah Raden Soekarno (1921). THS dibuka sejak 1920. Meski demikian hingga tahun 1922 ini banyak pemuda pribumi dan Cina yang studi di berbagai universitas dengan bidang yang berbeda-beda di Belanda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Rumah Sakit di Semarang: RSUP Dr Kariadi dan Sejarahnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar