Laman

Minggu, 19 Maret 2023

Sejarah Malang (52): Penjara Kota Malang Semasa Pendudukan Jepang dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap; Situasi Kota Malang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Orang Jepang sangat piawai berperang. Satu kebiasaan militer Jepang membangun benteng alam atau benteng bawah tanah. Berbeda dengan orang Eropa tempo doeloe membangun benteng di atas permukaan tanah dengan tembok dan barrier yang dilengkapi dengan bastion. Benteng alam bagi orang Jepang selain fungsi pertahanan dan gudang senjata juga digunakan sebagai penjara. Sementara itu sesame pendudukan Jepang, salah satu tokoh revolusioner Indonesia Mr Amir Sjarifoeddin Harahap ditahan di salah satu penjara terketat Jepang di Malang.


Sejumlah Gua Peninggalan Jepang Ditemukan di Malang. Kompas.com 12/10/2017. Sejumlah gua diperkirakan peninggalan Jepang 1942 sampai 1945 ditemukan di kelurahan Songgokerto, Kota Batu. Ada 6 lubang gua. Mulut keenam gua itu berjejer dalam satu kontur tanah di salah satu perbukitan, mulut gua sudah tidak tampak, hanya ada bebatuan besar dan semak belukar. Arkeolog pada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Nugroho Harjo Lukito mengatakan, harus ada upaya pembersihan di mulut gua supaya terlihat lubangnya. Gua itu diperkirakan merupakan tempat tentara Jepang menyembunyikan senjatanya. Selain itu, gua itu juga menjadi tempat persembunyian dan pelarian tentara Jepang dari kejaran musuh. Salah seorang warga yang pernah memasuki gua itu menyebutkan bahwa rongga gua bercabang - cabang. Ada gua yang terhubung satu sama lain dan ada rongga gua yang tembus ke balik bukit. Gua - gua itu diperkirakan sengaja di bangun oleh tentara Jepang sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Seger Sukijo (78) warga setempat mengaku pada tahun 1951 masih kelihatan nampak betul. Truk saja masuk ke dalam gua. Dari enam gua, dua lainnya sudah tertutup. Sukijo mengatakan, gua itu merupakan gua peninggalan Jepang. Menurut dia mulut gua itu tertutup karena terkena longsor. (https://regional.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah penjara Kota Malang semasa pendudukan Jepang dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap? Seperti disebut di atas, salah satu tokoh revolusioner Mr Amir Sjarifoeddin Harahap ditahan di penjara terketat di Malang. Namun sejauh ini dimana itu belum terinformasikan. Apakah tempat tahanan itu di penjara kota atau di penjara bawah tanah? Dalam hubungan ini menarik memperhatikan situasi kondisi Malang saat itu. Lalu bagaimana sejarah penjara Kota Malang semasa pendudukan Jepang dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Penjara Kota Malang Semasa Pendudukan Jepang dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap; Situasi Kondisi Malang

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, penjara di Malang berada di Lowokwaroe. Saat itu posis GS penjara berada tepat di perbatasan kota ke arah Bangil. Penjara ini berada tepat di sisi timur jalan raya dan jalur rel kereta api. Kawasan ini dapat dikatakan terkait dengan militer dan kepolisian. Di arah selatan penjara yang sudah masuk area (jalan) Tjelaket terdapat markas polisi (yang di arah tenggaranya markas terdapat rumah sakit militer dan garnisun militer). Dapat dikatakan jika wisatawan dari dari Soerabaja, sebelum memaskui kota Malang disambut oleh pemandangan penjara, markas polisi dan rumah sakit militer.


Penjara Lowokwaroe sebenarnya penjara baru yang awalnya di kota lama (kini kawasan Mergosono) dan kemudian direlokasi ke pinggir kota di utara. Penjara Lowokwaroe menjadi penjara utama Malang (centrale gevangenis). Penjara Lowokwaroe ini masih eksis hingga sekarang.

Penjara Lowokwaroe dibangun tahun 1912. Penjara di Lowokwaroe ini dibangun setelah ibu kota afdeeling Malang direlokasi dari kota lama ke kota baru (dimana kemudian alun-alun dibangun). Pemindahan ibu kota sendiri dilakukan setelah jalur kereta api dibuka ke Malang tahun 1882.


Keberadaan penjara di Malang, semasih berada di kota lama, paling tidak sudah diketahui tahun 1854 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-07-1854). Saat itu penjara di wilayah (residentie) Pasoeroean terdapat di tiga tempat di Pasoeroean, Bangil dan Malang. Pembangunan penjara umumnya dilakukan seiring dengan pembentukan system peradilan penduduk pribumi (landraad). Di Malang sendiri Asisten Residen ditempatkan pertama kali pada tahun 1817. Salah satu fungsi utama pejabat pemerintah Asisten Residen adalah pembentukan landraad. Yang menjadi kepala peradilan adalah Asisten Residen termasuk di dalamnya sebagai anggota bupati. Untuk tugas penangkapan dan penuntutan diangkat adjuct/djaksa dari kalangan pribumi (yang bertindak sebagai kepala polisi yang membawahi sejumlah mantri polisi). 

Pada tahun 1918 penjara Lowokwaroe dibangun baru yang lokasinya tepat berada di belakang bangunan penjara yang lama (lihat De Indier, 01-05-1918). Disebutkan bangunan baru penjara ini akan dijadikan sebagai centrale gevangenis. Ini mengindikasikan bahwa di sejumlah district ada penjara yang berfungsi sebagai preventif. Untuk kasus besar atau tahanan yang berbahaya akan dirujuk ke penjara Lowokwaroe. Penjara baru Lowokwaroe ini cukup besar dapat menampung sebanyak 1.600 narapidana.


Penjara Lowokwaroe dengan bangunan yang baru di dalam tembok yang mana setiap kompartemen berukuran 3x5 meter diisi untuk lima atau tiga orang; sel satu orang telah disiapkan untuk yang lebih berbahaya. Di depan sel ada area jalan kaki l,5 meter.  Di dalam area penjara dibangun bak air yang menjadi reservoir air, di bagian bawahnya dipasang pancuran. Mandi kemudian dilakukan dengan posisi duduk. Di bagian belakang area pejalan kaki di dalam penjara yang bagian atasnya ditutup dengan kisi-kisi, terdapat galeri depan dan akomodasi tidur di belakangnya. Lantai, dinding, ranjang dan atap, semuanya terbuat dari beton bertulang. Dengan demikian dengan struktur baru ini tidak akan mendengar lagi tentang pelarian dari penjara. Ada rumah sakit yang luas, yang terletak di dalam tembok, di belakang bangunan depan dan dapur yang bersebelahan yang dibangun dari batu biasa. Seluruh pekerjaan akan menelan biaya sekitar satu juta gulden, Bangunan bariu penjara ini dikerjakan oleh Hollandsche Beton-Mij di Soerabaja.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Situasi Kondisi Malang Semasa Pendudukan Jepang: Interniran Eropa/Belanda Ditahan Dimana?

Mr Amir Sjarifoeddin Harahap adalah tokoh utama Indonesia sebelum pendudukan Jepang, mungkin satu-satunya, setelah Ir Soekarno diasingkan tahun 1934 dan Drs Mohamad Hatta diasingkan tahun 1936. CV jauh melebihi Soekarno dan Mohamad Hatta. Karir politik Amir Sjarifoeddin Harahap dimulai sebagai bendahara Kongres Pemuda 1928; wakil ketua Partai Indonesia dan ketua afdeeling Batavia (1931-1936) dan tokoh dibelakang terbentuknya partai Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo). Kemampuannya menulis dan berpidato di rapat-rapat umum setara dengan Ir Soekarno. Hingga tahun 1939, sejauh yang diketahui, Mr Amir Sjarifoeddin Harahap belum pernah ke Malang. Namun ketika Amir Sjarifoeddin Harahap datang ke Malang tahun 1939, langsung menemukan pendukung yang fanatik. Itu bermula ketika diadakan rapat umum pertama Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) afdeeling Malang. Mr Amir Sjarifoeddin Harahap menjadi pembicara utama.


De Indische courant, 21-11-1939: ‘Rapat Umum Gerindo. Rapat Umum afdeeling Malang Gerindo (Gerakan Rakjat "Indonesia"), diselenggarakan pada Minggu pagi di Oentrum Theater, dihadiri oleh 800 orang, termasuk sekitar 100 orang yang disebut intelektual termasuk, antara lain, perwakilan dari asosiasi politik, para guru Taman Siswo, anggota dewan (gemeenteraad) Poeger, dll. Selain itu, perwakilan dan anggota Muhamadiyah dan kelompok agama Islam yang lebih ortodoks Nahdlatoel Ulama, juga hadir diwakili, sedangkan orang Indo-Eropa yang hadir dalam pertemuan itu hanya Reinaert, ketua dept. Malang van Insulinde. Sambutan pertama disampaikan oleh Mr Amir Sjarifoeddin, ketua pengurus Gerindo dari Batavia. Ini menetapkan prinsip-prinsip organisasi. Sehubungan dengan situasi internasional terakhir. Mr, Amir Sjarifoeddin memberikan ceramah tentang isu Indo. mengungkapkan bagaimana, setelah keputusan yang diambil pada kongres ke-2 di Palembang, orang Indo/peranakan bisa menjadi anggota Gerindo. Orang peranakan menuruy Amir tidak hanya berarti orang Indo-Eropa, tentu saja, juga orang Indo-Cina, Indo-Arab, dll., singkatnya, yang lahir disini di Indonesia. Soekat, pengurus seksi Soerabaia dan sekitarnya, berbicara tentang pembentukan front pemuda, sedangkan pengurus seksi Malang, Njonoprawoto membandingkan dua organisasi Gerindo dan GAPI. Urusan wajib militer dilakukan Atmadji, ketua seksi Soerabaia, hal ini diperlukan untuk kemudian hari’. Partai politik Gerindo didirikan bulan Mei 1937 (lihat De koerier, 24-05-1937). Disebutkan kemarin, Minggu, sebuah partai politik baru di Tanah Air didirikan di Gedong Pertemoean di Kramat, Batavia, bernama 'Gerakan Rajat Indonesia', singkatnya: Garindo. Partai menganut prinsip swadaya dan kerja sama. Susunan pengurus utama adalah sebagai berikut: A. Gani ketua, Mansoer, wakil ketua, Ipih A. Hamdi, sekretaris-bendahara. Para tokoh-tokoh eks Partindo (Partai Indonesia) yang terkenal telah bergabung dengan partai baru itu, yaitu Mr Sartono, Mr Amir Sjarifoeddin, Mangoensarkoro, Mr Moh. Yamin, Sanoesi Pane, Njonoprawoto dan lainnya. Tak lama lagi partai baru itu akan menggelar rapat umum.

Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dari Gerindo menjadi salah satu tokoh utama terbentuknya GAPI. Dalam hal ini GAPI adalah Gabungan Politik Indonesia sebuah organisasi yang terdiri dari gabungan partai politik Indonesia dibentuk pada tanggal 19 Maret 1939 atas inisiatif dari Mohamad Hoesni Thamrin. Organisasi ini terdiri dari beberapa partai politik yaitu; Gerindo, Perindra, Partai Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII dan Persatuan Partai Katolik. GAPI dipimpin oleh beberapa tokoh besar partai politik seperti Mohamad Hoesni Thamrin, Amir Sjarifoeddin dan Abikusno Tjokrosuyoso.


De koerier, 27-12-1939: ‘Berikut adalah keputusan Kongres yang diselenggarakan: (A).Terhitung sejak tanggal 24 Desember 1939, organisasi “Kongres Rakjat Indonesia” bersifat tetap. (B). Tujuannya adalah: kebahagiaan dan kemakmuran masyarakat Pribumi. (C). Cara utama untuk mencapai ini adalah pembentukan parlemen di negara ini. (D). Pelaksana keputusan 'Kongres Rakjat Indonesia' adalah 'GAPI'. (E) Asosiasi dan partai diterima sebagai anggota. (F). Hak memilih akan diatur menurut sistem demokrasi, yaitu menurut prinsip suara terbanyak. (G). Penetapan draf program diserahkan kepada panitia yang terdiri dari perwakilan GAPI (Amir Sjarifoeddin), Perdi, Isteri Indonesia, PVPN. (H). Terbentuk dana dan menerima sumbangan untuk membiayai aksi 'Kongres Rakjat Indonesia'. (I). Aksi untuk mendapatkan parlemen di negeri ini dilanjutkan. Aksi dipimpin oleh 'GAPI'. 'GAPI' akan mengeluarkan arahan untuk kelanjutan aksi publik. Bendera. Sebagai bendera persatuan ditentukan: bendera merah putih. Pengumuman keputusan ini dilakukan dengan bahasa Melayu. Lagu hebangsaan Kongres Rakjat Indonesia Indonesa Raja karya Soepratman. Penggunaan bahasa Melayu di dewan Kongres Rakjat Indonesia khususnya mendesak asosiasi-asosiasi yang memiliki perwakilan di berbagai dewan agar tetap menggunakan bahasa Melayu. Kantor Pers dan Pers 'Kongres Rakjat Indonesia' mendesak untuk mendukung pers Pribumi dan Kantor Pers nasional.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Situasi Kondisi Malang Semasa Pendudukan Jepang: Interniran Eropa/Belanda Ditahan Dimana?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar