Laman

Senin, 20 Maret 2023

Sejarah Malang (53): Indonesia Merdeka, Proklamasi, Situasi dan Kondisi di Malang; Sekutu/Inggris Evakuasi Militer Jepang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah satu hal. Situasi dan kondisi di Malang pada saat proklamasi kemerdekaan adalah hal lain. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Djakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Bagaimana situasi dan kondisi di Malang saat proklamasi atau sesudahnya. Yang jelas pasukan Sekutu/Inggris memasuki wilayah Indonesia termasuk di wilayah Malang dalam rangka melucuti dan mengevakuasi militer Jepang. Namun situasi ini dimanfaatkan Belanda/NICA untuk ‘berkuasa’ kembali di Indonesia termasuk di Malang.


Mengenang Sejarah Tugu di Kota Malang: Tugu kebanggaan warga Malang ini baru berdiri sekitar 17 Agustus 1946. Republika.co.id. 8 Maret 2018. Ada banyak jejak sejarah di tanah Kota Malang. Di antara peninggalan, menara tugu berada di depan Balaikota. Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Ronal Ridho'i menjelaskan, menara tugu sebenarnya belum berdiri di masa kolonial Belanda maupun Jepang. Tugu kebanggaan warga Malang ini baru berdiri sekitar 17 Agustus 1946 oleh warga setempat. "Itu menandai setahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945". Mengenai diresmikannya tugu oleh Bung Karno, Ronal menilai, ini tak terlepas dari kegiatan presiden pertama di kota tersebut. Saat itu, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mengadakan rapat sidang di salah satu lokasi Kota Malang. Oleh sebab itu, wajar peresmian tugu pun bisa dilakukan oleh Presiden Soekarno. Adapun perbedaan tugu pada 1946 dan 1950, sebagai momen peringatan peristiwa penting. "1946 momen peringatan proklamasi kemerdekaan sedangkan 1950 peringatan momen setelah agresi militer. Indonesia saat itu bisa dikatakan benar-benar merdeka," jelas dia. "Lalu kok bisa ada pendapat kalau tugu sempat ada emas? Kan di masa itu Indonesia berada di masa yang sangat krisis. Bangunan saat itu bentuknya kontinuitas dari peninggalan Belanda," tambahnya. (https://news.republika.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan situasi dan kondisi di Malang? Seperti disebut di atas, proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Djakarta tanggal 17 Agustus 1945 lalu setelah itu terjadi banyak peristiwa termasuk di wilayah Malang yang dimulai Sekutu/Inggris melakukan evakuasi militer Jepang di wilayah Malang. Lalu bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan situasi dan kondisi di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Situasi dan Kondisi di Malang; Sekutu/Inggris Evakuasi Militer Jepang

Pada tanggal 14 Agustus 1945, melalui radio, pernyataan takluk kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dapat didengar di pulau Jawa, tetapi tidak di daratan (karena listrik padam seluruh Jawa) melainkan di pelabuha-pelabuhan seperti Tandjoeng Priok dan Tandjoeng Perak. Sejak itu semua menjadi lumpuh. Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia hanya wait en see. Para militer memusat di markas dan barak-barak militer dan melakukan penjagaan di sejumlah tempat yang dianggap vital bagi Jepang. Oleh karenanya transportasi di daratan juga terbilang berhenti, radio di bawah kendali militer Jepang berusaha tidak memberitakan apa pun lagi situas dan kondisi. Pasa saat kritis inilah pada akhirnya diproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Djakarta, 17 Agustus 1945.


Di Djakarta tidak ada rapat umum. Hal itu sudah lama tidak ada lagi semasa pendudukan militer Jepang. Rapat umum dibatasi Pemerintah Pendudukan Jepang. Di Pegangsaan Timoer Djakarta, dalam satu upacara, yang dapat dikatakan terbatas, diadakan pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soerkano, atas nama bangsa Indonesia. Pengibaran bendera merah putih lalu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raja. Tidak ada siaran langsung radio, tidak ada peliputan media. Habis itu meski terkesan diam kembali, denyut jantung orang-orang Indonesia di Djakarta berdetak menjadi lebih kencang. Adam Malik menyalin teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, lalu Mochtar Loebis berangkat ke Bandoeng menemui Sakti Alamsjah Siregar di Radio Malabar Bandoeng. Pada malam tanggal 17 Agustus 1945 Sakti Alamsjah pada pukul 19 membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia beberapa kali. Pembacaan teks ini melalui Radio Bandoeng dapat ditangkap di radio Jogjakarta dan di Australia. Sejak inilah gaung kemerdekaan mulai diketahui di tempat jauh dari Djakarta. Berita kemerdekaan Indonesia hanya sampai di Jogjakarta, tidak sampai mencapai Malang (di pedalaman).

Bagaimana berita kemerdekaan Indonesia, sejak 17 Agustus 1945 diketahui di Malang tidak diketahui secara jelas. Berita kemerdekaan Indonesia lambat laun mencapai Soerabaja. Besar dugaan berita kemerdekaan Indonesia diketahui di Malang dari Soerabaja. Sementara itu di dalam pemberitaan internasional tentang Indonesia yang mengerucut adalah tentang rencana pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang di Indonesia dan munculnya isu pembebasan interniran Eropa/Belanda di berbagai tempat di Indonesia termasuk Malang. Seiring dengan isu pembebasan interniran Belanda khusunya, orang-orang Belanda di Eropa dan Australia mulai melakukan konsolidasi untuk kembali ke Indonesia (tentu saja untuk maksuk berkuasa kembali sebagaimana sebelum pendudukan Jepang).


Sementara pemimpin Sekutu/Inggris di Asia (Tenggara) melakukan kontak yang intens dengan para pemimpin Republik Indonesia, soal pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang di Indonesia plus pembebasan para interniran Eropa/Belanda, surat kabar-surat kabar (berbahasa) Belanda sangat intens membicarakan soal kapitalisasi ekonomi/bisnis di Indonesia. Berbagai perhitungan dilakukan, prediksi dilakukan dengan membuka kembali data-data lama. Tampaknya semua hasil analisis menunjukkan Indonesia tidak ada duanya di dunia bagi (kerajaan) Belanda. Akibatnya dorongan menguasai kembali Indonesia menjadi sangat kuat melalui peran NICA. Salah satu target orang-orang Belanda/NICA bagaimana mencapai daratan melalui pintu-pintu pelabuhan di belakang pasukan Sekutu/Inggris yang akan menjalankan tugas Sekutu. Pelabuhan Soerabaja dan pelabuhan Pasoeroean termasuk dalam target utama. Tidak melalui Soerabaja (yang memiliki risiko tinggi) tetapi melalui pelabuhan Pasoeroean (yang lebih dekat) memasuki Malang di wilayah pedalaman.

Bagaimana situasi dan kondisi di Malang di wilayah pedalaman nyaris tidak terinformasikan. Sebagai proksi, Pasoeroean menjadi salah satu pembicaraan di surat kabar (berbahasa) Belanda (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 23-10-1945). Disebutkan jika Inggris hilang, apakah para pemberontak akan mulai lagi? Mungkin masih ada sarang perlawanan yang tersisa, yang bisa menjadi penghalang selama bertahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu perlucutan senjata harus menyeluruh. Dan apakah pemuda perang Indonesia akan mudah dijinakkan? Di Hindia Belanda (mereka alergi menyebut nama Indonesia) sudah menjadi jelas orang hanya mempertimbangkan aspek ekonomi. Banyak sekali yang telah dihancurkan di Jawa, setengah dari kebun teh, setengah dari kebun kina telah hancur. Bahan pabrik dilebur dalam skala besar untuk membuat persenjataan. Stasiun percobaan industri gula di Pasoeeroan telah sepenuhnya dibongkar dan semua tempat pengujian telah hilang.


Lembaga industri gula di Pasoeroean semasa era Pemerintah Hindia Belanda (sebelum pendudukan militer Jepang) adalah lembaga yang sangat penting tidak hanya di Pasoeroean tetapi di seluruh Oost Java. Semua sampel gula di Jawa Timur termasuk dari Basoeki diuji di laboratorium Pasoeroean untuk mendapat sertifikat sebelum produk gula asal Jawa Timur diekspor ke manca negara. Dalam hal Soerabaja dan Pasoeroan adalah dua kota yang sangat penting di Oost Java. Secara khusus kota Pasoeroean adalah representasi wilayah Oost Java di wilayah pantai utara Jawa bagian timur (wilayah tapal kuda). Tentu saja kota Pasoeroean menjadi akses paling efektif menuju (wilayah) Malang. Di wilayah Malang sendiri kaya dengan sumber daya ekonomi, dimana sebelumnya sudah sangat cukup banyak usaha-usaha orang Belanda termasuk perkebunan hingga ke lereng-lereng gunung. Oleh karena itu seperti kita lihat nanti, terutama di wilayah Malang dimana property orang-orang Belanda cukup massif (wilayah Malang bagian utara, dekat ke Pasoeroean) akan menjadi rencana wilayah okupasi utama dalam perang kemerdekaan Indonesia (terbentuknya Negara Jawa Timur).

Orang-orang Belanda yang sangat berambisi kembali ke Indonesia, sudah barang tentu hanya memikirkan kepentungan mereka sendiri. Orang-orang pribumi hanya dianggap sebagai pemberontak (fakta bahwa negeri sendiri, mengapa harus disebut pemberontak, nenek moyang siapa yang menjadi pemilik dan pewaris), orang miskin, tidak berpendidikan dan menjadi halangan dan penghalang utama tujuan mereka.


Nijmeegsch dagblad, 15-10-1945: ‘Pemberontak mendeklarasikan Perang. Jepang memainkan barisan ganda saat mana pasukan Belanda/NICA dalam perjalanan mereka ke Jawa. Aliran pesan terus berlanjut. tetapi mereka tetap harus ditangani dengan sangat hati-hati. Pesan terpenting yang masuk dalam 48 jam terakhir adalah 'deklarasi perang' yang diluncurkan oleh Sukarno, atau markas besar tentara rakyatnya, menyerukan kepada Indonesia untuk melakukan perang suci melawan Belanda. Johan Fabricius, yang tinggal di Jawa, mengatakan bahwa pernyataan perang ini tidak banyak berpengaruh, meskipun pemogokan telah dimulai di Batavia. Fabricius menekankan sikap berbahaya orang Jepang, yang berperan ganda. Fabricius juga melaporkan bahwa Jepang memasok senjata dan amunisi kepada kaum nasionalis dan bahkan menyerahkan pesawat, bensin, dan bom .telah terjadi di Surabaya dan Malang’.

Jelas bahwa sejauh ini orang-orang Belanda yang akan bergerak menuju Indonesia sejatinya belum ada yang mencapai hingga ke (wilayah) Malang, namun apa yang terrjadi di Malang sudah diketahui Belanda.Sementara itu, bagaimanapun orang Belanda hanya memandang baik terhadap bagian kecil fraksi orang Indonesia yang seagama dengan mereka. Kedua belah pihak saling menyayangi. Saling menyapa dan saling korespondensi terutama antara pribumi dengan orang Belanda yang bekerka di bidang religi.


Gazet van Limburg, 24-10-1945: ‘Kabar baik dari Hindia. Maastricht. Sebuah surat telah diterima di Het Provincialaat van de Zusters van het Arme Kind Jezus disini, dimana salah seorang suster dari ordo ini di Hindia melaporkan bahwa semua suster dari rumah-rumah Hindia dari kongregasi ini di Pasoeröean dan Batoe semuanya telah melewati perang dengan aman. Mereka, seperti ribuan wanita Eropa lainnya, telah hidup di kamp-kamp dengan kesulitan fisik dan tekanan mental yang hebat’.

Selama pendudukan Jepang, orang-orang Eropa/Belanda umumnya berada di kamp-kamp interniran, termasuk di Malang. Mereka tidak bebas. Namun diantara orang-orang Eropa/Belanda sejak masa pendudukan Jepang ada juga sejumlah orang yang setengah bebas seperti pendeta dari misionaris di Malang dan dokter Belanda yang dipekerjakan di rumah sakit. Dr J. Lodder adalah direktur-dokter di rumah sakit di Malang dan Dr BM Schuurman dosen teologi di sekolag guru zending di Malang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sekutu/Inggris Evakuasi Militer Jepang: Wilayah Malang Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tugas Sekutu/Inggris untuk pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang menjadi tidak mudah. Ada tiga pihak yang langsung berurusan dengan itu: Indonesia, Sekutu/Inggris dan Jepang. Urusan Jepang bergeser menjadi perselisihan Sekutu/Inggris dan Indonesia. Dalam situasi ini Indonesia menjadi dalam situasi terpojok, lebih-lebih pada tahap awal ketika orientasi pejabat Pemerintah Republik Indonesia (mengedepankan perdamaian dan ketertiban) berbeda dengan orientasi golongan grass-root (para kaum revolusioner).


Dalam ‘game’ awal kemerdekaan Indonesia, atas nama Amerika Serikat, Sekutu Inggris menekan Jepang di Indonesia. Oleh karena itu Jepang hanya wait en see ketika orang Indonesia coba jalin kerjasama dengan pihak militer Jepang dalam urusan pasokan senjata dari pintu belakang. Penolakan Jepang, akibat tekanan Sekutu/Inggris akhirnya para golong revolusioner tantara/lascar tidak jarang bentrok dengan militer Jepang. Itu di satu sisi. Pada sisi lain, Sekutu/Inggris mendapat beban tambahan sehubungan dengan kebijakan Inggris membuka ruang bagi Belanda/NICA berada di belakang pasukan Sekutu/Inggris. Akhirnya, meski tugas utama pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang dapat diselesaikan Sekutu/Inggris, namun pada akhirnya seluruh elemen Indonesia berhadapan langsung dengan Sekutu/Inggris plus NICA/Belanda. Hal inilah yang menjadi penyebab utama timbulkan perang kemerdekaan, yang tiada pernah berakhir. Faktor ini juga yang menyebabkan situasi dan kondisi di Malang terasa lebih terkendali keamanan dibandingkan di kota-kota lain seperti Batavia, Semarang, Soerabaja dan Bandoeng. Meski demikian, para revolusioner Indonesia yang terbentuk di Malang merangsek ke garis pertempuran di Soerabaja. Dalam konteks hubungan inilah kemudsian perang kemerdekaan terasa di wilayah Malang (belum bersentuhan langsung).

Sementara arek-arek Malang bergerak menemui rekan mereka arek-arek Soerabaja di Sidoardjo, militer Jepang di Malang masih sangat solid. Saat mana mulai ada keributan antara Sekutu/Inggris dengan para Republiken di Soerabaja, terjadi negosisiasi antara Pemerintah Republik Indonesia dengan petinggi militer Jepang di Malang. Ada apa? Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sudah diplot Presiden Soekarno untuk posisi Menteri Penerangan RI. Di satu sisi hal itulah daftar Kabinet Presiden Soekarno tak kunjung diumumkan; sementara di sisi lain di penjara Malang Mr Amir Sjarifoeddin Harahap masih dalam status tahanan. Namun dalam perkembangannya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap berhasil dibebaskan.


Het parool, 04-10-1945: ‘Di Den Haag siaran radio Bandoeng terus dipantau yang menyebutkan radio yang berada di tangan kelompok ekstremis Soekarno. Dalam satu siaran diumumkan bahwa pemancar telah ditarik dari gerakan Sukarno. Untuk ini pembicara di radio ini menambahkan desakan kepada semua orang untuk bersatu di belakang Soekarno. Selanjutnya, saluran yang sama Bandoeng juga berbicara Amir Sajarifoeddin Harahap yang baru saja keluar dari penjara. Pembicara melaporkan bahwa dirinya telah dibebaskan sehari sebelumnya dari penjara Jepang di Malang dan datang melalui Soerabaja pada malam hari melalui Djokja ke kota pegunungan di Bandoeng ini. Komunikasi terakhir ini membuat semakin tidak jelas siapa yang sebenarnya memiliki kendali atas pemancar Bandoeng dan pandangan apa yang berlaku di antara yang disebut pengikut Soekarno’.  

Tidak lama kemudian setelah keberadaan Amir Sjarifoeddin Harahap di Bandoeng, pada tanggal·   13 Oktober 1945 kabinet Indonesia pertama terbentuk dan diumumkan dimana Menteri Penerangan adalah Amir Sjarifoeddin. Pada hari ini ini proklamasi perang disiarkan dari Bandoeng (yang juga diikuti oleh oemat Islam di Batavia). Saat ini komandan tertinggi (pasukan) di (wilayah) Bandoeng adalah Kolonel Abdoel Haris Nasoetion. Dengan demikian telah muncul tiga tokoh penting dalam awal perang kemerdekaan: Soekarno, Amir Sjarifoeddin Harahap dan Abdoel Haris Nasoetion. Lantas bagaimana di berbagai tempat di (wilayah) Indonesia terutama di (pulau) Jawa?


Awal masuknya Sekutu/Inggris ke dalam wilayah Indonesia setelah terjadi diskusi yang a lot antara pemimpin Indonesia (Presiden Soekarno) dengan representative Sekutu/Inggris di Asia (tenggara) di Singapoera, yang mana kemudian disepakati dan pasukan Sekutu/Inggris diizinkan masuk wilayah Indonesia. Pasukan Sekutu/Inggris merapat pertama kali di pelabuhan Tandjong Priok tanggal 29 September 1945. Pada tanggal 11 Oktober 1945 terjadi kerusuhan di Depok, Lalu proklmasi perang Indonesia dari Bandoeng tersebut direspon komandan pasukan Sekutu/Inggris di Jawa yang juga mengumumkan proklamsi perang tanggal 14 Oktober 1945. Hal itu boleh jadi karena Sekutu/Inggris harus melakukan tugas hingga jauh ke pedalaman di Bandoeng. Pada tanggal 15 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris menduduki Buitenzorg. Pada tanggal 16 Oktober 1945 pasukan Belanda/NICA mengambil kendali di lapangan terbang Tjililitan yang lalu diikuti pertempuran antara pasukan Belanda/NICA dengan kelompok nasionalis di sekitar lapangan terbang Tjililitan tanggal 17 Oktober 1945. Pada tanggal 18 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris memasuki Bandoeng. Baru kemudian berturut-turut tanggal 20 Oktober 1945 pasukan Sekutu.Inggris mendarat pertama kali di Semarang dan tanggal 25 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris mendarat di Soerabaja.

Pada tanggal 25 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris mendarat pertama kali di Soerabaja. Dalam hubungan ini melihat dan mendengar apa yang telah terjadi di Jawa bagian barat, si satu sisi orang Cina melihat kehadiran pasukan Cina di Jawa timur akan memunculkan risiko dan ancaman baru. Sementara di sisi lain, orang-orang Cina dapat dikatakan baru terbebas dari orang-orang Jepang yang mereka bencil. Bagi orang Cina siapa pun yang menjadi tuannya apakah orang pribumi atau orang Eropa/Belanda sama saja (indeferen) asal jangan Jepang lagi. Orang Cina di Malang merasa perlu untuk mendorong terbentuknya kedamaian dan ketertiban. Mereka mulai berpartisipasi sekalipun itu sekadar untuk meminta bantuan pihak ketiga.


De kroniek, 27-10-1945: ‘Komunitas Cina di Malang telah mengirim telegram ke pemerintah di Tsjoengking dan Wellington Koo, utusan Cina di London, meminta agar mereka menengahi masalah di Hindia’. Nun jauh di sana di Belanda, terus memantau perkembangan di Indonesia. Para investor mulai membuat rencana antara lain pengoperasian kembali kereta tram di Malang (lihat Het financieele dagblad: waarin opgenomen het Amsterdamsch effectenblad en de Dagelijksche beurscourant, 29-10-1945). Disebutkan tram di Kediri dam tram di Malang, pada tanggal 2 November, dalam rapat pemegang saham luar biasa yang akan diadakan, usulan penambahan dewan pengawas akan dibahas AJV Vorster dan LMA Thole.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar