Laman

Selasa, 06 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (27): Pemerintahan di Banjoewangi Semasa Era Pemerintah Hindia Belanda; Zaman Kuno versus Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Dalam narasi sejarah pemerintahan, yang terinformasikan adalah pemerintah zaman kuno dan era masa kini. Bagaimana masa pemerintahan diantaranya. Nah, itu dia. Kurang terinformasikan. Sejatinya pemerintahan di suatu wilayah, berkesinambungan dari zaman kuno hingga era masa kini.  Namun kurang terperhatikan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Wulayah relative tidak berubah, yang berubah adalah rezim yang memerintah di wilayah tersebut.


Banyuwangi adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris. VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pemerintahan di Banjoewangi semasa Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, narasi sejarah pemerintahan di berbagai wilayah cenderung hanya menarasikan zaman kuno versus masa kini. Pada masa Pemerintah Hindia Belanda kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah pemerintahan di Banjoewangi semasa Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pemerintahan di Banjoewangi Semasa Pemerintah Hindia Belanda; Zaman Kuno versus Masa Kini

Cabang pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda di wilayah Banjuwangi dimulai pada tahun 1801 dimana residentie meliputi Probolinggo, Besuki, Panaroekan dan Banjoewangi yang mana pejabat di Probolinggo. Pada masa pendudukan Inggris wilayah Banjoewangi menjadi satu residentie sendiri. Mengapa? Sejak era VOC, wilayah Banjoewangi sudah menjadi penting bangi Inggris (lalu lintas antara Australia dan China).


Pada akhir masa pendudukan Inggris residentie di Jawa sebagai berikut: Buitenzorg, Preanger, Bantam, Cheribon, Tagal, Paccalongan and Cadoe, Samarang, Souracarta, Djocjocarta, Japara and Joana, Rembang, Soeravaja and Banccalan, Probolinggo Bezuki and Panaroekan, Gressik, Passaroeang, Banjowangi, dan Sumanap. Residen di Banjoeangi adalah Luitenant Macleod dab dibantu oleh pejabat garam T van Zyl (lihat Almanac 1816). Di residentie Banjoewangi ada sebanyak 23 orang Eropa/Belanda.

Setelah berakhir masa pendudukan Inggris, Pemerintah Hindia Belanda dipulihkan. Cabang pemerintahan di wilayah Banyuwangi dilanjutkan dengan statusnya tetap sebagai suatu residentie. Pasca pemulihan ini residentei di pulau Jawa sebagai berikut: Bantam, Batavia, Buitenzorg. Krawang, Semarang, Cheribon, Tagal, Pakalongan, Kadoe, Soerakarta, Djogjacarta, Rembang, Japara en Joana, Soerabaja, Gresik, Pasaroeang, Bezoeki, Banjoweangi, dan Madoera en Soemanap. Residen Banjoewangi dibantu beberapa pejabat. Dalam perkembangannya, sehubungan dengan program koffiekultuur, Resident dibantu oleh pemimpin pribumi setingkat bupati.


Berdasarkan Almanak 1827 resident di Banjowangi adalah Mr GJ van de Graaff. Sementara bupati Banjoewangi adalah Raden Redin Soero Adi Negoro. Dalam pemerintahan Eropa, residen dibantu seorang Kommies, seorang Opziener serta seorang petugas kesehatan. Juga di Banjowangi ada seorang guru JF Scholten. Seberapa banyak populasi orang Eropa/Belanda tidak terinformasikan. Oleh karena ada sekolah/guru besar dugaan jumlahpopulasi orang Eropa/Belanda sudah jauh bertambah.

Pada tahun 1830 diketahui residentie Bezoeki dan residentie Banjoewangi telah digabung dengan nama baru residentie Bezoeki en Banjoewangi (lihat Javasche courant, 06-04-1830). Sebagai pejabat residen adalah De Bruijn Prince dengan kedudukan di Bezoekie. Mengapa digabung? Tentu saja reorganisasi ini dihubungkan dengan program pembangunan yang terintegrasi di wilayah Jawa paling timur.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Zaman Kuno versus Masa Kini: Narasi Pemerintahan Semasa Pemerintah Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar