Laman

Kamis, 13 Juli 2023

Sejarah Tata Kota Indonesia (25): Tata Kota di Ternate, Tidore dan Bacan; Sonfifi Masa Kini-Gilolo Masa Kuno di Pulau Halmahera


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Ada beberapa kota lama di Maluku di masa lampau. Kota-kota tersebut terutama Ternate, Tidore dan Bacan. Kota-kota masa depan, yang akan tumbuh berkembang adalah Sonfifi dan Tobelo. Mengapa? Kedua kota berada di pulau Halmahera (semnatara Ternate di pulau Ternate, Tidore di pulau Todore dan Bacan di pulau Bacan). Sinfifi, di pantai barat Halmahera kini diproyeksikan sebagai kota metropolitan sebagai sukses kota Teranate. Lalu bagaimana dengan Tobelo di pantai timur Halmahera? Di sini ada sejarah lama, di Gelela (Gilolo tempo doeloe) dan Morotai.  


Tata Kota Islam Ternate: Tinjauan Morfologi dan Kosmologi. Wuri Handoko. Balai Arkeologi Ambon. Kapata Arkeologi Vol. 11 No. 2, November 2015. Kota Ternate, adalah sebuah Kota Islam berkembang sejak abad ke 6-17. Meskipun pada masa itu dipengaruhi pula hegemoni kolonial terutama Portugis dan Belanda, namun sebagai sebuah pusat peradaban Islam, morfologi dan kosmologi kota ditata menurut konsep Islam dan konsep lokal. Melalui analisis arkeologi, aspek ruang morfologi dan kosmologi kota digambarkan. Untuk itu dilakukan survei arkeologi di wilayah Kota Ternate menelusuri toponim kota kuno, studi Pustaka, wawancara narasumber. Analisis arkeologi dilakukan, analisis keruangan melalui identifikasi data fitur mencirikan kota kuno Islam, serta analisis kontekstual melalui analogi sejarah dan budaya lokal. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan bentuk dan perkembangan kota, serta konsep kosmologi yang melatarbelakangi bentuk tata kota. Hasil penelitian antara lain bahwa komponen pusat kota yang dicirikan oleh bangunan kedaton sultan dan masjid sebagai pusat orientasi menjadi karakteristik Ternate sebagai kota peradaban Islam. Selain itu ciri lokal kota Ternate ditunjukkan dengan konsep kosmologi lokal, serta adanya pembagian ruang hunian pribumi dan pendatang. Dalam perkembangannya, ruang kota terbagi menjadi lima komponen, yakni komponen pusat kota, pemukiman, ekonomi dan niaga, penguburan, dan keagamaan. (https://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Ternate di Tidore di Bacan? Seperti disebutkan di atas, pada masa kini kota seperti Sonfifi dan Tobelo di wilayah zaman kuno Gilolo/Galela di pulau Halmahera diproyeksikan berkembang ke masa depan. Namun yang difokuskan adalah tiga kota lama yang masih eksis hingga masa kini:  Ternate, Tidore, Bacan. Lalu bagaimana sejarah tata kota di Ternate di Tidore di Bacan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Tata Kota di Ternate di Tidore di Bacan; Sonfifi Masa Kini dan Gilolo Masa Kuno di Pulau Halmahera

Seberapa tua kota Ternate? Dalam teks Negarakertagama (1365) di wilayah Maluku yang sekarang hanya teridentifikasi nama-nama Maluku, Ambwaru, Ceram, Muar dan Wandam, dan Kadali. Sumber-sumber lama menyebut nama Maluku digantikan Ternate dan nama Maluku menjadi nama wilayah. Nama-nama Maluku, Muar (di Saparua) dan Ambwaru (Ambon) dalam teks tersebut mirip dengan nama Malaka dan Muar di pantai barat Semenanjung dan nama Ambuaru di pantai timur Sumatra. Apakah ini mengindikasikan hubungan yang intens antara Selat Malaka dengan kepulauan Maluku?


Kapan nama Ternate muncul? Marco Polo menyebut nama-nama di timur dan selatan Semenanjung Malaka adalah Berney, Monoch, Bandam dan Timor. Dalam peta awal Portugis (F Rodriguez 1511-1513) tidak diidentifikasi nama Ternate dan Tidore. Nama-nama diidentifikasi pada Peta 18 antara lain Melaqua (Malaka) dan Muar; pada Peta 19 antara lain Bamca (Bangka) dan Macuater (Makassar); pada Peta 21 antara lain Macuater, Madura, Surrabaia, Agacy (Geresik), Balaram, Lamboqua, Siumbaiwa; pada Peta 20 Sollor, Frolles, Timor, Buro (Aru), Ceram, Bouro (Buru), Maluqquo, Erauo (?), Dama, Samdollo (Gilolo/Galela?), Papoia (Pupua). Nama-nama pertama dari Portugis ini banyak bersesuaan dengan teks Negarakertama seperti Banda, Maluku, Ceram dan Muar. Dalam berbagai literatur pada fase pertama Portugis (1511-1513) sudah disebut nama Ternate dan Ambon. Boleh jadi nama Ambon menggantikan Ambuaroe dan nama Ternate menggantikan Maluku. Pelaut-pelaut Portugis juga ada akalanya mengidentifikasi nama tempat dengan nama sendiri seperti Flores. Nama Batjan muncul pada periode 1518-1520. Bagaimana dengan nama Tidore? Disebutkan dari sumber Spanyol tahun 1521. Nama Halmahera muncul pada tahun 1522. Sejak 1522 nama Ternate, Tidore dan Batjan semakin intens disebutkan. Nama Manado dan Celebes baru disebut pada tahun 1523. Nama Gilolo di Halmahera disebut tahun 1529.

Sejak kehadiran pelaut-pelaut Eropa (Portugis dan Spanyol) nama Ternate, Tidore dan Bacan muncul. Suatu nama yang tidak disebut dalam sumber terdahulu seperti Negarakertagama. Nama Ternate menjadi nama yang sangat popular diantara nama-nama di Maluku. Hal itulah yang menguatkan dugaan Ternate adalah suksesi nama Maluku. Dalam hal ini Maluku adalah nama tua yang sudah disebut dalam teks Negarakertagama.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sonfifi Masa Kini dan Gilolo/Galela Masa Kuno di Pulau Halmahera: Kota Ternate Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar