Laman

Kamis, 05 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (59): Bahasa Sigulai Bahasa di Pulau Simeulue; Nama-Nama Bahasa dan Penamaan Bahasa Sigulai Sudah Tepatkah?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sigulai atau Sikule merupakan sebuah bahasa yang dituturkan oleh suku Sigulai yang terdapat di Pulau Simeulue. Bahasa ini terdapat di kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang di Kabupaten Simeulue, Aceh.Kabupaten Simeulue memiliki 10 Kecamatan antara lain: Alafan, Simeulue Barat, Salang, Simeulue Cut, Teluk Dalam, Simeulue Tengah, Teupah Tengah, Teupah Barat, Simeulue Timur, dan Teupah Selatan.


Penamaan Bahasa Sigulai: Sudah Tepatkah? Salah satu wilayah yang memiliki banyak ragam atau dialek bahasa di Aceh adalah Kabupaten Simeulue sebuah pulau yang berada kurang lebih 150 KM dari lepas pantai barat Aceh dengan ibu kota Sinabang. Sinabang dengan logat daerah dibaca Si navang yang berasal dari legenda Navang. Simeulue memiliki 10 Kecamatan antara lain: Alafan, Simeulue Barat, Salang, Simeulue Cut, Teluk Dalam, Simeulue Tengah, Teupah Tengah, Teupah Barat, Simeulue Timur, dan Teupah Selatan. Kabupaten Simeulue memiliki 6 jenis bahasa lokal, yakni Bahasa Sigulai, Lekon, Simelul, Jamee, Haloban, dan Devayan. Akan tetapi, salah-satu yang menjadi pertanyaan bagi penulis dan sebagian anggota masyarakat di Kabupaten Simeulue yakni, terkait legalitas penamaan bahasa Sigulai. Bahasa Sigulai merupakan bahasa yang digunakan oleh 3 kecamatan di Kabupaten Simeulue: Alafan, Salang, dan Simeulue Barat. Bahasa Sigulai mungkin sudah menjadi nama bahasa yang populer di luar Kabupaten Simeulue. Namun demikian, penulis masih meragukan legalitas penamaan tersebut. Menurut penulis, Sigulai itu merupakan salah-satu nama desa di Kecamatan Simeulue Barat, Kabupaten Simeulue. (https://bbaceh.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sigulai bahasa di pulau pulau Simeulue? Seperti disebut di atas, penutur bahasa Sigulai berada di kabupaten Simeulue; Nama-nama bahasa dan penamaan bahasa Sigulai sudah tepatkah? Lalu bagaimana sejarah bahasa Sigulai bahasa di pulau pulau Simeulue? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Sigulai Bahasa di Pulau Pulau Simeulue; Nama-Nama Bahasa dan Penamaan Bahasa Sigulai Sudah Tepatkah?

Sejarah bahasa-bahasa adalah satu hal. Sejarah penamaan bahasa adalah hal lain lagi. Kedua hal ini berlaku diseluruh muka bumi, apakah dalam wilayah kecil maupun dalam wilayah yang lebih luas. Dalam konteks kelompok populasi (etnik), orang local memiliki cara dan nama sendiri untuk mengidentifikasinya bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Akan tetapi nama apa yang diberikan oleh orang luar (orang tetangga atau orang asing) bisa berbeda. Oleh karena itu nama bahasa sebagai suatu identitas pengenal dalam (sejarah) bahasa harus diperhatikan dalam konteksnya.


Orang asing secara sepintas, untuk sekadar memudahkan, ada yang menyebut identitas bahasa tentang bahasa Sumatra, bahasa Jawa dan sebagainya. Ke atas bahasa-bahasa di nusantara orang Eropa membedakan bahasa Melayu, bahasa Austronesia, bahasa Polinesia dan sebagainya. Sementara di wilayah yang lebih kecil, seperti di pulau Sumatra terdapat ragam bahasa, apakah ragam bagasa di daratan (pulau Sumatra) dan ragam bahasa di pulau-pulau (dalam hal ini sebelah barat pantai barat Sumatra). Orang asing (Eropa) mengidentifikasi bahasa Batak untuk ragam bahasa yang berdekatan secara geografis di pantai barat Sumatra. Fakta bahwa didalamnya terdapat dialek-dialek bahasa yang berbeda. Nama Batak adalah nama yang diberikan oleh orang luar, Demikian juga yang terjadi di pulau Nias dan di pulau Simeulue. Di pulau Nias terdapat dialek-dialek yang memiliki isolek yang tinggi (secara linguistic lebih dekat satu sama lain). Bagaimana dengan ragam bahasa/dialek-dialek di (wilayah/pulau) Simeulue.

Banyak nama geografis, dalam hal ini nama pulau, diidentifikasi sebagai nama bahasa, yakni bahasa yang ditututkan kelompok populasi di pulau, seperti bahasa Bali di pulau Bali dan bahasa Jawa di pulau Jawa. Lalu apakah di pulau Jawa semuanya berbahasa Jawa? Secara teoritis, bahasa Nias mengikuti nama pulau. Lantas sejak kapan Nias menjadi nama pulau? Nama Nias awalnya merujuk pada nama apa? Idem dito dengan nama pulau Simeulue?


Disebutkan kelompok populasi asli (pulau) Simeulue tidak mirip dengan kelompok populasi di daratan Aceh. Juga penduduk asli Batak berbeda dengan kelompok populasi penduduk asli Nias. Penduduk asli Simeulue disebutkan lebih mirip dengan penduduk asli di pulau Nias. Secara geografis bagian utara pulau Nias (Nias Utara) dan bagian selatan pulau Simeulue (Tapah) sangat berdekatan. Sementara itu dalam perkembangannya terbentuk (kampong/kota) Sinabang. Kota Sinabang sejak era Pemerintah Hindia Belanda diketahui menjadi salah satu tujuan perdagangan dari dan ke daratan (Sumatra). Hal itulah yang menyebabkan penduduk kota Sinabang lebih berwarna (melting pot). Penduduk asli (di pulau) Simeuleu mirip penduduk asli di pulau Nias lebih berkulit putih (seperti kulit orang Cina). Jika pulau-pulau di barat pantai Sumatra ini disatukan dari pulau Simeulue di utara (Aceh) hingga pulau Enggano di selatan (Bengkulu) sejatinya satu kesatuan yang dapat dikategorikan penduduk berkulit putih (yang berbeda dengan penduduk daratan di Sumatra yang berkulit lebih gelap).

Sejarah pulau Simeulue tentu saja tidak hanya dilihat dari daratan Sumatra, tetapi juga dari sisi lautan luas (lautan India). Konon, penduduk asli Simeulue lebih awal berinteraksi dengan pendatang dari barat lautan (India dan Timur Tengah) daripada penduduk asli dari daratan (yang bukan pelaut) di Sumatra. Dalam hal ini penduduk asli Simeulue sendiri piawai dalam navigasi dan perairan yang luas yang memudahkan mereka berkomunikasi antar pulau-pulau.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama-Nama Bahasa dan Penamaan Bahasa Sigulai Sudah Tepatkah? Pepatah Nama Menunjukkan Bangsa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar