Laman

Minggu, 08 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (65):BahasaTamiang Bahasa Melayu Batas Wilayah Gayo; Antara Bahasa Melayu Langkat dan Bahasa Aceh Langsa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Tamiang adalah suku bangsa pribumi di Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh, dan beberapa daerah Kabupaten Langkat di Sumatera Utara. Umum suku Tamiang berada di wilayah pesisir pantai timur Sumatra seperti halnya suku Melayu dan suku Aceh. Di wilayah pedalaman berada suku Batak dan suku Gayo; di wilayah perairan lalu lalang navigasi pelayaran berbagai bangsa.  


Bahasa Tamiang adalah salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh suku Tamiang yang umumnya hidup di daerah Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh bagian timur yang langsung berbatasan dengan Sumatera Utara. Bahasa Melayu Tamiang terbagi dengan 2 macam dialek yaitu: Tamiang Hulu: digunakan oleh penduduk di kawasan Kecamatan Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Kota Kuala Simpang, dan sebagian Kecamatan Karang Baru dan Rantau; Tamiang Hilir, digunakan oleh penduduk di kawasan Kecamatan Seruway, Kecamatan Bendahara, dan sebagian kawasan Kecamatan Manyak Payed, Karang Baru, dan Rantau. Pelafalan huruf "R" dalam bahasa Tamiang sama persis dengan dialek Prancis lainnya khususnya dialek utara, yaitu huruf "r" cenderung dituturkan seperti lafaz huruf (gh). Namun, dalam sistem penulisan bahasa Tamiang tidak menggunakan lafal "gh" namun disempurnakan dengan tulisan "ġ" yang bertitik atas pada tengah kata dan huruf "Q" apabila terdapat pada akhir kata. contoh yang terdapat di tengah kata: deġeh/deġas = deras, dan dengoq/ dengaq = dengar. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tamiang bahasa Melayu berbatas wilayah Gayo? Seperti disebut di atas bahasa Tamiang dituturkan orang Tamiang yang bertetangtga dengan orang Gayo. Bahasa Tamiang diantara bahasa Melayu Langkat dan bahasa Aceh Langsa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tamiang bahasa Melayu berbatas wilayah Gayo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Tamiang Bahasa Melayu Berbatas Wilayah Gayo; Antara Bahasa Melayu Langkat dan Bahasa Aceh Langsa 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Antara Bahasa Melayu Langkat dan Bahasa Aceh Langsa: Bagaimana Terbentuknya Bahasa Tamiang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar