Laman

Minggu, 19 November 2023

Sejarah Bahasa (129): Bahasa Tana Bahasa Tua di Maluku Makin Banyak Punah; Pulau Haruku, Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Tana adalah bahasa tua digunakan di pulau Ambon dan Maluku Tengah (Haruku, Saparua, Nusalaut, dan pulau-pulau lainnya). Bahasa Tana juga disebut bahasa ibu di kepulauan Maluku. Bahasa Tana dalam bahasa Alifuru adalah Souw Upuko-Lusikolu. Pada masa dikenal aksara Alifuru adalah sebuah sistem tulisan di Maluku, berasal dari kebudayaan suku Alifuru dan umumnya hanya digunakan untuk menulis dalam bahasa tana (bahasa yang hanya digunakan dalam upacara adat).


Bahasa Tana, Aksara Alifuru dan Nasib Bahasa Lokal di Maluku. M. Thaha Pattiiha. Dalam beberapa waktu terakhir ini, dirisaukan pemberitaan hasil penelitian terhadap bahasa-bahasa umat manusia di seluruh dunia. Sebagian bahasa yang sebelumnya digunakan dalam komunitas masyarakat lokal dipastikan telah punah, sebagian lagi dikhawatirkan karena sedang berada didalam situasi terancam dan bahkan menuju kepunahan. Kepulauan Maluku, memiliki kekayaan bahasa khusus disebut bahasa tana, juga terdapat ratusan bahasa lokal. Tetapi bahasa-bahasa lokal yang sudah dimasukan di dalam dafatar bahasa-bahasa, sebagian dinyatakan telah punah, dan sejumlah bahasa masuk kategori sedang menuju kepunahan. Bahasa Tanah (baca; bahasa-tana), disebut dalam bahasa Alifuru; Souw Upuko-Lusikolu - bahasa nenek-moyang Alifuru, kata rujukan yang pasti menunjuk kepada bahasa asli bangsa Alifuru. Bahasa-tana adalah bahasa ibu - Mather Language, karena merupakan ibu dari berbagai bahasa lokal yang tercipta kemudian hari dan digunakan oleh komunitas-komunitas masyarakat lokal yang ada di seluruh kepulauan Maluku. (https://www.academia.edu/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tana di Maluku, bahasa tua makin banyak punah? Seperti disebut di atas bahasa Tana dituturlam di kepulauan Maluku, suatu bahasa yang tersisa seiring dengan terbentuk bahasa-bahasa local. Pulau Haruku, pulau Saparua dan pulau Nusalaut. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tana di Maluku, bahasa tua makin banyak punah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Tana di Maluku, Bahasa Tua Makin Banyak Punah; Pulau Haruku, Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Haruku, Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut: Bahasa Tana Riwayatnya Tempoe Doeloe

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar