Laman

Senin, 20 November 2023

Sejarah Catur (22): Kejuaraan Catur di Indonesia Sejak Era Hindia Belanda; Juara-Juara Catur Indonesia dari Masa ke Masa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Dalam catatan sejarah kejuaraan nasional catur di Indonesia (Pertjasi) dimulai tahun 1953 di Solo. Itu satu hal. Bagaimana dengan sebelumnya? Kejuaraan catur Hindia Belanda (NISB) dimulai tahun 1916 di Garoet. Itu hal lain. NISB didirikan di Djogjakarta tahun 1914 dan diresmikan tanggal 1 Januari 1915. Pada tahun 1915 NISB menyelenggarakan kejuaraan (turnamen). Mengapa kejuaraan resmi NISB baru dicatat 1916? Bagaimana dengan kejuaraan Pertjasi di Solo tahun 1953?


Kejuaraan Catur Indonesia diselenggarakan oleh Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia), Federasi Catur Indonesia. Percasi didirikan pada tahun 1948 di Yogyakarta, meskipun tanggal pendirian resminya 17 Agustus 1950, ketika undang-undang dan anggaran rumah tangganya diberlakukan. Kantornya akan pindah ke Jakarta pada tahun 1955. Kejuaraan Indonesia pertama diakui oleh Percasi akan diadakan di Surakarta pada tahun 1953, meskipun ada klaim kejuaraan nasional memiliki tempat yang diambil di Semarang pada tahun 1952. Ardiansyah memegang rekaman untuk sebagian besar kejuaraan dimenangkan dengan lima. Sejak 1978, kejuaraan wanita telah diadakan secara bersamaan dengan membuka kejuaraan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kejuaraan nasional catur di Indonesia sejak era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, kejuaraan catur sudah diselenggarakan sejak era Hindia Belanda. Bagaimana dengan juara-juara catur Indonesia masa ke masa? Lalu bagaimana sejarah kejuaraan nasional catur di Indonesia sejak era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Kejuaraan Nasional Catur di Indonesia Sejak Era Hindia Belanda; Juara-Juara Catur Indonesia Masa ke Masa   

Garis sejarah catur Indonesia memang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Fakta bahwa sejarah catur Indonesia tidak pernah terputus sejak era Hindia Belanda. Dalam konteks inilah kita membicarakan kejuaraan-kejuaraan catur di Indonesia. Politik adalah satu hal. Permainan catur adalah hal lain lagi. Motto para pemain catur: gens una sumus’ yang artinya kita semua bersaudara. Antara juara Belanda dan juara Indonesia juga tetap terhubung.


Perserikatan catur Hindia Belanda (NISB) didirikan pada tahun 1915. Dalam kejuaraan NISB yang pertama tahun 1916 juara adalah Dirk Bleijkmans. Lalu kemudian tahun 1917 Dr Mahulete. Tahun 1918, 1919 dan 1920 kembali diraih D Bleijkmans. Pada tahun 1922 juara JG Baay. Pada tahun 1923 dan 1924 adalah H Meyer. Lalu berikutnya Meyer digantikan oleh Dr Drognat Doeve.  Dalam fase awal NISB ini juara pertama D Bleijkmans adalah mantan juara Belanda tahun 1904. Lalu ada nama dokter J Mahulete seorang pribumi.

Permainan catur sudah lama tumbuh berkembang di Hindia. Sejumlah klub catur sudah dibentuk di kota-kota oleh orang Belanda. Tentu saja diantara orang pribumi catur berkembang sendirinya, namun kurang terinformasikan. Seorang panter di Langkat Armin von Oefele menemukan ada pecatur kuat diantara orang Batak di Tanah Karo. Dalam bukunya, tentang catur di Tanah Batak yang diterbitkan di Leipzig tahun 1904 disebut nama Si Narsar. Orang-orang Belanda menjadi heboh bahwa orang pribumi juga jago bermain catur.


Si Narsar diundang ke klub catur Medan pada tahun 1910. Apa yang dilaporkan Armin von Oefele terbukti benar. Juara catur Medan, Meijer dapat dikalahkan oleh Si Narsar. Lalu pada tahun 1913 klub-klub catur di Jawa seperti di Batavia, Semarang dan Djogja mengundang Si Narsar. Hampir seluruhnya dapat dikalahkannya oleh Si Narsar dalam pertandingan simultan. Sejak itu pecatur pribumi mulai diperhitungkan oleh pecatur-pecatur Belanda di Hindia.

Si Narsar adalah pemain catur independent, tidak terikat atau bernaung di dalam kub catur. Lagi pula baru segelintir pecatur pribumiyang tergabung dalam klub-klub catur. Dr Mahulete adalah salah satu pecatur klub di Soerabaja (Soerabajasch Schaakclum). Dalam kejuaraan NISB pada tahun 1917 di Semarang yang menjadi juara adalah Dr Mahulete. Dalam kompetisi ini juara tahun sebelumnya D Bleijkmans (mantan juara Belanda) tidak berpartisipasi.


J Mahulete diterima di sekolah kedokteran di Batavia (Docter Djawa School) pada tahun 1900 di tingkat persiapan. Siswa yang diterima di Docter Djawa School adalah lulusan sekolah dasae Eropa (ELS). Lama studi delapan tahun yang terbagi tiga tahun tingkat persiapan dan lima tahun tingkat medik. Pada tahun 1902 J Mahulete dari Ambon naik ke kelas tiga di tingkat persiapan (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-11-1902). Yang juga naik antara lain Mohamad Daoelaj dari Padang Sidempoean, M Baoerki dari Salatiga dan Si Isa dari Padang Sidempoean. Di atas mereka yang naik ke kelas empat tingkat medik antara lain Tjipto Mangoenkoesoemo dari Poerwodadi, Abdoel Hakim Nasoetion dair Padang Sidempoean dan Abdoel Karim Harahap dari Padang Sidempoean. Pada tahun 1902 ini yang lulus dan mendapat gelar dokter antara lain Haroen Alrasjid Nasoetion (ditempatkan di Padang) dan Mohamad Hamzah Harahap (ditempatkan di Telok Betong). 

Pada tahun 1909 J Mahulete lulus dan mendapat gelar dokter (lihat De locomotief, 11-09-1909). J Mahulete langsung menikah di Batavia sebelum Dr J Mahulete ditempatkan di Bangka. Namun setelah dua tahun berdinas sebagai dokter pemerintah di Bangka, Dr J Mahulete meminta cuti (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-05-1911). Pada bulan September Dr J Mahulete berangkat dengan kapal ss Voldel; dari Batavia dengan tujuan akhir Rotterdam (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 06-09-1911).


Dr J Mahulete di Belanda untuk melanjutkan studi kedokteran. Tentu saja tidak sulit bagi Mahulete beradaptasi di Belanda. Sebab beberapa lulusan Docter Djawa School bahkan sudah ada yang menyelesaikan studi di Belanda. Lagi pulau di Belanda sejak 1908 sudah ada organisasi mahasiswa yang didirikan oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (sudara sepupu Dr Mohamad Hamzah Harahap). Sementara diantara para mahasiswa Cina adal Hindia pada tahun 1911 ini didirikan organisasi mahasiswa yang diberi nama Chung Hwa Hui. Praktis pada tahun 1911 sudah banyak mahasiswa asal Hindia di Belanda.

Di Belanda, Dr Mahulete tidak hanya studi kedokteran tetapi juga bakatnya dalam permain catur dikembangkannya. J Mahulete bergabung dengan klub kampus di Amsterdam. Dalam kompetisi catur mahasiswa di Belanda yang diadakan di Amsterdam bulan November 1913 J Mahulete termasuk anggota tim dari mahasisdwa Amsterdam (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 12-11-1913).


Dalam perkembangannya diketahui Mahulete menjadi anggota klub catur di Laren. Dalam suastu kejuaraan yang diselenggarakan klub-klub di kota Laren, kota Bussum dan kota Hilversum.J Mahulete bergabung dalam tim Laren (lihat De Telegraaf, 24-01-1914). J Mahulete dalaam pertandingan individu (dari klub Blaricum) mendapat poin 4 ½ dari enam game (De Gooi- en Eemlander: nieuws- en advertentieblad, 11-02-1914). Dalam pertandingan beregu klub Laren menang 7-5 melawan Bussum (lihat Algemeen Handelsblad, 26-02-1914). Meski menang secara tim Mahulete kalah dengan lawannya Dekker dari Bussum. Mahulette menulis di surat kabar De Telegraaf 19-05-1914 tentang wabah di Hinfdia.          

J Mahulete lulus dan mendapat gelar dokter. Tidak lama kemudian J Mahulete kembali ke tanah air (lihat Scheepvaart, 06-09-1914). Disebutkan dalam manifes kapal ss Ophir J Mahulete bersam istri dan satu anak. Setelah sempat berdinas di Batavia. J Mahulete kemudian dipindahkan ke Soerabaja. J Mahulete bergabung dengan klub catur Soerabaja (SSC). Dalam kompetisi internal SSC, Mahulete berada di kelas utama Bersama D Bleijkmans da Safier (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 14-06-1916). Pecatur lainnya di kelas utama adalah Onnen, Blekej dan Mohamad Atsjad.


Pada tahun 1917 jumlah klub di bawah NISB sebanyak 20 klub. Sekretariat NISB di Bandoeng. Jumlah klub catur di Bandoeng terdapat empat buah (sekitar 120 anggota). Klub catur baru didirikan di Madioen dan Pekalongan yang kemungkinan akan mendaftae NISB dalam kongres NISB di Semarang pada bulan April 1917. Pada tahun 1917 ini juga di Batavia oleh Abdoel Rasjid Suregar dkk didirikan klub catur sekolah kedokteran STOVIA yang mana para anggotanya sepenuhnya mahasiswa pribumi. Klub catur Stovia akan bergabung dengan NISB pada tahun 1918.

Pada bulan April 1917 di Semarang diadakan kejuaraan catur NISB yang kedua yang bersamaan dengan kongres NISB. Dalam kompetisi catur NISB di Semarang ini direncanakan terbagi dalam kelas utama, kelas satu, kelas dua dan kelas tiga. Siapa saja yang masuk ke kelas utama masih dikomunikasikan (lihat Bataviaasch nieuwsblad. 07-03-1917). Dalam perkembanganya telah ditentukan di kelas utama ada lima pecatur (lihat De locomotief, 29-03-1917). Disebutkan di kelas utama adalah D Belijkmans, Dr Drognat Doeve, Dr Mahulete, H Meyer dan MF Onnen. Dalam kompetisi di Semarang ini Dr J Mahulete menjadi juara di kelas utama (lihat De locomotief, 10-04-1917).


Pencapaian Dr Mahulete di dalam kejuaraan NISB yang kedua di Semarang ini merupakah pencapaian pecatur ptibumi diantara pecatur-pecatur Belanda. Seperti disebut di atas, Mahulete sudah berpengalaman dalam sejumlah turnamen di Belanda. Di kelas satu tidak ada pribumi yang mendapat peringkat, tetapi ada di kelas kedua yang mana RM Sosrosoegondo di peringkat kedua. Pada kelas ketiga ada nama Gratama di peringkat pertama. Sementara itu tahun sebelumnya Si Narsar melakukan tur kedua ke Jawa dan berkesempatan ada tanding dengan D Bleijkmans di Soerabaja. Pada pertandingan yang diadakan tanggal 23 dan 26 Desember 1916 Si Narsar mengalami kekalahan untuk dua game tersebut. Nun jauh di Belanda pada tahun 1917 ini terinformasikan mahasiswa di Delft, Mohamad Iljas mengikuti turnamen catur sebagai bagian dari klub catur kota Delft. Ini mrengindikasikan bahwa pecatur pribumi cukup kompetitif.

DJ Mahulete dalam kejuaraan tahun 1917 tidak hanya juara (pada kelas utama). Kemenangannya terhadap D Bleijkmans juga menjadi penting. Beberapa bulan sebelumnya D Bleijkmans dua kali mengalahkan Si Narsar. Dalam hal ini harus dicatat kemenangan Mahulete ini sangat berarti, karena D Bleijkman tidak hanya juara tahun lalu, D Bleijkman adalah juara catur di kejuaraan Belanda tahun 1904.


Pada tahun 1917 juara Belanda masih dipegang oleh Johannes Esser sejak 1913. Seperti kita lihat nanti juara baru Belanda adalah Max Marchand pada tahun 1919. Lalu kemuidian juara Belanda direbut oleh Dr Max Euwe dari Max Marchand pada tahun 1921. Seperti disebut di atas, juara catur Hindia Belanda (NISB) tahun 1918, 1919 dan 1920 dipegang oleh D Bleijkmans. Pada tahun 1922 juara adalah JG Baay. Kelak nama Dr Euwe penting dalam hubungan antara catur Hindia dengan catur Belanda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Juara-Juara Catur Indonesia Masa ke Masa: Antara Lain Dirk Belijkmans, Baris Hutagalung, Arovah Bachtiar dan Susanto Megaranto

Sejarah catur di Indonesia terus berkembang sejak era Hindia Belanda. Para pecatur Indonesia juga terus saling terhubung dengan pecatur Belanda. Politik adalah satu hal. Permainan catur adalah hal lain lagi. Motto para pemain catur: gens una sumus’ yang artinya kita semua bersaudara. Antara juara Belanda dan juara Indonesia juga tetap terhubung.


Setelah pengakuaan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1949) perserikatan catur Indonesia (Pertjasi) memulaian kejuaraan pada tahun 1953. Dalam kejuaraan Pertjasi yang pertama tahun 1953 juara adalah Arovah Bachtiar. Lalu kemudian tahun 1954 Baris Hutagalung menjadi juara di Tegal; Baris Hutagalung tidak tergantikan hingga tahun 1956 yang menjadi juara adalah pecatur dari Soerbaja Abubakar Baswedan. Pada tahun 1958 kejuaraam yang direncanakan di Malang dibatalkan. Dalam kejuaraan tahun 1960 di Medan, Baris Hutagalung tetap dapat mempertahankan gelarnya. Setelah sepuluh tahun Arovah Bachtiar baru menjadi juara tahun 1962 di Djakarta. Namun dalam kejuaraan tahun 1964/1965 juara diraih oleh Ong Yok Hwa dari Bandoeng. Lalu pada tahun 1967        juara adalah Arovah Bachtiar.

Nama-nama pecatur Indonesia sudah tercatat harum manis di Eropa. Hal ini karena sukses tim Indonesia di Olimpiade Catur di Leipzig (Jerman) tahun 1960 yang terdiri dari Han Liong Tan, Arovah Bachtiar. Max Arie Watoelo dan D Panggabean. Pada tahun 1963 Han Liong Tan mendapat gelar master FIDE dalam, turnamen yang diadakan di Belanda. Dalam hal ini Gan Liong Tan adalah pecatur Indonesia pertama bergelar master. Lalu pada tahun 1964 Arovah Bachtiar hampir berhasil mencapai juara kompetisi Interzone FIDE zona 10 Amsterdam. Atas dasar itulah catur Indonesia dan pecatur Indonesia di Belanda sangat diapresiasi. Kini pada tahun 1965 Hutagalung yang telah beralih ke bridge dengan sendirinya pecatur pertama Indonesia jatuh ke tangan Arovah Bachtiar.

 

Het Parool, 13-03-1965: ‘Dalam pertandingan penyisihan kejuaraan 1965; yang pertama dimenangkan oleh Bonar Sitompoel. Dalam daftar nama pecatur Indonesia ada juga Oey Béng Liang, MHS Nainggolan dan Ong Yok Hwa’. Yang menjadi juara tahun 1965 ini diraih oleh Ong Yok Hwa dari Bandoeng. Salah satu game menarik adalah pertandingan antara Ong Yok Hwa dan MHS Nainggolan.

Pertjasi tampaknya berencana mengirimkan tim catur Indonesia untuk tur ke luar negeri di bawah naungan Menteri Maladl (Olahraga), Sudah barang tentu negara yang dipilih di Eropa adalah Belanda karena banyak faktot. Selain kedekatan hubungan psokologis, juga karena pecatur-pecatur Belanda di Eropa dapat bersaing dengan negara lain.  


Algemeen Handelsblad, 05-01-1966: ‘Jan Hein Donner, Lodewijk Prins, Hans Bouwmeester dan Coen Zuidema atau Kick Langeweg membentuk tim catur nasional yang akan bertanding melawan tim perwakilan Indonesia pada hari Sabtu dan Minggu. Ini adalah pertama kalinya kedua negara bertemu. Kuartet Indonesia terdiri dari: Arovah Bachtiar, Lim Hong Gie, Nainggolan dan Ong Yok Hwa atau Max Wotulo. Pertandingan akan dimainkan pada hari Minggu di hotel Slotania di Amsterdam dan pada hari Senin di kafe-restoran Brinkmann di Haarlem.

Nama Ong Yok Hwa tentulah menjadi perhatian di Belanda karena belum lama telah menjadi juara Indonesia. Nama Ong Yok Hwa paling tidak telah terinformasikan tahun 1957 di Bandoeng. Nama Baris Hutagalung tentu saja tidak ada lagi karena telah beralih ke permainan bridge setelah belasan tahun menjadi menghiasi kancah catur Indonesia. Arovah Bachtiar mantang juara, tetapi belum lama ini sempat di Belanda. Max Watulo dan Arovah Bactiat adalah dua anggota tim dalam Olimpiade 1960 di Leipzig. Lantas bagaimana dengan Lim Hong Gie, Nainggolan. Keduanya adalah pesaing kuat Ong Yok Hwa dalam kejuaraan 1965.


Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 24-04-1957: ‘Tjan Giang Tjan kampioen Bandung. Woensdag 18 April werden de schaakwedstrijden om het kampioenschap van Bandung voortgezet. Hoewel de wedstrijden nog niet beëindigd zijn is reeds nu vastgesteld, dat de heer Tjan Giang Tjan als schaakkampioen 1957 van Bandung. De stand tot op heden is als volgt : Tjan Giang Tjan 6 gewonnen partijen uit 8 wedstrijden; Kusno Kromodihardjo 5 (8); Loa Kioen Ho 5 (8); ir. The Gak Soen 5 (8); Ong Yok Hwa 4 (8); Loa Giok Béng 3 1/2 (7); Chan Keng An 3 (6); Pedi Natasoewarma 2 (8) en Sandia 1/2 (7).

Namun sebelum tim Indonesia bertemu tim Belanda, tim Indonesia bermain di turnamen tradisional Zwolsch Scaak (lihat De Volkskrant, 05-01-1966). Untuk kesembilan kalinya berturut-turut, pecatur dari tujuh negara akan bertanding dalam dua grup pada 31 Januari hingga 5 Februari. Baik kelompok A maupun B berjumlah sepuluh peserta.


Grup A terdiri dari Bobotsov dari Bulgaria, Szabo dari Hongaria, Rellstab dari Jerman Barat, Arovah Bachtiar dari Indonesia, dan Ir Ong Yok Hwa (juara Indonesia). Turut berpartisipasi dalam grup A adalah juara pelajar nasional Groningen Van der Weide dan Dr J. Visser, anggota ZwolschSchaak Gemppyschap. Pihak penyelenggara saat ini masih mengupayakan juara dunia Rusia Nona Grapindavili yang akan melengkapi grup sepuluh. Di grup B akan hadir pemain-pemain berikut: Nyonya Iwanowa, Nyonya Karakas dari Hongaria, Pavlovic dari Slavia Selatan, De Bruycker dari Belgia, Parr dari Inggris dan Jacq. Renckens dari Persatuan Catur Zwolsch. Empat lagi pecatur muda rating tinggi akan ditambahkan ke grup ini.

Tingkat pemahaman pecatur Belanda terhadap catur danpecatur Indonesia sudah lama terbentuk. Tiga grandsmaster Belanda ini Jan Hein Donner, Lodewijk Prins, Hans Bouwmeester tentu saja memiliki pengalaman-pengalaman sendiri dengan pecatur Indonesia. JH Donner dalam kejuaraan catur di Bevewijk tahun 1960 ditahan remis oleh Han Liong Tan. Masih dalam kejuaraan ini Han Liong Tan bahkan mampung mengalahkan Hans Bouwmeester yang waktu itu masih bergelar master (Han Liong Tan baru meraih gelar master pada tahun 1963 di Belanda). Lodewijk Prins pada tahun 1956 pernah ke Indonesia dimana dia kalah dengan Baris Hutagalung dan pecatur dari Soerabaja, sementara dia mengalahkan Arovah Bachtiar di Semarang.


Het Parool, 12-01-1966: ‘"Turnamen ke dua puluh delapan di Beverwijk. Viktor Korchnoi, pecatur hebat Rusia akan hadir untuk di Beverwijk. Dalam kelompok 16 (kelas utama) terdapat jago-jago Eropa. Ir Ong Yok Hwa, juara Indonesia, diundang di grup kedua (master).

Dalam turnamen Zwolsch di ronder pertama Ong Yok Hwa mampu mengalahkan Ostojic dari Yugoslavia, sementara pada ronde kedua melawan van der Weide ditunda (lihat Het Parool, 02-02-1966). Dalam ronde kelima Ong Yok Hwa mengumpulkan poin 4 dengan satu partai tunda (lihat Algemeen Handelsblad, 04-02-1966). Ini mengindikasikasikan Ong Yok Hwa belum pernah kalah dan berada di peringkat pertama. Partai tunda diselesaikan dimana Ong Yok Hwa dengan poin lima hingga ronder kelima ini (lihat Algemeen Handelsblad, 05-02-1966). Surat kabar Twentsch dagblad Tubantia, 05-02-1966 memberi judul: Ong Yok Hwa Bleef Eerste. Ong Yok Hwa menjadi juara dengan poin 5 ½ (Algemeen Dagblad, 07-02-1966).


Ong Yok Hwa pantas menjadi juara catur Indonesia yang baru dalam kejuaraan tahun 1965. Pada tahun 1966 ini Ong Yok Hwa membuktikannya di Belanda menjuarai turnamen di Zwolch (lihat Algemeen Dagblad, 07-02-1966). Ong Yok Hwa juara bersama dengan juara Burgaria Bobotsov dengan poiin 5 ½. Milko Bobotsov mendapat gelar grandmaster tahun 1961. Pertandingan antara Ong Yok Hwa dab Bobotsov seakan pertandingan antara juara Indonesia dan juara Bulgaria. Pengalaman serupa ini pernah dirasakan oleh Han Liong Tan pada tahun 1960 dalam turnamen Bewevijk yang menahan resmis juara Belanda grandmaster H Donner. Pertandingan Ong Yok Hwa dan Bobosov ini dianalisis surat kabar Algemeen Handelsblad, 05-03-1966. Biasanya suatu game dianalisis karena memiliki nilai tinggi yang harus diinformasikan kepada publik catur.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar