Laman

Sabtu, 11 November 2023

Sejarah Catur (13): Peta Persebaran Catur Indonesia di Hindia Belanda; Medan hingga Manado, Bandjarmasin hingga Soekaboemi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Sejarah catur modern dapat dikatakan bermula dari Eropa. Perkembangan catur di Belanda menjadi penghubung tumbuh kembangnya catur dan permainan catur di Indonesia dari masa ke masa. Pertumbuan dan perkembangan catur mengikuti masanya. Pada masa ini catur dan permain catur sudah merata di seluruh Indonesia. Namun pada era Hindia Belanda belum merata, Hanya sejumlah kota tertentu yang perkembangannya yang dapat dicatat.


Peta Kekuatan Catur Indonesia Mulai Merata. 19 December 2022. metrotvnews.com. Peta kekuatan catur nasional mulai merata, serta Jawa Timur kini memimpin jadi penghasil pecatur-pecatur muda, disusul Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PB Percasi Grand Master Utut Adianto, usai menutup Turnamen Cepat Christmas Cup 2022. "Jawa Timur sekarang di dim sebagai harapan Jawa Barat dan Jawa tengah juga bisa bagian dari untuk memanas persaingan menjadi lebih baik lagi" ujar Ardianto. Ajang akhir tahun yang masuk kalender tetap Percasi berlangsung dua hari menggunakan format 9 babak. (https://www.metrotvnews.com/)

Lantas bagaimana sejarah peta persebaran catur di Indonesia era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas persebaran catur di Hindia Belanda belum merata, tetapi hanya tumbuh dan berkembang di sejumlah kota. Medan hingga Manado dan Bandjarmasin hingga Soekaboemi. Lalu bagaimana sejarah peta persebaran catur di Indonesia era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Peta Persebaran Catur di Indonesia Era Hindia Belanda; Medan hingga Manado dan Bandjarmasin hingga Soekaboemi

Peta catur di Hindia Belanda dan mengukur persebaran catur di Indonesia pada era Hindia Belanda haruslah memperhatikan keberadaan perserikatan catur Hindia Belanda (NISB). Hal ini karena catur dan permainan catur di Hindia yang sudah mulai dikenal satu abad yang lampau dilembagakan pada tahun 1914 di Djogjakarta dengan mendirikan NISB (Nederlandschen Indische Schaakbond).


Pendirian NISB tidak terkait dengan keberadaan perserikatan catur Belanda (Nederlandshen Schaakbond=NSB). Sudah barang tentu karena jarak yang sangat jauh. NSB didirikan tahun 1873. Meski pendirian NISB tidak terkait dengan NSB, tetapi para anggota di NISB sangat berharap bantuan dari NSB, sebaliknya para anggota NSB sangat antusias membantu NISB dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan catur di Hindia. Setelah satu decade, pertandingan catur di Hindia semakin intens dilakukan, jumlah klub carue semakin banyak dan semakin menyebar. Dalam kongres NISB pada tahun 1924 di Jogjakarta, diumumkan pada akhir tahun pelaporan sebelumnya terdapat sebanyak 223 anggota dari 21 klub catur. Pada akhir tahun pelaporan yang sekarang (31 Desember 1923) jumlah klub afiliasi menjadi sebanyak 22 klub dengan jumlah anggota sebanyak 250 pecatur (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-04-1924). Dalam kongres yang dibuka ketua NISB Mr De Lint hadir sekitar tiga puluh delegasi mewakili klub dan pribadi yang secara keseluruhan sebanyak 86 anggota. De Lint (ketua) dipilih kembali, sedangkan P Kranen, Van Doesburg dan Von Pritzelwitz van der Horst masing-masing dipilih sebagai komisaris untuk Jawa Barat, Tengah dan Timur. Saran direktur kompetisi, mengirim telegram kepada Prof. Dr. Emanuel Lasker sebagai penghormatan menyusul pencapaian besarnya di New York.          

Pada tahun 1924 (tanggal 20 Juli) federasi catur internasional Fédération Internationale des Échecs (FIDE) didirikan di Paris. Meski NISB sudah diakui pemerintah sebagai badan hukum, tentu saja NISB belum waktunya menjadi FIDE. Perserikatan sepakbola Hindia Belanda (NIVB) juga belum menjadi anggota FIFA. Keanggotaan NSB Belanda di FIDE sudah barang tentu sudah cukup menjembatani keberadaan dan kepentingan NISB di dalam dunia catur internasional.  NISB sendiri secara resmi didirikan tanggal 1 Januari 1915.


Dari laporan kongres NISB di Jogjakarta, tampaknya klub catur yang berpartisipasi dalam kongres berasal dari klub-klub di Jawa. Jumlah klub di Jawa sudah begitu banyak sehingga di pulau Jawa dibentuk tiga komisi (barat, tengah dan timur). Dalam sejarahnya, klub catur ada yang didirikan dan juga ada yang berhenti. Kota-kota di luar Jawa yang termasuk awal dalam hal keberadaan klub catur ini adalah Padang dan Medan. Klub catur Medan masih eksis hingga tahun 1924, namun klub catur di Padang sudah lama tidak terinformasikan. Pasca kongres catur di Jogjakarta muncul keinginan pegiat catur di Padang untuk membetuk klub (lihat Sumatra-bode, 10-05-1924). Disebutkan ada beberapa pecinta catur di kota Padang yang sangat merasakan ketiadaaan klub catur. Saat ini sedang dilakukan upaya dari salah satu pecinta catur, H Smit, di Belantoeng II (Tel. No. 469) untuk mendirikan klub catur Padangsche Schaakclub. Smit menyediakan dirinya untuk memberikan instruksi teoretis dan praktis yang diperlukan kepada pemula catur. Mereka yang tertarik untuk mendirikan klub catur diundang untuk mendaftar bersamanya. Kontribusinya akan kecil. Jika peserta mencukupi, maka akan diadakan rapat pendiri sesegera mungkin.

Dalam Kongres NISB tahun 1925 dapat dianggap special. Hal ini karena di dalam kongres selain diadakan kegiatan rutin (konferensi, pemilihan pengurus baru dan turnamen) juga diterbitkan buku peringatan 10 tahun NISB (1915-1925). Jumlah anggota sebelumnya 31 Desember 1924 sebanyak 242 orang telah meningkat lagi. Setelah tanggal 1 Januari tahun ini (1925), terdapat 11 anggota lagi yang mengundurkan diri, namun hal ini diimbangi dengan penambahan 18 anggota baru, sehingga jumlah anggota saat ini berjumlah 249 orang (lihat De Indische courant, 13-06-1925).


Salah satu kemajuan penting terlihat pada jumlah klub yang berafiliasi. Dari 22 pada tanggal 1 Januari 1923, jumlahnya meningkat menjadi 26 pada tanggal 1 Januari tahun ini (1925). Salah satu klub sekolah menarik keanggotaannya pada akhir tahun pelaporan karena keadaan keuangan. Setelah 1 Januari, klub itu harus dikeluarkan, sedangkan 2 klub baru bisa didaftarkan. Jumlah klub afiliasi saat ini berjumlah 27, yang merupakan rekor sejak berdirinya NISB. Fakta bahwa NISB juga memperoleh pijakan menjadi lebih kuat di wilayah luar Jawa selama setahun terakhir melalui aksesi klub catur "Bandjermasin", "Palembang" dan "Makasser" patut mendapat perhatian khusus. Sulit untuk memberikan bukti yang lebih baik tentang berkembangnya kehidupan catur di Hindia Belanda selain jumlah klub yang sangat memuaskan. Saat menilai jumlah anggota klub, jangan lupa bahwa 27 klub sebenarnya merupakan jumlah maksimum yang dapat dicapai. Kita hidup disini dalam keadaan yang beruntung karena kehidupan catur di hampir semua tempat terkonsentrasi di satu klub catur dengan satu atau dua jika ditambahkan klub Militer atau Sekolah. Dan karena klub catur kini telah didirikan di semua tempat penting, peningkatan jumlah klub, setidaknya di Jawa, hanya mungkin terjadi jika jumlah anggota klub yang sudah ada terpecah-belah. Tentu saja hal ini bukan demi kepentingan klub atau NISB.

Pada tahun 1925 ini, sebaran klub, selain klub-klub di Jawa, klub catur lainnya yang eksis adalah di Medan, Bandjarmasin, Palembang dan Makassar. Bagaimana dengan di Padang dan Manado? Yang jelas pada tahun tahun 1925 sebagai bagian dari program NISB adalah mendatangkan juara catur Eropa dari Yugaslavia yang tengah melakukan tur dunia. Kabar kehadiran Kostich terinformasikan pada bulan Juli (lihat De Sumatra post, 09-07-1925).


Disebutkan master catur Yugoslavia Boris-Kostitsch akan tiba di Singapura pada tanggal 7 Juni dan akan ke Jawa pada tanggal 10 Juli. Setelah menyelesaikan program di Batavia, sang master terlebih dahulu berangkat ke Palembang dan Medan, kemudian memulai tur keliling Pulau Jawa. Kostitsch akan melawan antara lain Bleykmans Baay, Meyer dijadwal di Jokja.

Bagaimana hasil di Medan dan Palembang tidak terinformasikan. Namun disebutkan setelah Kostich selesai di Jawa kembali ke Medan. Tidak untuk melawan pecatur klub Medan melainkan tiga anak Batak dari Tanah Karo (lihat Deli courant, 07-10-1925). Disebutkan pada hari pertama di Medan Hotel, Kostich mengalami kekalahan dan dua kali remis. Pada hari kedua hanya Kostich melawan ketiga pecatur Batak Sitoemboeh, Sihoekoem dan Sinarsar. Kostich mengalahkan keriganya.


Disebutkan lebih lanjut bahwa Kostich menyatakan menganggap lawan pecatur Batak lebih kuat dari pemain catur mana pun di Jawa. Kalau bisa dibujuk untuk naik kapal unruk bermain di Jawa, pasti mereka akan memukul semua orang. Hasil dari seluruh pertandingan yang dimainkan Kostich adalah ia kalah satu kali (melawan Sihoekoem), seri empat kali (melawan Versteegh, Dr. de Jong, Sihoekoem dan Sitoemboek) dan memenangkan 24 pertandingan lainnya. Sang master puas meski begitu, kekalahan tak terduga melawan pecatur Batak akan tetap diingatnya. Kostich sore ini akan berangkat dengan layanan ekspres ke Singapura, dimana ia akan menempuh perjalanan selama 2 hari, kemudian berangkat ke Hong Kong dan Manila. Menurutnya Medan adalah kota terindah di seluruh Hindia. Besok malam Sihoekoem akan melakukan pertandingan simultan melawan anggota klub catur Medan.

Di Medan, penerus Si Narsar sudah muncul. Si Hoekoem tidak terkalahkan juara catur Eropa Boris Kostich. Dalam dua pertandingan, Si Hoekoem pada hari pertama remis dan pada hari kedua menang. Sementara Si Narsar dan si Toemboek masing-masing kalah sekali dan remis sekali. Dari 29 pertandingan yang dilakukan Kostish di Hindia, satu kehilangan (kalah sama Si Hoekoem) dan empat remis (Versteegh, Dr. de Jong, Sihoekoem dan Sitoemboek). Lantas apakah Si Narsar sudah habis? Apakah Si Hoekoem dan Si Toemboek akan bersinar ke depan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Medan hingga Manado dan Bandjarmasin hingga Soekaboemi: Padang, Palembang, Batavia, Bandoeng, Semarang, Jogjakarta, Soerabaja dan Lainnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar