Laman

Rabu, 13 September 2023

Sejarah Bahasa (18): Bahasa Tolaki Wilayah Kolaka dan Wilayah Konawe di Sulawesi Tenggara; Semenanjung Tenggara Sulawesi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Tolaki adalah etnis terbesar yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara. Suku Tolaki merupakan etnis yang berdiam di jazirah tenggara pulau Sulawesi. Suku Tolaki tersebar di wilayah Konawe dan di wilayah Kolaka. Berdasarkan oral tradition atau tradisi lisan masyarakat Tolaki jauh sebelum kerajaan Konawe terbentuk, telah berdiri beberapa kerajaan kecil yang kemudian berintegrasi menjadi satu federasi kerajaan Konawe.


Bahasa Tolaki adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan di daerah pegunungan Mekongga, daratan Konawe Raya dan di sekitar pegunungan Pariama. Bahasa Tolaki merupakan rumpun bahasa Autronesia dan merupakan subkelompok bahasa Bungku-Tolaki. Bahasa Tolaki memiliki enam dialek yaitu sebagai berikut: (1) Mekongga (desa Patikala, Tolala, Kolaka Utara; kelurahan Mangolo, Latambaga, Kolaka; desa Sanggona, Konawe, Konawe; desa Puundoho, Andoolo, Konawe Selatan; dan kelurahan Poli-Polia, Poli Polia, Kolaka Timur); (2) Rahambuu (desa Lelewawo, Batu Putih, Kolaka Utara); (3) Kodeoha (desa Lametuna, Kodeoha, Kolaka Utara); (4) Konawe (kabupaten Konawe Selatan (desa Roraya, Tinanggea; desa Sabulakoa, Landono; desa Laeya, Laeya; dan desa Tambolosu, Laonti; desa Pudambu, Angata); di bagian selatan Kabupaten Konawe (desa Lolanggasumeeto, desa Walay, dan kelurahan Tawanga); di kabupaten Konawe Utara (kelurahan Wanggudu, Asera; desa Mopute dan desa Tadoloiyo, Oheo; dan kelurahan Molawe, Molawe); (5) Lalomerui (desa Tadoloiyo, Oheo, Konawe Utara; desa Lalomerui, Routa, Konawe); dan (6) Waru dituturkan di desa Mopute, Oheo, Konawe Utara; desa Mopute, Routa, Konawe). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tolaki di wilayah Kolaka dan wilayah Konawe provinsi Sulawesi Tenggara? Seperti disebut di atas bahwa penutur bahasa Tolaki di semenanjung tenggara Sulawesi antara teluk Bone di barat dan teluk Kendari di timur. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tolaki di wilayah Kolaka dan wilayah Konawe provinsi Sulawesi Tenggara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (17): Bahasa Bungku Pesisir Wilayah Morowali; Bahasa Mori di Utara D Matano, Bahasa Tolaki di Selatan D Towuti


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Bungku To Bungku, To Bunggu) adalah kelompok etnis yang mayoritas mendiami wilayah Bungku Utara di Kabupaten Morowali Utara, Bungku Selatan, dan Bungku Tengah, dan Menui di Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah. Suku Bungku terbagi menjadi beberapa sub-suku, yaitu Lambatu, Epe, Ro'tua, Reta, dan Wowoni. Tetangga bahasa Bungku di sekitar danau Matano adalah bahasa Mori dan di sekitar danau Towuti adalah bahasa Tolaki.


Bahasa Bungku adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Morowali. Bahasa Bungku memiliki beberapa dialek, antara lain: Bun, Routa, Tulambatu, Torete (To Rete), Landawe dan Waia. Masyarakat suku Bungku berbicara dalam bahasa Bungku, yang merupakan salah satu identitas diri dan alat komunikasi antar keluarga mereka. Suku Bungku umumnya memeluk agama Islam. Masyarakat Bungku pernah membentuk kerajaan, yaitu Kerajaan Bungku yang dalam literatur Belanda disebut pula dengan nama Kerajaan Tambuku atau Tombuku. Kerajaan Bungku, bersama kerajaan-kerajaan kecil di daerah pesisir timur Sulawesi Tengah lainnya, ditaklukan oleh Kolonial Belanda pada pertengahan abad ke-19. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bungku di wilayah pantai Morowali? Seperti disebut di atas penutur bahasa Bungku di wilayah pesisir Morawali. Tetangga bahasa Bungku adalah bahasa Mori di utara danau Matano dan bahasa Tolaki di selatan danau Towuti. Lal bagaimana sejarah bahasa Bungku di wilayah pantai Morowali? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.