Laman

Selasa, 02 Januari 2024

Sejarah Bahasa (212): Bahasa Lorang/Loran di Pantai Barat Pulau Maekor di Kepulauan Aru; Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Lorang adalah sebuah bahasa yang dituturkan di Kepulauan Aru. Bahasa ini termasuk ke dalam rumpun bahasa Sulawesi Selatan. Lorang atau Loran adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Aru Tengah, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Desa Lorang terletak di pesisir Pulau Maekor. Desa Lorang hanya dapat ditempuh melalui jalur laut.


Lorang Languages, Barakai Languages, and Dobel Languages in Aru Islands in Lexicostatistic Study.             May 2022. Taha Fida, Dendi Febriningsih, Erniati, dkk. Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa Barakai, dan bahasa Dobel yang ada di Kabupaten Kepualauan Aru, Provinsi Maluku melalui kajian leksikostatistik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode leksikostatistik. Tujuan penelitian ini adalah hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa Barakai, dan bahasa Dobel. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi langsung, simak, dan perekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga bahasa tersebut masih berkerabat sebagai keluarga bahasa. Persentase kekognatan/kekerabatan antara bahasa Lorang dengan bahasa Barakai sebesar 52%, bahasa Lorang dengan bahasa Dobel sebesar 46%, dan bahasa Barakai dengan bahasa Dobel sebesar 68%. (https://www.researchgate.net/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Lorang bahasa Loran di pantai barat pulau Maekor kepulauan Aru? Seperti disebut di atas bahasa Lorang dituturkan di pulau Maekor pantai barat kepulauan Aru. Bahasa Barakai dan bahasa Dobel. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lorang bahasa Loran di pantai barat pulau Maekor kepulauan Aru? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Lorang Bahasa Loran di Pantai Barat Pulau Maekor Kepulauan Aru; Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel

Nama Lorang terdapat di banyak wilayah. Ada di pantai barat Sumatra (pulau Lorang) dan ada di pantai barat Borneo. Nama Lora atau Lorang tidak terinformasikan jauh di masa lampau. Seperti kita lihat nanti, nama yang sudah lama dikenal adalah kampong Maekor.


Nama Lorang juga disebut Loran di kepulauan Aroe. Loran ini berada di pulau Maekor. Pemerintah Hindia Belanda menempatkan pejabatnya di ke pulauan Aroe pada tahun 1859 yang berkedudukan di Dobo. Sebelum nama Loran terinformasikan, nama yang sudah dikenal adalah nama Maekor, suatu kampong yang namanya juga diberikan untuk nama pulau.

Wilayah barat kepulauan Aru adalah wilayah yang pertama berkembang di kepulauan Aru. Letaknya yang dekat ke jalur navigasi pelayaran diduga menjadi awal wilayah ini dikenal oleh para pedagang (Cina dan Makassar). Di kepulauan Kei di Doellah sudah ada pedagan-pedagangan Arab. Hal itulah mengapa pemerintah Hindia Belanda memilih Kawasan barat ini sebagai pusat pemerintaham.


Kampong Maekor termasuk salah satu di kepulauan Aroe dimana pemerintah mendirikan sekolah. Dilaporkan di Maekor jumlah siswa sebanyak 32 anak yang mana sebanyak 19 siswa yang rata-rata menghadirinya setiap hari. Sekolah ini memiliki satu guru (lihat Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap, 1882). Siapa yang menjadi guru pertama tidak diketahui secara pasti. Yang jelas kemudian menjadi guru di Maekor adalah Paulus Jacob Kuhuwael. Sebagaimana diketahui di Ambon sudah ada sekolah guru pribumi (kweekschool).

Kampong Maekor diduga kuat awalnya sebagai pusat perdagangan di pulau dan sekitar pulau. Kampong ini juga bukan kampong orang asli tetapi kampong para pendatang yang berasimilasi dengan penduduk asli. Lantas apakah nama Lorang adalah nama asli atau nama baru?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel: Geomorfologis Pulau Maekor

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar