Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Laman
▼
Rabu, 29 Agustus 2012
Sejarah Cinere: Secara ‘defacto’ Masuk Wilayah Sosial DKI Jakarta, Tetapi Secara ‘dejure’ Bagian Wilayah Administratif Kota Depok
*Baca juga Sejarah Cinere terbaru dalam blog ini Klik Disini
Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?
Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?
Minggu, 26 Agustus 2012
Stasiun Depok Lama: Stasiun KRL Tertua Setelah Jakarta dan Bogor
*Artikel Sejarah Stasion Depok 1873 dalam blog ini Klik Disini
Stasiun
Depok adalah stasiun kereta api yang terletak di Jalan Stasiun, Kelurahan
Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Stasiun yang kerap disebut Stasiun Depok Lama
(Stadela) ini merupakan salah satu stasiun tertua di wilayah Jabodetabek. Stasiun ini berada antara jalur kereta api Batavia
(Jakarta)-Buitenzorg (Bogor). Stasiun Depok ini dibangun pada masa kemerdekaan.
Sebelum stasiun ini dibangun, penggunaan kareta api rel listrik (KRL) antara Beos
(Stasiun Kota)-Buitenzorg sudah dioperasikan sejak tahun 1930. Pada waktu itu, KRL
Batavia-Buitenzorg merupakan sistem
angkutan umum massal pertama yang ramah lingkungan dan merupakan sistem
transportasi paling maju di Asia. Sementara itu, Stasiun Bogor yang terletak di
Kota Bogor dibangun pada tahun 1881 seiring dengan selesainya dibangun lintas
Batavia–Buitenzorg sepanjang 59 Km pada tahun 1880. Sedangkan Stasiun Beos (Stasiun
Kota) di Batavia dibangun pada tahun 1870.
Sabtu, 25 Agustus 2012
Depok Dari Masa Ke Masa: Depok Lama, Kota Lama; Depok Baru, Kota Baru
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
Pada tanggal 4 Agustus 1952 Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengambil alih 'Republik Depok' (Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok) dengan membayar ganti rugi sebesar Rp. 229.261 kepada seluruh 'marga' yang ada di Gemeente Bestuur Depok. Seluruh tanah di kota Depok resmi menjadi milik Pemerintah RI kecuali hak-hak eingendom dan beberapa bangunan seperti: gereja, sekolah, pastoran, balai pertemuan dan pemakaman. Sejak itu pula Depok secara resmi menjadi sebuah kecamatan di Kewedanaan Parung, Kabupaten Bogor. Pada saat itu Kecamatan Depok terdiri dari 21 buah desa dengan ibukota berada di Desa Depok. Jalan Kartini yang sekarang merupakan pusat kota kala itu dimana terdapat kantor-kantor milik pemerintah seperti kantor kecamatan (sekarang menjadi kantor Kecamatan Pancoran Mas), kantor desa, kantor pos, kantor telepon, koramil, PDAM. Di sebelah barat jalan poros (jalan ke stasiun) dibangun SD Negeri 1; di sebelah timur (Jalan Pemuda) didirikan SD Negeri 2 (eks pusat kesehatan di era Gemeente Bestuur) dan SMP Negeri 1 (eks sekolah berbahasa Belanda). Sementara pasar sudah sejak dulu ada yang berlokasi di samping rel ke arah Sawangan (sekarang Jalan Dewi Sartika). Sedangkan kantor Polsek dibangun di dekat pemakaman (sekarang kantor Polresta Depok). Dalam perkembangannya berdiri sebuah bioskop di Jalan Pemuda (depan SD). Pusat kota kecamatan inilah yang menjadi kota lama yang kini sering disebut Depok Lama. Lantas dimana Depok Baru?
Pada tanggal 4 Agustus 1952 Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengambil alih 'Republik Depok' (Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok) dengan membayar ganti rugi sebesar Rp. 229.261 kepada seluruh 'marga' yang ada di Gemeente Bestuur Depok. Seluruh tanah di kota Depok resmi menjadi milik Pemerintah RI kecuali hak-hak eingendom dan beberapa bangunan seperti: gereja, sekolah, pastoran, balai pertemuan dan pemakaman. Sejak itu pula Depok secara resmi menjadi sebuah kecamatan di Kewedanaan Parung, Kabupaten Bogor. Pada saat itu Kecamatan Depok terdiri dari 21 buah desa dengan ibukota berada di Desa Depok. Jalan Kartini yang sekarang merupakan pusat kota kala itu dimana terdapat kantor-kantor milik pemerintah seperti kantor kecamatan (sekarang menjadi kantor Kecamatan Pancoran Mas), kantor desa, kantor pos, kantor telepon, koramil, PDAM. Di sebelah barat jalan poros (jalan ke stasiun) dibangun SD Negeri 1; di sebelah timur (Jalan Pemuda) didirikan SD Negeri 2 (eks pusat kesehatan di era Gemeente Bestuur) dan SMP Negeri 1 (eks sekolah berbahasa Belanda). Sementara pasar sudah sejak dulu ada yang berlokasi di samping rel ke arah Sawangan (sekarang Jalan Dewi Sartika). Sedangkan kantor Polsek dibangun di dekat pemakaman (sekarang kantor Polresta Depok). Dalam perkembangannya berdiri sebuah bioskop di Jalan Pemuda (depan SD). Pusat kota kecamatan inilah yang menjadi kota lama yang kini sering disebut Depok Lama. Lantas dimana Depok Baru?
Jumat, 24 Agustus 2012
Taman Kota ‘Lembah Gurame’: Pertama di Depok
Setelah sekian lama ditunggu-tunggu warga kota, kini telah dibangun
sebuah taman kota di Depok. Lokasi taman kota yang pertama ini berada di Jalan
Gurame, Perumnas Depok I, Beji (dekat SMP Negeri 2). Taman kota yang diberi nama Taman Kota Lembah
Gurame ini akan selesai tahun 2012. Taman kota sebagai ruang terbuka hijau akan
memperkuat lanskap kota, yang berfungsi sebagai area sosialisasi bagi warga membantu
kesegaran dan keasrian lingkungan. Areal taman kota yang seluas 3 Ha ini sebelumnya
adalah lahan pemda yang sudah lama digunakan 34 petak bangunan liar. Taman ini
dilengkapi dengan hutan kota, lapangan futsal, parkir dan kuliner dengan tetap
mempertahankan keberadaan empang gurame.
Pertumbuhan Rumah Sakit di Depok: Berkembang Pesat Dari Sebuah Rumah Bersalin
RSIA menjadi RSU Bunda Margonda Depok |
Kini, warga Kota Depok tidak perlu khawatir terhadap
kesehatannya, karena di setiap sudut kota sudah tersedia rumah sakit. Namun
jika kita mengingat pada belasan tahun yang lalu, fasilitas kesehatan yang ada
di Depok sungguh sangat minim. Sebelum tahun 2000 hanya ada dua rumah sakit
yang representative yakni: Rumah Sakit Bhakti Yuda dan RS Hospital Cinere (yang
berubah nama menjadi RS Puri Cinere). Pada masa ini di seluruh Kota Depok sudah terdapat belasan
rumah sakit yang berkualitas. Daftar lengkap rumah sakit tersebut adalah: RS
Bhakti Yuda (1980-Klinik Bersalin 1976), RS Puri Cinere (1991); RSIA Hermina
(2000); RS Sentra Medika (2000); RSIA Tumbuh Kembang (2001-Rumah Bersalin
1986); RS Harapan (2004); RSIA Graha Permata Ibu (2004-Klinik 2001); RS Simpangan Depok (2004-Dokter Praktek/Rumah
Bersalin 1976); RSIA Bunda Margonda (2005-berubah menjadi RSU 2008); RS Tugu
Ibu (2005-Rumah Bersalin 1982); RS Meilia (2006); RSUD Depok (2008); RS Mitra
Keluarga (2008); RS Hasanah Graha Afiah (2008-Rumah Bersalin 2002); dan RS
Citama dan RS Bhayangkara Brimob.
Kamis, 23 Agustus 2012
Hotel dan Apartemen di Kota Depok: Suatu Transformasi ‘Kamar Kost’ dan ‘Rumah Kontrakan’
Pada awalnya Kota
Depok tidak membutuhkan hotel, karena Kota Depok sendiri adalah kota perumahan.
Dulu hanya ada satu hotel di Depok,
sebuah hotel kecil yang lokasinya di Cimanggis. Hotel ini biasanya melayani orang-orang
yang datang dari daerah industri di sepanjang jalan raya Bogor. Hotel tidak
berkembang di sekitar jalan raya Bogor, yang berkembang adalah kamar kost dan
rumah kontrakan untuk pegawai/pekerja. Seiring
dengan hadirnya Universitas Indonesia hadir di Depok, booming kamar kost dan rumah kontrakan untuk
mahasiswa terjadi. Untuk mengantisipasi kebutuhan tamu Universitas Indonesia
ketiadaan hotel yang representative dibangun Wisma Pusat Studi Jepang dan Wisma
Makara. Kedua wisma ini berada di dalam kampus Universitas Indonesia. Pesaing
baru muncul, dengan dibangunnya Hotel Bumi Wiyata di Jalan Margonda Raya.
Pertumbuhan dan Perkembangan Pasar Modern di Depok: Pra dan Pasca Krisis
Pasar
Modern yang pertamakali hadir di Depok adalah Agung Shop (Jalan Arif Rahman
Hakim), Ramanda (Jalan Margonda Raya), Super Ekonomi (Jalan Tole Iskandar) dan
Mitra (Cimanggis). Toserba-toserba ini pada waktu itu menjadi pusat
perbelanjaan modern (ritel) yang menyediakan berbagai kebutuhan warga seperti
pakaian, atk, makanan snack dan soft drink. Namun sangat disayangkan toserba-toserba
ini tutup setelah terjadi krisis moneter. Kemudian era toserba ini digantikan
pusat perbelanjaan model supermarket. Pertama didirikan supermarket Target yang
awalnya mengambil lokasi di ruko Depok Timur dan kemudian membangun sendiri
bangunan yang lebih besar dan megah di Jalan Proklamasi Depok Timur. Supermarket
ini mulai kalah pamor seiring dengan munculnya mal-mal di Margonda. Mal-mal
yang bermunculan di awal tahun 2000-an berturut-turut adalah adalah Hero, Plaza
Depok dan Mal Depok (ketiganya di Jalan Margonda Raya) dan Mall Cinere.
Usaha Tanaman di Jalan Juanda : Pedagang Kaki Lima (PKL) ala Depok
Di kiri-kanan hampir
sepanjang Jalan Juanda Depok terdapat ratusan usaha tanaman. Produk yang
diperdagangkan adalah tanaman hias, tanaman produktif, berbagai macam pupuk.
Para pengusaha tanaman ini dulunya tersebar di berbagai tempat utamanya di
Jalan Margonda Raya. Setelah dibuka Jalan Juanda dan pesatnya pertumbuhan
bisnis di sepanjang Margonda, para pedagang ini menempati kedua sisi Jalan
Juanda sebagai tempat usaha baru. Kini Jalan Juanda yang panjangnya 6 Km
bagaikan pasar tanaman yang selalu ramai dikunjungi para pembeli. Yang menarik
para pedagang kaki lima (PKL) ala Depok ini membuat para pengendara yang melalui
Jalan Juanda terasa berada di karnaval Pasadena. Para pedagang menata produknya (kombinasi tanaman hias dan bibit
tanaman produktif plus batu-batu alam) sedemikian rupa sehingga tampak indah
dan rapih yang juga dilengkapi gubuk-gubuk mungil terbuat dari bambu dan
beratap ijuk.
Tugu Garuda di flyover UI Depok: Monumen Selaras Alam yang Memberi Spirit
Tugu yang pertama dibangun di Kota Depok adalah Tugu Garuda.
Tugu ini berada di dalam lingkaran flyover Universitas Indonesia (UI). Di
puncak tugu terdapat seekor burung garuda yang tengah membawa satu tandan
kelapa—yang seakan mengingatkan setiap warga Depok yang pergi ke luar Depok agar
pulangnya harus membawa hasil. Tidak jauh dari tugu ini di lingkungan kampus UI
terdapat sejumlah tugu kecil namun yang spektakuler adalah sebuah bangunan baru
dengan model monumen purba yang menjadi bagian dari perpustakaan Universitas
Indonesia. Sejumlah tugu lainnya di Depok terdapat di persimpangan jalan raya
atau di dalam lingkungan perumahan. Beberapa tugu tersebut adalah: Tugu Jam di
pertigaan Margonda-Siliwangi-Kartini; Tugu Goong Si Bolong di Tanah Baru; dan Tugu
Grand Depok City.
Flyover Universitas Indonesia (UI) hingga Underpass Citayam: Solusi Kemacetan di Depok
Peta (google maps) Flyover UI |
Kota Depok merupakan jalur lalu lintas kereta api Jakarta-Bogor yang frekuensinya terbilang tinggi. Akibatnya perlintasan kereta api di Depok kerap menjadi simpul kemacetan yang sulit diurai. Pembangunan flyover (overpass) atau underpass (subway) adalah suatu solusi. Pembangunan flyover pertama di Depok dibangun di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1989. Pembangunan flyover yang kedua dilakukan pada tahun 2006 di Jalan Arif Rahman Hakim dan pada tahun 2008 dibangun flyover di Ratu Jaya menuju Depo KRL Depok. Dua solusi kemacetan di perlintasan keret api yang memerlukan penanganan segera adalah di perlintasan Jalan Dewi Sartika dan Stasiun Citayam. Masing-masing perlintasan kereta api ini lebih sesuai pembangunan underpass daripada flyover. Namun pembangunan flyover dan underpass bukanlah hal yang mudah dan murah. Pembebasan lahan adakalanya lebih mahal daripada pembangunan flyover/underpass. Kasus ‘Pondok 1 Milyar’ ketika pembebasan lahan pembangunan flyover UI hingga kini konon belum tuntas terselesaikan. Pemilik tanah meminta ganti rugi sebesar Rp 1 Milyar atas tanahnya yang kini menjadi bagian dalam lingkaran flyover UI.
Selasa, 21 Agustus 2012
Pengelolaan Setu di Universitas Indonesia: Suatu Model Integrasi Antara Hutan Beton dengan Hutan Kota
Universitas
Indonesia terletak di Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok. Di
dalam lingkungan universitas ini terdapat empat setu (danau): Kenanga, Puspa,
Mahoni dan Agathis. Setu Kenanga juga disebut danau Salam terletak di antara rektorat,
balairung, masjid dan perpustakaan UI. Setu Kenanga memiliki luas 2 Ha dengan
kedalaman 1-4 M. Setu Mahoni terletak diantara FE, FT, FIB. Antara FE/FT dengan
FIB dihubungkan oleh sebuah jembatan yang diberi nama Jembatan Teksas
(teknik-ekonomi-sastra). Luas Setu Mahoni 4 Ha dengan kedalaman 1-4 M. Setu Puspa
terletak antara FMIPA dan Lapangan Hoki dengan luas 2 Ha dengan kedalaman 1-4 M.
Setu Agathis berada di antara asrama mahasiswa/hotel makara, FEUI dan restotan
Mang Engking. Luas Setu Agathis 4 Ha
dengan kedalaman 1-4 M.
Banjir Kanal Selatan Cisadane-Ciliwung (1854): Sumber Irigasi Pertanian di Depok
Peta-1. Posisi Sodetan Sungai Ciliwung (merah kiri bawah) |
Foto-1. Muara BKS/Sodetan di Sunga Cisadane di Kota Bogor |
Muara dari kanal ini disodet dari Sungai Cisadane di Kota Bogor, tepatnya di daerah Pancasan/Empang (lihat Peta-1, tanda merah pada sisi kiri bawah; tanda merah pada sisi kanan atas adalah Sungai Ciliwung. Untuk lebih detil melalui foto satelit (google maps) dapat diperhatikan dalam Foto-1.
Jembatan Merah di Bogor 1900 |
Aliran kanal ini dari Empang melalui Paledang, Jembatan Merah (belakang Pasar Jalan Merdeka), Ciwaringin, Jalan Semeru, Cimanggu Barata. Di Cimanggu Barat kanal bercabang, yang satu ke kiri menuju Cilebut dan yang lain ke kanan menuju Jalan Martadinata kemudian masuk Jalan Ahmad Yani dan selanjutnya aliran air masuk ke Sungai Ciliwung. Inilah yang kemudian disebuat ada kanal yang menghubungkan antara Sungai Cisadane dengan Sungai Ciliwung di Kota Bogor sebagai Banjir Kanal Selatan (BKS).
Universitas Indonesia ‘Go Green’: Kampus Hijau Terbaik di Indonesia
Universitas
Indonesia (UI) mulai menempati kampus barunya di Kota Depok pada semester gasal tahun 1987.
Kampus baru UI ini menempati lahan seluas 320 Ha. Kini UI termasuk 50 besar kampus hijau
terbaik di dunia. Ini seiring dengan kebijakan UI yang tetap mempertahankan kawasan hijau terhadap
lahan yang ada. Hanya sebagain kecil saja (25 persen) yang digunakan untuk
pembangunan gedung-gedung. Sebagian besar lahan yang ada merupakan taman, setu
(danau) dan hutan. Secara garis besar alokasi tata ruang kawasan kampus terbagi
ke dalam empat ekosistem, yaitu: bangunan fisik gedung dan penyangga hijauan
lanskap (170 Ha); perairan (30 Ha); kawasan hutan (100 Ha); dan sarana
prasarana penunjang termasuk penyangga lingkungan (12 Ha).
Senin, 20 Agustus 2012
Perumnas Depok: Perumahan Nasional Pertama di Indonesia
Peta Perumnas Depok: 1. Beji, 2 Tengah, 3 Timur Sukmajaya |
Jalur Pipa Gas (JPG) Alam: Balongan-Cilegon via Depok
Jalur pipa gas (JPG)
alam di Depok merupakan bagian dari pipa gas yang berasal dari Balongan (Indramayu)
menuju Krakatau Steel (Cilegon). Jalur pipa gas alam ini dibangun Pertamina
pada tahun 1974. Pipa gas ini berfungsi sebagai jalur pasokan/distribusi gas
melalui pipa dari ladang gas alam di lepas pantai (offshore) laut Jawa dan kawasan
Cirebon untuk kebutuhan pabrik pupuk (Cikampek), semen (Cibinong), baja
(Cilegon), dan pabrik keramik. Di wilayah Depok JPG alam ini melalui Cimanggis,
Jalan Juanda, batas kampus UI dan Limo. Pembangunan jalan tol Cinere-Jagorawi (Cijago) dibuat sejajar
dengan jalur pipa gas alam ini.
Cagar Alam Depok, Pertama Sejak Era Hindia Belanda: Mengapa Sekarang Disebut 'Taman Hutan Raya"
Buga juga Sejarah Cagar Alam terbaru dalam blog ini Klik Disini
Cagar Alam (Tahura) Depok di tengah pemukiman padat |
Minggu, 19 Agustus 2012
Masjid ‘Kubah Emas’ Termegah di Asia Tenggara: Tempat Destinasi Wisata Religi di Depok
Masjid
Dian Al Mahri atau lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas. Masjid Dian Al
Mahri ini terletak di Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Masjid yang
mulai dibangun 2001 dan selesai tahun 2006 berdiri di atas lahan seluas 70 Ha. Masjid
ini tergolong masjid termegah di kawasan
Asia Tenggara. Bangunan masjid memiliki luas 8.000 M2 yang terdiri dari
bangunan utama, mezanin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang
sepatu dan ruang wudu. Masjid ini mampu menampung 15 ribu jamaah shalat dan 20
ribu jamaah taklim. Masjid ini dibangun oleh Hj. Dian Djuriah Maimun Al
Rasyid yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996.
Depo KRL di Depok: Terbesar di Asia Tenggara
Depo
KRL Depok terletak di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok (di
sebelah selatan Stasiun Depok Lama). Depo berfungsi sebagai ‘bengkel’ perawatan
rutin kereta yang mencakup pemeriksaan harian, bulanan dan tahunan serta
perbaikan-perbaikan kecil untuk memastikan kenyamanan dan keamanan kereta api. Depo
ini dibangun sejak 2004 di atas lahan seluas 26 Ha dan dioperasikan tahun 2008. Depo ini memiliki panjang 1,3 Km
dengan lebar 200 meter. Fasilitas yang dimiliki Depo Depok ini terbilang lengkap
yakni 14 Jalur rel stabling (area perkir), gedung kantor seluas 2.200 M2,
gedung pemeliharaan seluas 8.600 M2 dan kawat listrik pensuplai daya sepanjang
21.800 meter serta dilengkapi dengan mes masinis sebanyak 30 kamar dengan jumlah tempat tidur 120 unit tempat tidur. Kapasitas depo ini mampu menampung sebanyak 224 unit KRL dan
menjadi depo yang terbesar di Asia Tenggara.
‘Rumah Tua Cimanggis’ di Depok: Pesanggrahan Janda Gubernur Jenderal Belanda
*Untuk melihat Sejarah Cimanggis Depok dalam blog ini Klik Disini
Rumah
Cimanggis adalah rumah yang terletak di jalur Batavia-Buitenzorg via Cibinong
di Cimanggis. Rumah
ini merupakan pengganti sebuah pesanggrahan sederhana yang pemilik awalnya adalah janda Gubernur Jenderal Petrus Albertus Van der
Parra, meninggal 1787. Rumah
Cimanggis pernah berperan dalam membuka hutan antara Jakarta-Bogor pada abad ke
18.
‘Rumah Tua Pondok Cina’: Rumah Pertama di Pondok Cina, Depok
Rumah
Tua Pondok Cina dibangun pada 1841. Didirikan dan dimiliki seorang arsitek
Belanda, tapi pada pertengahan abad ke-19 dibeli oleh saudagar Tionghoa, Lauw
Tek Lock dan kemudian diwariskan kepada putranya bernama Kapitan Der Chineezen
Lauw Tjeng Shiang. Di sekitar rumah tua ini terdapat perkebunan karet dan persawahan. Yang
tinggal di daerah tersebut hanya lima keluarga yang semuanya orang keturunan
Tionghoa. Mereka ini selain berdagang ada juga yang bekerja sebagai
petani di sawah sendiri serta bekerja di ladang kebun karet milik tuan tanah
orang-orang Belanda. Dalam perjalanan waktu, beberapa keluarga ada yang pindah
ke tempat lain yang tidak diketahui apa alasannya sampai akhirnya hanya satu keluarga
yang tersisa. Keluarga ini mendiami rumah tua yang kini situsnya masih dapat
dilihat di Margo City.
‘Rumah Tanah Baru' F. Widayanto di Depok: Galeri Maestro Keramik Indonesia
‘Rumah Tanah Baru' atau juga disebut 'Rumah Keramik’ F. Widayanto beralamat di Jalan
Curug Agung No. 1 Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok. Rumah
keramik ini pemiliknya adalah F. Widayanto, seorang maestro keramik terkenal di
Indonesia, yang didalamnya dipenuhi dengan aneka kreasi keramik yang mewarnai
bangunan rumah ini mulai dari lantai, dinding, patung-patung hingga peralatan
kamar mandi.. Rumah keramik yang pertama dan terbesar di Jabodetabek ini
dibangun di atas tanah seluas 1.3 Ha. Areal rumah kermaik ini dibangun tahun 1997 yang terdiri dari tiga dataran (berundak-undak) yang dipenuhi dengan aneka pepohonan hijau yang
membuat rumah keramik ini tampak asri dan susana segar bebas polusi.
‘Karnos Filmmaking Camp’ Rano Karno di Depok: Si Doel Jadi Dosen Anak Sekolahan
‘Karnos Filmmaking
Camp’ adalah salah satu unit bisnis PT Karnos Film yang bergerak di bidang pelatihan
dan pendidikan secara menyeluruh di bidang digital filmmaking
and broadcasting. Kampus ‘Karnos Filmmaking Camp’ beralamat di Jalan
Alternatif Cibubur, Kota Depok. Gedung kampus ini dibangun di atas tanah seluas
4.000 M2. Dengan telah dibukanya Tol Cinere–Jagorawi (Cijago) maka kampus ini
menjadi lebih mudah dijangkau dari pusat Kota Depok.
Sabtu, 18 Agustus 2012
‘Panggung Kita’ Iwan Fals di Depok: Bongkar!
*Artikel Sejarah Tapos dalam blog ini Klik Disini
‘Panggung Kita’ adalah sebuah sebutan untuk menunjukkan pada sebuah panggung pertunjukan yang terletak di halaman belakang rumah Iwan Fals. Areal rumah Iwal Fals seluas 1.5 Ha yang berlokasi di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Awalnya, Iwan pada tahun 1982 membeli tanah yang menjadi tempat tinggalnya sekarang hanya sekadar untuk investasi saja. Namun di tahun 1995, Iwan berkekuatan hati untuk membangun areal tersebut menjadi tempat tinggal. Iwan Fals sendiri membangun sebuah rumah besar yang luas tanahnya 6.000 M2. Di dalam kavling rumah ini juga terdapat sebuah studio musik dan garasi mobil (termasuk bus). Sementara sisa areal digunakan untuk bangunan toko, pendopo, kantor organisasi penggemar yang diberi nama Oi dan sebuah panggung terbuka yang dikenal sebagai ‘Panggung Kita’.
‘Panggung Kita’ adalah sebuah sebutan untuk menunjukkan pada sebuah panggung pertunjukan yang terletak di halaman belakang rumah Iwan Fals. Areal rumah Iwal Fals seluas 1.5 Ha yang berlokasi di Desa Leuwinanggung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Awalnya, Iwan pada tahun 1982 membeli tanah yang menjadi tempat tinggalnya sekarang hanya sekadar untuk investasi saja. Namun di tahun 1995, Iwan berkekuatan hati untuk membangun areal tersebut menjadi tempat tinggal. Iwan Fals sendiri membangun sebuah rumah besar yang luas tanahnya 6.000 M2. Di dalam kavling rumah ini juga terdapat sebuah studio musik dan garasi mobil (termasuk bus). Sementara sisa areal digunakan untuk bangunan toko, pendopo, kantor organisasi penggemar yang diberi nama Oi dan sebuah panggung terbuka yang dikenal sebagai ‘Panggung Kita’.
‘Bengkel Teater' WS Rendra di Depok: 'Burung Camar' Diantara Pepohonan Hijau
Pada tahun 1985 WS Rendra mendirikan ’Bengkel
Teater Rendra’ di Desa Cipayung, Kecamatan
Cipayung, Depok. Bengkel ini dibangun di atas lahan yang asri seluas 3 Ha yang di dalamnya
terdapat bangunan tempat tinggal Rendra dan keluarga, serta bangunan sanggar
untuk latihan drama dan tari. Selain itu, WS Rendara merancang lahan tersebut untuk
ditami dengan berbagai jenis tanaman yang sebagian besar berupa tanaman keras
dan pohon buah yang sudah ada sejak lahan tersebut dibeli, antara lain jati,
mahoni, ebony, bambu, turi, mangga, rambutan, jengkol, tanjung, singkong dan
lain-lain. Konon, setelah WS Rendra wafat tahun 2009, warisan lokasi sanggar
yang asri tersebut pernah diusulkan menjadi Cagar Budaya. WS Rendra dikebumikan di dalam lingkungan
sanggar tersebut. Kini sanggar tersebut tetap masih digunakan untuk
kegiatan seni.
Studio Alam (TVRI) Depok: Aku Cinta Indonesia
Di
Kota Depok terdapat sebuah studio alam yang terletak di Jalan Raden Saleh Kecamatan
Sukmajaya, Depok. Lanskap studio alam ini dibangun pada tahun 1980. Luas studio
alam adalah 28 Ha. Di dalam kawasan studio ini terdapat banyak pohon rindang,
beberapa buah danau dan bangunan-bangunan rumah-rumah tradisional. Awalnya
studio alam ini digunakan sebagai lokasi shooting film (sinetron) dengan tema
latar belakang alam dan hutan dari sejumlah program acara TVRI seperti Rumah Masa Depan,
Aku Cinta Indonesia (ACI) pada tahun 1980-an. Kini, studio alam ini tidak
termanfaatkan secara maksimal. Di areal yang termasuk kawasan studio alam ini kini terdapat
lapangan tenis dan dimanfaatkan juga untuk latihan tembak.
Jumat, 17 Agustus 2012
Sejarah Tata Ruang Kota Depok: Menyambung Mata Rantai Yang Terputus Antara Depok Masa Kini dan Depok Tempo ‘Doeloe’
Kini
saya tinggal di Kota Depok. Setiap kali kita memandang dari Depok ke arah
selatan, sejajar denga rel kereta api Jakarta-Bogor, maka di kejauhan sangat
jelas terlihat suatu pemandangan (lanskap) Gunung Salak. Sejatinya, pemandangan
Gunung Salak ini hanya indah jika dipandang dari Kota Depok--tidak dari Kota
Bogor (terlalu dekat) dan juga tidak dari Kota Jakarta (terlalu jauh). Ini
berarti karunia adanya keindahan Gunung Salak sesungguhnya ditujukan buat warga
Kota Depok. Dalam hubungan ini, jika kita telusuri sejarah Depok, satu-satunya
yang tidak berubah dari masa ke masa adalah pemandangan Gunung Salak ini. Lantas,
apa saja yang telah berubah. Mari, saya ingin mengajak anda untuk ikut
mencermatinya.