*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini
Klik Disini
|
Jembatan Merah Bogor, Roode Brug Buitenzorg, 1880 |
Jembatan Merah di Buitenzorg (kini Kota Bogor)
sudah ada sejak doeloe. Disebut ‘jembatan merah’ diduga terinspirasi dari penamaan
jembatan merah di sejumlah tempat. Jembatan merah di Kota Buitenzorg dibangun
di atas sungai Tjipakantjilan yang menghubungkan pusat kota Buitenzorg (aloon-aloon
kota) dengan Land Tjiomas/Land Semplak. Pembangunan jembatan merah ini seiring
dengan pembangunan kanal barat untuk kebutuhan pengairan (irigasi) di sepanjang
lahan yang berada di sisi barat sungai Tjiliwong dari Kedong Badak hingga
Depok. Jembatan merah Kota Bogor ini masih eksis hingga ini hari..
|
Jembatan Merah Soerabaja, 1860 |
Nama jembatan merah sudah disebutkan ada di Batavia dekat
Pintoe Besi (Bataviaasch handelsblad, 12-02-1875). Nama jembatan merah di
Soerabaja paling tidak sudah diketahui tahun 1860. Jembatan merah di Soerabaja berada
di atas sungai Kali Mas..
Secara
visual bentuk konstruksi Jembatan Merah di Buitenzorg tampak seperti teknologi
'mortar' untuk pembangunan jembatan pada masa ini. Ciri konstruksi mortar,
desain dibuat melengkung. Secara teknis konstruksi jembatan menjadi lebih kuat
karena konstruksi penahan jembatan dibuat melengkung (arch construction).
Seperti kita lihat nanti, ternyata, nenek moyang kita di Bogor sudah sejak lama menerapkan konstruksi
lengkung ini dalam pembuatan jembatan bamboo.
Jembatan Merah Buitenzorg
|
Java-bode, 18-07-1855 |
Jembatan Merah di Buitenzorg tidak diketahui
secara pasti kapan dibangun. Namun demikian, jembatan yang menghubungkan pusat
Kota Buitenzorg dengan Land Semplak ini sudah terdeteksi namanya pada tahun 1855
dengan nama Roode Brug (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 18-07-1855). Penyebutan dengan nama Jembatan Merah baru
muncul tahun 1875. Seorang pemasang iklan di surat kabar Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-05-1875 menulis Djambatang
Merah. Jembatan Merah sendiri berada di Kampong
Gardoe. Disebut gardo karena di tempat itu terdapat gardu listrik (kini, Kantor PLN Bogor).
|
Java-bode, 21-05-1875 |
Sebutan ‘jembatan merah’ sudah sejak lama ada di Belanda
yang disebut ‘roode brug’ (lihat Oprechte Haerlemsche courant, 13-01-1685).
Tidak diketahui jelas mengapa suatu jembatan tertentu disebut roode brug
(jembatan merah). Jembatan merah terdapat di Rotterdam (Oprechte Haerlemsche
courant, 16-11-1700).
Jembatan
Merah Buitenzorg berada di atas sungai Tjipakantjilan. Sungai ini pada dasarnya
adalah suatu kanal dengan cara mengembangkan sungai Tjipakantjilan. Kanal ini
berfungsi untuk mengalirkan debit air yang lebih dengan cara menyodet sungai
Tjisadane di Empang untuk kebutuhan perkebenunan orang-orang Eropa/Belanda di
Land Kedong Badak, Land Tjiliboet, Land Bodjonggede, Land Tjitajam dan Land
Depok. Kanal ini juga digunakan untuk
sumber irigasi pencetakan sawah baru di sekitar landerien tersebut.
|
Bataviaasch handelsblad, 20-05-1889 |
Tidak jauh dari Jembatan
Merah di Buitenzorg terdapat jembatan di atas sungai Tjisadane. Jembatan yang berada di
Kampong Panaragan ini diperbarui tahun 1889 dari jembatan lengkung (boogbrug).
Pembangunan jembatan dikerjakan oleh CA de Leau senilai f3.980 (lihat
Bataviaasch handelsblad, 20-05-1889). Jembatan
lainnya yang ada di Buitenzorg adalah jembatan Empang, Jembatan Pasar Baroe,
Jembatan Sempoer dan Jembatan Waroeng Djamboe. Jembatan tertua adalah Jembatan
Warong Djamboe bahkan sudah ada sejak era VOC (saat pembangunan istana
Buitenzorg tahun 1745). Jembatan besar lainnya di dekat Buitenzorg
adalah jembatan Gadok di atas sungai Tjiliwong. Jembatan ini diperbarui dengan biaya sebesar
f15.483 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 08-02-1897).
|
Jembatan terpanjang di Hindia Belanda, 1883 |
Teknologi pembangunan jembatan di Hindia
Belanda sudah sangat berkembang. Jembatan terpanjang di Hindia Belanda saat itu terdapat
di Afdeeling Padang Sidempoean yang berada di atas sungai Batangtoroe. Jembatan
ini menghubungkan Kota Sibolga dengan Kota Padang Sidempoean. Jembatan
Batangtoroe dibangun tahun 1879 dan selesai dibangun tahun 1883. Jembatan ini
panjangnya 110 meter yang dikerjakan oleh arsitek Ir. A. Eisses.
|
Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 08-05-1883 |
Jembatan Batangtoroe (Batang Toru) selesai dibangun 1883. Jembatan ini
mulai dibangun tahun 1879 ini berarti dibutuhkan selama empat tahun.
Bahan-bahan yang digunakan selain beton, besi juga menggunakan kayu yang panjang 30 meter dengan lebar 60 cm. Lokasi jembatan ini berada di daerah hilir
jembatan rotan (yang lama) yang mengambil lebar sungai dengan kedalaman sungai
yang rendah dimana diantara dua sisi sungai terdapat pulau (seperti pulau Geulis di tengah sungai Tjiliwong di Bogor). Deskripsi jembatan
ini dapat dibaca dalam Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 08-05-1883.
Disebutkan bahwa jembatan ini adalah kebanggaan keberhasilan sipil di
Nederlandsch Indie (baca: nusantara). Pembangunan jembatan ini dikerjakan oleh arsitek A. Eisses
yang menelan biaya sebesar f140.000, Juga menelan banyak korban karena jatuh dan
hanyut selama pekerjaan proyek. Jembatan ini panjangnya 110,23 M dan lebar 5.54 M dan menjadi jembatan
terpanjang yang pernah ada.
Jembatan Bambu vs Jembatan Beton/Baja
|
Jembatan bamboo
di Batoetoelis, lukisan 1865. |
Teknologi
jembatan tradisional sudah sejak lama berkembang di Bogor. Teknologi jembatan
tradisional terbuat dari bahan bamboo. Konstruksi jembatan tradisional bamboo ini
dengan ‘desain lengkung’ yang kini secara sains paling diakui di dunia
konstruksi modern. Konstruksi teknologi jembatan lengkung haruslah dianggap
sebagai kearifan lokal (heritage) yang sudah ada sejak baheula.
|
Jembatan konstruksi lengkung di Bogor, 1890 |
Ini berarti jauh
sebelum teknik lengkungan digunakan secara modern dalam berbagai kontruksi
bangunan (jembatan, gedung dan sebagainya), nenek moyang kita di Bogor sudah memikirkan
dan menerapkannya. Teknologi bamboo jembatan lengkung ditemukan di banyak tempat
dan yang paling terkenal adalah jembatan teknologi bamboo di atas sungai
Cisadane di Buitenzorg (Bogor) dan di atas sungai Tjitaroem di Bandoeng.
|
Jembatan konstruksi lengkung di Bandoeng, 1893 |
Jembatan
bamboo dengan teknologi lengkung adalah suatu kearifan lokal, yang
mempertemukan kecerdasan penduduk lokal dengan ketersediaan bahan baku berkat
anugerah alam. Kearifan lokal yang ditemukan di Buitenzoeg dan Bandoeng sudah
barang tentu membuat orang-orang Eropa/Belanda terkagum-kagum sehingga mereka
mengabadikannya berulang-ulang dalam bentuk lukisan dan foto. Dokumen tertua
yang saya temukan di Bogor bertarih 1890, sedang yang tertua di Bandoeng
bertarih 1893. Jembatan bamboo dengan teknik lengkung adalah warisan (herutage) yang menjadi inspirasi sains modern. Dalam bahasa Wali Kota
Bogor yang sekarang: DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA.
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
izin bertanya, gambar dan naskah sejarahnya didapat darimana?
BalasHapusSumber sudah disebut dalam tulisan atau artikel terdahulu, dari surat kabar sejaman dan foto dari KITLV
Hapus