Laman

Minggu, 20 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (40): Ultah Blog Poestaha Depok 17 Agustus; 600 Artikel Sudah Diupload

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Blog Poestaha Depok launching pada tanggal 17 Agustus 2012. Ini berarti blog ini sudah berlangsung selama lima tahun. Jumlah artikel yang sudah diupload sebanyak 217 artikel.  Artikel pertama tanggal 17 Agustus 2012 berjudul ‘Sejarah Tata Ruang Kota Depok: Menyambung Mata Rantai Yang Terputus Antara Depok Masa Kini dan Depok Tempo ‘Doeloe’. Sedangkan artikel terakhir berjudul ‘Sejarah Kota Depok (39): Perayaan HUT RI Pertama, 17 Agustus 1950; Kapan Kali Pertama Peringatan HUT RI di Depok?’ Blog Poestaha Depok sesungguhnya blog kembar. Kembarannya adalah blog Tapanuli Selatan dalam Angka.

Blog Tapanuli Selatan dalam Angka launching pada tanggal 15 Januari 2011 dengan artikel pertama berjudul Meneliti Itu Mudah. Blog ini awalnya membatasi diri untuk seputar Sumatera Utara. Namun karena dirasakan sejarah Padang Sidempuan di Sumatera Utara tidak berdiri sendiri, maka untuk menampung sejarah yang lebih luas (nasional) dianggap keberadaan blog Poestaha Depok dijadikan sebagai blog paralel (kembar). Kebetulan, bukankah pustaka terbesar di Indonesia terdapat di Depok, tepatnya di Universitas Indonesia?

Untuk saat ini di blog Poestaha Depok baru terbatas Sejarah Bandung (37 artikel); Sejarah Bogor (23), Sejarah Jakarta (16), Sejarah Kota Padang (39) dan Sejarah Kota Depok (39 artikel). Sementara itu di blog Tapanuli Selatan dalam Angka sudah diupload Sejarah Padang Sidempuan (20 artikel) dan Sejarah Kota Meda (54 artikel). Ke depan akan menyusul Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Makassar dan Sejarah Kuala Lumpur atau Singapoera. Dengan demikian, berdasarkan framework yang sekarang, pada nantinya akan dimungkinkan terpetakan Sejarah (kota-kota) Indonesia, termasuk Depok dan Padang Sidempuan (dua kota yang sejak awal menjadi perhatian di era Belanda)
Epistemologi: Untuk sekadar diketahui pembaca, sesungguhnya hanya sebagian artikel yang diupload di dua blog tersebut. Sejumlah artikel yang sudah final disimpan untuk penayangan momen yang tepat, sejumlah artikel yang lain masih separuh belum teredit penuh, sejumlah artikel lainnya masih berantakan tetapi datanya sudah masuk, bahkan sejumlah artikel masih berupa judul (tema) dengan catatan pengarah di bawahnya. Sejarah Depok yang sudah diupload sudah mendekati 40 artikel, tetapi sekitar 50 artikel atau calon artikel berada dalam antrian. Hal ini terjadi karena dalam pencarian data-data sejarah yang dilakukan bersifat simultan. Sebagai misal, ketika menulis Sejarah Bogor sudah muncul beberapa artikel tentang Depok, demikian sebaliknya jika ditemukan data tentang Bogor selama penulisan sejarah Depok akan disimpan dalam file Bogor (apakah untuk memperbaiki artikel yang sudah diupload atau membuat artikel sendiri). Hal yang sama juga jika ditemukan data tentang Bandung, Medan dan Padang, Semarang dan Soerabaya dalam penulisan Sejarah Depok, data tersebut disimpan dalam file kota-kota tersebut. Oleh karena itu, saat ini sudah terdapat dalam file artikel-artikel setengah jadi untuk sejarah Semarang dan Surabaya. Singkat kata: penulisan artikel di dua blog tersebut bersifat simultan. Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer.
Dua blog ini akan saling mengisi. Tidak hanya saling mengisi soal konten tetapi juga soal ketersediaan waktu menulis. Adakalanya berminggu-minggu konsentrasi di blog Poestaha Depok tetapi juga ada kalanya berminggu-minggu di blog Tapanuli Selatan dalam Angka. Oleh karena itu semua artikel yang diupload di dua blog tersebut menjadi satu kesatuan. Secara keseluruhan jumlah artikel yang dipload di dua blog ini pada tanggal 17 Agustus 2017 ini sudah mencapai 600 artikel dalam enam tahun terakhir. Dengan kata lain rata-rata sebanyak 100 artikel per tahun atau kira-kira dua artikel per pekan.

Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).  Dalam penulisan sejarah kota-kota ini, untuk kota-kota besar (Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makassar) secara khusus tema sepak bola dipisahkan secara tersendiri ke dalam serial artikel. Serial artikel sepak bola yang sudah ditulis adalah Sejarah PSMS (baru 12 artikel), Sejarah Persija (13 artikel) dan Sejarah Persib (8 artikel). Kini, tengah menyiapkan lanjutan Sejarah Persija.

Oleh karena artikel yang ditulis ‘sambil lalu’ maka di sana-sini terdapat kesalahan editing, Sementara itu dalam hal setiap  penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel yang lain di dua blog tersebut. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Jika ada umur panjang, suatu waktu artikel-artikel yang koheren (dapat diikat dalam satu tema besar) dapat dokompilasi lagi atau ditulis ulang menjadi beberapa buku, seperti buku Sejarah Depok, buku Sejarah Bandung, buku Sejarah Persija Jakarta dan buku Sejarah Masjid Istiqlal.

Dalam era digital pada masa ini, sesungguhnya semua sumber-sumber kuno, surat kabar, majalah dan buku sudah dapat diakses, bahkan jurnal peerjalanan (hari demi hari) Cornelis de Houtman tahun 1595 yang dipublish pada tahun 1597 dapat dibaca terang benderang. Demikian juga surat-surat kabar yang berkenaan dengan semasa hidup Cornelis Chastelein juga dapat diakses dan dapat dibaca secara jelas. Karena itu, kini kita dapat mengoreksi sejarah lisan atau wawancara sejarah. Dalam wawancara sejarah ada kelemahannya: yang diwawancara salah memberikan keterangan atau yang mewawancara justru tergoda untuk memplintir hasil wawancara (membesar-besarkan satu hal dan mengerdilkan hal yang lain). Lagi pula ‘rekaman' wawancara tidak bisa ditelusuri alias hanya berdua saja yang mengetahuinya (tidak dapat dikonfirmasi alias his story). Dalam penulisan sejarah Indonesia atau penulisan sejarah lokal hal serupa ini banyak ditemukan yang justru bertentangan dengan fakta yang ada seperti tertulis di surat kabar sejaman. Oleh karena itu, sejarah masa lalu pada masa kini hendaknya ditulis secara proporsional (apa adanya). Dengan kata lain, kita harus kembali ke fakta sejarah, bukan his story. Dalam kaitan ini, penulisan sejarah tertentu (tema tertentu) tidak lagi cukup jika hanya ditulis secara vertikal (indepth/time series) tetapi juga diperlukan penulisan yang bersifat pemahaman horizontal (comparative/spasial), yakni melakukan komparasi (relasi) kejadian tertentu di satu tempat dengan di tempat lain. Dengan begitu, kita akan terhindar dari pemaknaan absolut dan lebih mengedepankan pemaknaan relatif (dimensi ruang dan waktu). 

Selamat Ulang Tahun blog Poestaha Depok. Dirgahayu HUT RI 17 Agustus 2017. Merdeka.


*Oleh Akhir Matua Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar