Frits, anak seorang pendeta yang lulus Sekolah Tinggi Teologi di Belanda. Frits sejak kanak-kanak sudah sangat menyukai permainan catur. Ketika Frits berada di Belanda sempat bertanding dan mengalahkan Max Euwe (Juara Catur Belanda yang kemudian menjadi Juara Catur Dunia). Frits juga seorang aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Frits lebih terkenal sebagai pecatur dan penulis catur daripada seorang pendeta dan pengkhotbah.
Memang tidak ada
salahnya seorang pecatur menjadi pendeta, atau sebaliknya tidak dilarang
seorang pendeta menggemari permainan catur. Namun kombinasi dua profesi ini
sangat jarang terjadi. Tidak hanya itu, Frits juga adalah seorang penulis,
dosen sejarah di Akademi Wartawan. Frits juga seorang pengusaha. Lantas mengapa
bisa demikian? Itulah pertanyaan? Dan siapakah sesungguhnya Frits? Mari kita
telusuri.
Frits, Anak Depok
Frits yang memiliki nama lengkap Frits Kilian Nicolas lahir di Depok
tanggal 5 Maret 1917. Ayahnya adalah seorang pendeta di Depok. Ayahnya pada
tahun 1915 mempublikasikan buku Kamus Logat Melayu (Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915).
Keluarga mereka di Depok tampaknya cukup berada. Pada tahun 1923 ayahnya memasang
iklan di surat kabar dua rumah untuk disewakan (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 20-01-1923). Ibunya juga seorang aktivis sosial di Depok
yang bergerak di bidang kegiatan gadis-gadis (Bataviaasch nieuwsblad, 01-05-1934). Gadis-gadis diajarkan disiplin dan
kebersihan, mereka juga mendapatkan pelajaran dalam membuat kerajinan.
Frits pada umur 15
tahun sudah termasuk pemain catur yang disegani. Namun anehnya, Frits bukan
pemain catur yang masuk Tim Depok, tetapi Tim dari salah satu klub di Batavia (Bataviaasch nieuwsblad,
19-04-1932).
.
Tim Catur Depok
Tim Catur Depok
De Preanger-bode, 04-12-1923 |
Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926 |
Max Euwe Juara Catur Belanda
dan Frist dari Depok
Nun di sana di Medan, kabar catur dari Tanah Batak dan semakin intensnya
pertandingan catur di Indonesia akhirnya menggoda juara catur Belanda, Dr. Euwe
untuk datang ke Indonesia. Koran Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië, 04-02-1930 memberitakan bahwa pecatur Belanda Dr Euwe akan
ke Deli. Ini adalah program sementara ‘De Nederland-Indie Schaakbond’ (federasi
catur Hindia Belanda) yang mengajukan proposal juara Belanda itu untuk datang
ke Medan. Usulan ini diterima oleh Medansche Schaakvereeniging (Asosiasi Catur
Medan) melalui pesan telegraf yang dikirim dari Java. Ini artinya Dr Euwe jadi
sebelum mengambil tur Java selama seminggu akan berada di persinggahan pertama
di Pantai Timur, di mana terdapat Asosiasi Catur Medan. Dr Euwe akan melakukan
pertandingan simultan terhadap anggotanya, memperkenalkan program, yang juga
berupaya untuk dilakukan untuk kalangan akademik. Dr Euwe juga diharapkan untuk
membangun, mengunjungi beberapa komunitas catur di Hindia Belanda untuk memberi
kesempatan masing-masing juara catur dari komunitas catur yang ada. Dalam
kunjungan Dr Euwe ini bahkan diselipkan satu program khusus untuk mengunjungi
Brastagi di mana sejumlah pemain Batak akan bertemu dengan Dr Euwe menjadi
kenyataan. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië ini
menambahkan dan menutup beritanya: Sama seperti Anda mungkin tahu, orang Batak
adalah bangsa pecatur. Banyak dari mereka adalah anggota dari Asosiasi Catur
Medan di mana mereka dihargai sebagai kekuatan ajaib.
Algemeen
Handelsblad, 21-08-1930: ‘Dr Max Euwe di Hindia Belanda. Dalam kunjungan
pertama, Euwe di Medan, juara catur Belanda ini mendapat lima kemenangan dan
sekali imbang. Dalam pertandingan yang dilangsungkan di Medan, 20 Agustus. Dr
Max Euwe, juara catur Belanda, yang di sini tiba untuk membuat tur catur dari
Hindia Belanda untuk suatu konsultasi dan juga melakukan pertandingan eksebisi
melawan trio pemain terkuat Medansche Schaakvereeniging, Mr. Lantzius, Meurs
dan Basoeki. Selain tiga itu, Dr. Euwe juga melakukan pertandingan eksebisi
terhadap tiga pecatur terkuat Batak. Dr. Euwe memenangkan lima partai dan
bermain sekali imbang dalam melawan maestro pecatur asal Tanah Batak bernama Si
Tomboek (5 1/2 - 1/2 untuk Euwe). Pada hari berikutnya, Dr. Euwe melakukan
pertandingan simultan sebagaimana dilaporkan koran Het Vaderland: staat- en
letterkundig nieuwsblad, 22-08-1930 sebanyak 36 partai sekaligus, 34 partai
dengan kemenangan, dan lagi-lagi, dua anak Batak dengan hasil remis (tidak
disebutkan apakah Si Prang, Si Hoekoem, atau Si Toemboek).
Di koran Algemeen Handelsblad edisi 01-10-1930, Dr. Euwe mengungkapkan
bahwa dia telah bertemu salah satu komunitas catur yang memiliki karakteristik
yang unggul dari pribumi Batak di Deli, anak-anak Batak itu, meski tidak bisa
berbicara sempurna bahasa Melayu, tetapi mereka sangat luar biasa, sekalipun
tidak pernah kontak dengan bangsa Eropa/Belanda, namun kekuatan bermain mereka
setara dan sangat mirip dengan kita orang Eropa/Belanda. Memang mereka tidak
memiliki teori pembukaan tapi di dalam permainan gerakan mereka sangat taktis,
terbilang sangat cepat dan bahkan mereka punya endgames yang sempurna. Fakta
bahwa anak-anak Batak adalah master dalam endgame. Sepantasnya mereka
diletakkan dalam posisi master di dalam permainan catur. Saya harus mengakui
wawasan intuitif mereka yang sebenarnya. Saya dengar mereka bahkan mengalahkan
Dr Lasker dalam kontes sebelumnya. Saya berharap bertemu lagi dalam pertemuan
kedua nanti di akhir tur saya (di Hindia Belanda), aku punya rencana,
menjelaskan kepada sejumlah pecatur Batak beberapa permainan akhir (endgames)
yang lain. Kesan umum saya sejauh ini adalah bahwa kehidupan catur di Hindia
Belanda sangat menggembirakan. Kita harus mendorong salah satu daerah yang
memiliki kekayaan permainan catur di Tanah Batak berkembang, sebagai
kekecualian. Secara umum jumlah fans di Hindia Belanda dalam persentase yang
lebih besar daripada di negara manapun di dunia.
Tiga Anak Batak vs Max Euwe (Het volk, 09-10-1930) |
Ternyata Dr. Euwe
tidak kecewa. Keilmuannya mengalahkan gengsinya dikalahkan oleh anak Batak dari
kampung di pedalaman Tanah Batak. Mr. Euwe yang seorang sarjana, malah ingin
mengetahui lebih dalam mengapa ia kalah sama Si Hoekoem. Dr. Euwe ingin
menganalisnya langsung bersama Si Hoekoem. Yang tadinya ingin segera hengkang
dari Medan, malah Dr. Euwe menunda keberangkatannya. Dr. Euwe ingin
mewawancarai langsung Si Hoekoem. Dengan bantuan penerjemah di gedung De Wit
Societie Medan Dr. Euwe awalnya ingin wawancara tapi malah justru yang terjadi diskusi
(dialog). Dr. Euwe tidak menyangka bahwa Si Hoekoem bisa menganalisis
permainan, mulai dari pembukaan, gerakan dan endgame. Hasil wawancara, eh hasil
diskusi yang ditulis sendiri oleh Dr. Euwe itu (termasuk notasi caturnya)
dimuat di koran Het volk: dagblad voor de arbeiderspartij, 25-10-1930 dengan
judul beritanya: 'Dr. Euwe interviewt Si Hoekoem. De Batakker toont een zeldzaam
juist oordeel. Besloten werd met een partij volgens de Bataksche spelregels'.
Intinya: anak-anak Batak ini, terutama Si Hoekoem telah memberi saya banyak
pemahaman. Awalnya saya yakin menang, sebagaimana juga menurut penonton, tetapi
di akhir permainan Si Hoekoem melakukan gerakan diluar dugaan saya. Dan, Si
Hoekoem menang. Saya bisa menyimpulkan bahwa permainan game anak-anak Batak
murni intuitif--tidak text book. Saya salut, dan saya banyak belajar dari
mereka anak-anak yang cerdas ini.
Berita kekalahan Max Euwe di Medan
bagaikan ‘viral’ di sejumlah surat kabar di Belanda dan di Batavia.
Pecatur-pecatur di Batavia juga mulai penasaran dengan Si Hoekoem. Lantas Si
Hoekoem dari Tanah Karo via Medan diundang para pecatur di Batavia untuk suatu
pertandingan simultan yang mana
Si Hoekoem akan melawan 32 orang pecatur sekaligus (simultan).
Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1931: ‘Baay en Lichtendahl Spelen Simultaan.
Pemain catur Si Hoekoém Batakschen terkenal meski tampak tidak fit telah melakukan
pertandingan simultan yang dimulai pada pukul 09:30 (pagi) dan pria ini
berkeliling untuk menghadapi 32 papan catur yang terus berlangsung sampai
setengah 3 dinihari. Dalam kondisi badan yang kurang sehat Si Hoekoem tampak berjalan lambat
yang mengakibatkan bahwa peserta lain harus menunggu sekitar 20 menit sebelum
satu pemain simultan tiba kembali di papan catur masing-masing peserta. Dan
tidak diragukan lagi di bawah kondisi menderita (Si Hoekoem karena sakit) hasilnya
tidak maksimal namun tidak terlalu mengecewakan. Dari 32 partai pertandingan
simultan itu ada 17 partai yang dimenangkan Si Hoekoem. Tuan-tuan Rumate,
Sarapung, Rhemrev, Gosal, Harahap, Marpaoeng, Dixon (seorang perwira militer
Belanda berpangkat Kapten), Hoetabarat dan Sormin memenangkan partai mereka. Sementara
Borgman, Westendorp, Siegers, NN, O'Brien
dan Siregar berhasil mengimbangi (draw) Si Hoekoem’.
Dalam perkembangannya, muncul suksesi klub catur ‘Jong Batak’ yakni klub
catur baru yang diberi nama ‘Satur Batak’. Koran Bataviaasch nieuwsblad,
28-12-1931 memberitakan telah didirikan organisasi catur (Batak verecniging van
Batakschc schaker). Pendirian ini digagas oleh JH Hoetabarat yang diberi nama ‘Satoer
Batak’. Nama orgnisasi ini sesuai dengan lapal di Tanah Batak tentang catur
yang disebut satur. Dalam pertandingan simultan yang dimainkan oleh Si Hoekoem
beberapa bulan sebelumnya (19-04-1931), JH Hoetabarat termasuk yang meraih
kemenangan. Tim Kramaat Batavia kini menemukan saingan berat ‘Satur Batak’.
Pemain
catur bermarga Harahap yang juga termasuk yang memenangkan permainan melawan Si
Hoekoem, tidak lain adalah Frist dari Depok yang masih berusia 15 tahun. Frits
Harahap van Depok kemudian menjadi anggota dari klub catur ‘Satoer Batak’.
Klub 'Satoer Batak' Terkuat di
Batavia
Klub catur ‘Satur Batak’ di Batavia telah didirikan di Batavia (Bataviaasch
nieuwsblad, 28-12-1931). Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië,
26-03-1932, melaporkan bahwa Ned.-Ind. Schaakbond (NISB) yang dipimpin ketua
JH Ritman melangsungkan rapat umum. Pimpinan klub yang hadir antara lain,
klub dari Ungaran, Jember dan Lawang; klub Djien Gie Lee Tic Sien dari
Surabaya, klub ‘Satoer Batak’ dan klub De Pion dari Batavia; klub Bubble Tower
dari Sungei-Gerong; klub Lua Chiao Tsin Nien Hui dari Surabaya; klub dari
Plaju, klub dari Padang, klub Mr. Cornelis dari Batavia; klub dari Semarang dan
klub dari Bandung serta klub dari Majalengka.
Klub dari Deli
(ibukota Medan) tampaknya tidak terlihat terwakili dalam hal ini. Apakah mereka
enggan bersaing dengan klub Tanah Batak ‘Jong Batak’ dan suksesinya ‘Satoer
Batak’ yang telah didirikan dan memilih homebase Batavia?. Koran ini juga
menyajikan struktur organisasi dan bidang-bidangnya yang merupakan hasil
kongres pada tanggal 2 April 1931.
Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 04-04-1932,
melaporkan bahwa pada hari Kamis pukul 20:00 di klub Mr. Cornelis di Batavia
telah dilangsungkan pertandingan persahabatan antara klub catur ‘Satoer Batak’
dengan tim dari ‘Mr Cornelis’, Tim dari klub Mr. Cornelis juga diperkuat
beberapa pemain dari klub Schackmat dan klub Kramat. Dalam pertandingan beregu
ini terdapat sebanyak 20 partai (20 vs 20 pecatur).
Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indië, 05-04-1932, melaporkan pertandingan persahabatan
beregu antara klub De Pion dengan klub ‘Satoer Batak’ yang terbagi dua
kelompok. Kelompok pertama berakhir imbang, dan kelompok kedua dimenangkan oleh
‘Satoer Batak’. Selanjutnya, koran Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië, 12-04-1932 juga kembali melaporkan pertandingan yang
dilakoni tim 'Satoer Batak'. Pertandingan pertama antara Schaakmat melawan
‘Satoer Batak’. Tim Satoer Batak memiliki tiga kali dalam kemenangan gemilang.
Pertandingan kedua 'Satoer Batak' melawan tim De Pion, yang mana tim 'Satoer
Batak' menang dengan skor 15-7.
Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932 |
Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1932 |
Sementara itu,
koran Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1932 melaporkan hasil kompetisi internal
klub 'Satoer Batak' yang anggotanya sebanyak 52 pemain. Secara keseluruhan,
tidak kurang dari 1.326 partai akan diperlukan dalam kompetisi internal ini.
Untuk sementara W. Hoetabarat berada di peringkat teratas, disusul JSM.
Hoetabarat dan F. Panggabean. W. Hoetabarat sudah memainkan 16 partai,
sementara JSM Hoerabarat dan F. Panggabean, masing-masing baru memainkan 14
pertai. Klasemen sementara hingga pada tanggal 27 April 1932 adalah sebagai
berikut (lihat tabel). Prestasi Frits Harahap dalam
pemeringkatan ini tidak terlalu buruk: dari 8 kali main, Frits menang lima kali
draw satu kali dan kalah dua kali dengan total poin 5.5.
Frits Kilian Nicolas (FKN) Harahap, Pecatur Internasional
Sejak pemberitaan di koran-koran
berbahasa Belanda di Indonesia dan di Rotterdam tahun 1910, diketahui telah
banyak bermunculan komunitas-komunitas catur di beberapa kota besar dan juga
didirikannya sejumlah klub catur. Klub-klub yang ada waktu itu sebagian besar
adalah klub yang dihuni oleh pecatur-pecatur berbangsa Belanda. Satu-satunya
klub pribumi yang didirikan dan bermarkas di Batavia bernama ‘Jong Batak’ dan
suksesinya klub "Satoer Batak' ini semuanya beranggotakan pecatur asal
Tanah Batak.
Sedangkan klub-klub lain, ada yang murni Eropa/Belanda
dan ada juga klub yang mayoritas anggotanya Belanda plus pemain pribumi,
seperti dari pecatur asal Minahasa dan asal Tanah Batak. Semua klub-klub catur
yang ada masa itu akhirnya bergabung sehubungan dengan didirikannya organisasi
yang disebut Nederland-Indie Schaakbond (NISB)--Federasi Catur Hindia Belanda.
Organisasi ini didirikan belum lama, yakni sebelum kedatangan juara Belanda,
Dr. Euwe ke Indonesia. Kedatangan Dr. Euwe ke Indonesia, 1930 merupakan salah
satu program pertama NISB.
Frits
Kilian Nicolas dari Depok yang kemudian menyingkat namanya menjadi FKN Harahap
di satu sisi terus bermain catur dan di sisi lain terus memikirkan studi. FKN
Harahap tidak saja memikirkan ikut turnamen catur di Eropa tetapi juga berpikir
untuk melanjutkan studi ke Negeri Belanda. Boleh jadi FKN Harahap adalah
satu-satunya orang Indonesia yang aktif bermain catur di Indonesia dan juga
aktif mengikuti turnamen catur di luar negeri (Belanda).
Haagsche courant, 18-09-1934 |
FKN Harahap di Belanda kali pertama
mengikuti turnamen catur di Zandvoort yang diselenggarakan oleh Zandvoortsche
Schaakvereniging dalam rangka merayakan ulang tahunnya. Dalam turnamen ini
termasuk Grand Master dari Latvia dan dan Juara Catur Belgia (Haagsche courant,
18-09-1934). Turnamen ini dibagi beberapa kategori: Eere Group (2 grup),
Hoofdklass (10 grup), Eersteklasse (6 grup). Tweedeklaase (4 grup), Derdeklasss
(3 grup). FKN Harahap berada dalam Eersteklasse, Grup-C yang terdiri dari empat
pecatur yang mana FKN Harahap memiliki poin 1 (dua kali draw).
Berangkat ke Belanda, FKN Harahap tampaknya hanya untuk
mengikuti turnamen catur Internasional. Umurnya pada saat mengikuti turnamen
ini adalah 17 tahun. Sepulang dari Belanda, FKN Harahap bergabung kembali bersama
klubya ‘Satoer Batak’ dan menjadi bagian dari tim yang melawan Tim Klub Kramat
(Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 15-01-1935), melawan Schaakmat
(Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-02-1935), melawan klub Pion
(Bataviaasch nieuwsblad, 02-04-1935), melawan Kramat (Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1935).
Leeuwarder courant, 25-04-1936 |
De Telegraaf, 19-06-1938 |
FKN Harahap segera bergegas pulang ke tanah air di Depok untuk
bertemu ayah ibu. Kebetulan Ompung Frits datang berkunjung dari kampung di Padang
Sidempoean. Mungkin dialognya ketika Frits bertemu Ompungnya, begini: ‘Nah..ini
cucu saya, setelah selesai studi kembali ke rumah. Tidak macam ayahmu, disuruh
jauh-jauh sekolah ke Depok malah tidak pulang-pulang. Makanya Ompung datang ke
sini, bukan melihat ayahmu, tetapi ingin sekali melihat cucuku yang kata
orang-orang di kampung kita sana, anak Si Emil jago main catur. Ayah Frits (Emil Harahap) yang melihat dan mendengar dialog
kakek-cucu itu hanya tampak tersenyum simpul.
Namun belum lama di tanah air, FKN
Harahap kembali lagi balik ke Belanda. Tentu saja belum sempat ikut klubnya ‘Satoer
Batak’ untuk bertanding catur melawan klub lain. FKN Harahap akan melanjutkan
studi sarjana di Vrije Universiteit. Soerabaijahsch handelsblad 12-09-1938 melaporkan
kapal ss Johan de Witt, Zaterdag van Batavia naar Amsterdam. Di dalam daftar
manifest kapal termasuk nama FKN Harahap yang memiliki tujuan akhir di Amsterdam.
Beberapa waktu kemudian, surat kabar Haagsche courant, 22-06-1939 melaporkan FKN
Harahap di Vrije Universiteit telah berhasil menjalani prop examen dalam bidang
theologie. Vrije Universiteit adalah universitas independen (vrije) tidak
terkait dengan pemerintah maupun gereja. Vrije Universiteit benar-benar bebas
dari campur tangan pemerintah dan campur tangan gereja. Di universitas swasta independent
inilah FKN Harahap belajar di bidang teologi.
Haarlem's dagblad, 28-03-1940 |
De Maasbode, 22-08-1940 |
De Maasbode, 22-08-1940: ‘Pertandingan klub besar di
Hilversum putaran keempat. Pertandingan ini dibagi ke dalam 13 grup yang
masing-masing terdiri dari delapan pecatur. Juara masing-masing grup akan
melakukan kompetisi untuk menentukan juara. Dalam kejuaraan nasional ini FKN
Harahap berada di Grup-6. Rotterdamsch nieuwsblad, 24-08-1940 melaporkan dalam partai lanjutan
FKN Harahap mengalahkan AM Hazevoet. Dalam partai-partai selanjutnya belum ditemukan datanya.
Tentu saja keberadaan
pecatur-pecatur dari Indonesia sudah diketahui di Belanda. Berita tentang Juara
Catur Belanda yang pernah dikalahkan oleh Si Hoekoem akan menjadi berita yang
sulit dilupakan di Belanda. Oleh karenanya, kehadiran FKN Harahap di Belanda
dalam rangka studi dan juga tetap meneruskan kegemarannya bermain catur dalam
setiap pertandingan yang dilakukannya akan menjadi perhatian para insan catur
di Belanda. Analisis catur yang dilakukan oleh Dr. P Feenstra Kuiper menjadi
bukti bahwa permainan orang Indonesia tidak diremehkan.
FKN Harahap Aktif Pergerakan Mahasiswa
Het Vaderland: staat- en letterk.blad, 28-11-1941 |
De bevrijding: weekblad uitgegeven, 15-05-1945 |
De bevrijding: weekblad uitgegeven
door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 15-05-1945: ‘Pada musim
semi tahun 1944..kami tetap berjuang...kegamangan dalam menyelesaikan
studi...kami terus melawan Jepang... muncul utusan dari Kedutaan Besar
Jepang di Berlin untuk memberikan umpan, mahasiswa Indonesia membuang umpan
tersebut. Itu adalah siasat untuk menangkap Mahasiswa Indonesia dengan jaring
mereka... tiga tahun bagi orang Indonesia dari semua kehilangan hubungan dengan
keluarga mereka!..Untuk itu jangan lupa dan harus sadar Seberapa jauh studi Anda
sudah berkembang. Apakah Anda semua terburu-buru untuk ujian, atau mungkin
ujian terakhir Anda pergi?... FKN Harahap’.
FKN Harahap tergabung dalam
Perhimpoenan Indonesia di Belanda yang ikut memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. FKN Harahap menjadi bagian dari pengurus Perhimpoenan Indonesia.
Pasca periode 1936-1940 kepengurusan Perhimponen Peladja Indonesia (PPI) yang diketuai
oleh Parlindoengan Loebis situasi telah berubah dan munculnya Perhimpoenan
Indonesia. Pada tahun 1941 Parlindoengan Lubis, kelahiran Batangtoru, Padang
Sidempuan yang anti fasis (termasuk Jepang) ditangkap tentara Jerman dan
dimasukkan ke kamp konsentrasi NAZI (satu-satunya orang Indonesia di kamp
NAZI). Selama di kamp ini, adik-adiknya seperti FKN Harahap yang anti
pendudukan Jepang di Indonesia
meneruskan perjuangan lewat Perhimpoenan Indonesia.
Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan kelahiran Padang
Sidempoean tahun 1908 di Leiden menggagas dan menjadi ketua pertama
Perhimpoenan Hindia Belanda atau Indisch Vereeniging (VI). Pada tahun 1920an M.
Hatta dan kawan-kawan mengubah nama VI menjadi Perhimpoenan Peladjar Indonesia
(PPI). Pasca kepengurusan PPI periode 1936-1940 (Ketua Parlindoengan Lubis,
Sekretaris Sidhartawan dan Bendahara Moh. Ildrem Siregar) nama PPI diubah lagi
menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI) oleh FKN Harahap dan kawan-kawan. PPI
eksklusif pelajar Indonesia (saja), sedangkan VI dan PI yang dimotori oleh
pelajar Indonesia juga mencakup orang Indonesia lainnya].
De bevrijding. 15-05-1945 |
De bevrijding: weekblad uitgegeven
door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945): ‘De
vrijheidsbetogingen te Amsterdam (9 Mei 1945). Demonstrasi besar di Amsterdam
dengan mengatasnamakan Perhimpunan Indonesia untuk menuntut kemerdekaan
Indonesia yang berkumpul di lapangan Istana Kerajaan. Bendera Merah Putih
menjulang diantara demonstrasi. Banyak orang Amsterdam yang mendukung demo ini
dengan simpati. Beberapa orang Amsterdam juga ikut naik panggung untuk
berbicara untuk mendukung kemerdekaan Indonesia termasuk Wali Kota Amsterdam...F.
Harahap telah berpidato, yang mewakili atas nama Perhimpunan Indonesia untuk
mengatakan beberapa kata. mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Belanda
untuk semua dukungan dan simpati ini, yang mana orang Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir terus memperjuangkan kemerdekaan...’.
De bevrijding. 26-05-1945 |
Friesch dagblad, 10-07-1946 |
FKN Harahap Pulang ke Tanah Air
Setelah pengakuan kedaulatan RI pada
akhir tahun 1949 jalur lalu lintas Belanda-Indonesia terbuka. Para diaspora
yang selama ini tidak bisa pulang termasuk FKN Harahap bersama istrinya yang
tinggal di Imhofflaan No. 59 Amsterdam bersiap-siap pulang ke tanah air (De
Vrije Pers: ochtendbulletin, 31-01-1950). Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1951
kembali di tanah air. Dari Calcutta FKN Harahap dengan pesawat KLM tiba di
Bandara Kemajoran. Di
tanah air, FKN Harahap memulai karir sebagai dosen di Akademi Wartawan di
Batavia.
Java-bode, 18-04-1952 |
Akademi Wartawan di Batavia adalah akademi wartawan pertama di Indonesia yang didirikan oleh jurnalis senior Parada Harahap, kelahiran Padang Sidempoean yang pernah mendirikan surat kabar di Padang Sidempoean tahun 1919 yang diberi nama Sinar Merdeka. Parada Harahap adalah Radja Delik Pers, ratusan kali dimejahijaukan dan beberapa kali harus dibui karena melawan Belanda. Ada perbedaan politik antara Parada Harahap (senior) dan FKN Harahap (junior). Parada Harahap tidak pernah bekerjasama dengan Belanda, tetapi bekerjasama dengan Jepang. Salah satu persidangan Parada Harahap yang cukup menarik tahun 1931.
De Sumatra post, 06-01-1931: ‘Mr Parada Harahap berdiri
untuk keseratus kalinya di meja hijau. Kali ini Parada Harahap dipanggil ke
pengadilan karena korannya memuat iklan tagihan hutang. Si penagih hutang
digugat karena dianggap mencemarkan nama dan juga editor Bintang Timoer, Parada
Harahap juga diseret. Ketika dituduhkan kepada Parada Harahap bahwa ikut bertanggungjawab karena iklan itu
menjadi pendapatannya (sumber penerimaan). Parada menjawab: ‘Bagaimana saya bertanggungjawab?’.
Polisi mencecar: ‘Anda kan direktur editor?’. ‘Iya betul, tapi saya hanya
bertanggungjawab untuk bagian jurnalistik’, jawab Parada Harahap enteng lalu
menandaskan, ‘bagian administrasi bertanggungjawab untuk iklan’. Polisi terus
mencecar: ‘Ah’, kata Sheriff, ‘tanya sekarang, setuju bahwa di koran Anda
muncul iklan cabul, apakah Anda akan mengatakan tidak bertanggung jawab?’.
Parada Harahap spontan menjawab: ‘Oh, kalau soal itu tanggungjawab saya’.
Pada bulan November 1933 Parada
Harahap memprovokasi (mengusir) Belanda dari Indonesia dengan memimpin tujuh
orang Indonesia ke Jepang (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië, 17-11-1933). Dalam rombongan ini termasuk didalamnya M.
Hatta yang baru selesai studi di Belanda untuk menggantikan Soekarno yang
didakwa Belanda.
Sebaliknya FKN Harahap cukup dekat dengan Belanda dan sangat membenci Jepang. Pada bulan Mei 1945, FKN Harahap memimpin demonstrasi di Amsterdam untuk mengusir Jepang dari Indonesia (lihat De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945). Karena itu, selama pendudukan Jepang, FKN Harahap tidak berani pulang ke tanah air. Sementara Parada Harahap, Soekarno dan M. Hatta menerima kehadiran Jepang (tetapi tidak dengan Amir Sjarifoeddin Harahap yang tidak menerima keduanya: Belanda dan Jepang. Amir tertangkap dan dipenjara bahkan hingga hari Proklamsi Kemerdekaan RI. Dalam konstelasi ini Parada Harahap adalah mentor politik praktis dari tiga founding father RI: Soekarno, Hatta dan Amir.
Sebaliknya FKN Harahap cukup dekat dengan Belanda dan sangat membenci Jepang. Pada bulan Mei 1945, FKN Harahap memimpin demonstrasi di Amsterdam untuk mengusir Jepang dari Indonesia (lihat De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945). Karena itu, selama pendudukan Jepang, FKN Harahap tidak berani pulang ke tanah air. Sementara Parada Harahap, Soekarno dan M. Hatta menerima kehadiran Jepang (tetapi tidak dengan Amir Sjarifoeddin Harahap yang tidak menerima keduanya: Belanda dan Jepang. Amir tertangkap dan dipenjara bahkan hingga hari Proklamsi Kemerdekaan RI. Dalam konstelasi ini Parada Harahap adalah mentor politik praktis dari tiga founding father RI: Soekarno, Hatta dan Amir.
Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, di Akademi Wartawan di Batavia, Parada Harahap meminta adiknya FKN Harahap (yang kampungnya berdekatan di Padang Sidempoean) untuk membantunya di akademi yang baru didirikannnya. Parada Harahap meski satu kaki sudah di bidang akademik, tetapi kaki yang lain masih di bidang jurnalistik. Sebab baru-baru ini Parada Harahap sudah mengakuisisi surat kabar legendaris berbahasa Belanda (Java Bode). Seperti kata senior mereka doeloe, Dja Endar Moeda, Radja Persoeratkabaran Soematra, bahwa pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya: sama-sama mencerdaskan bangsa (lihat De locomotief: Samarangsch handels-en advertentie-blad, 02-05-1901). Hadji Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda adalah alumni sekolah guru di Padang Sidempoean (lulus tahun 1884). Untuk sekadar tambahan, salah satu mahasiswa pertama di Akademi Wartawan ini adalah seorang mantan tentara pelajar di Padang Sidempoean bernama AM. Hoetasoehoet yang sehari-hari menjadi kepala administrasi di surat kabar Indonesia Raja pimpinan Mochtar Lubis. AM Hoetasoehoet adalah ketua senat mahasiswa pertama di kampusnya. Kelak, AM. Hoetasoehoet menjadi jurnalis hebat yang kemudian mengikuti jejak seniornya Parada Harahap untuk mendirikan Sekolah Tinggi Jurnalistik (kini IISIP Lenteng Agung yang pimpinannya sekarang dijabat oleh anak AM Hoetasoehoet). Akademi Wartawan pimpinan Parada Harahap ini kelak berubah menjadi ABA (Akademi Bahasa Asing) di Menteng.
Era Pecatur Batak Berlalu, Era Percasi Muncul, 1950
Setelah kemerdekaan, NISB hilang
sendirinya dari pembicaraan, yang kemudian muncul organisasi catur anak negeri
(pribumi) dengan berdirinya Persatoean Tjatoer Seloeroeh Indonesia (PTSI) tahun
1950. Ketua pertama organisasi catur Indonesia ini adalah Dr. Suwito
Mangkusuwondo. Pada waktu pendirian organisasi catur Indonesia ini di
Jogjakarta, FKN Harahap masih berada di Belanda. Sebagaimana diketahui FKN
Harahap baru pulang ke tanah air pada tahun 1951 (Java-bode: nieuws, handels-
en advertentieblad voor dengan pesawat KLM tiba Nederlandsch-Indie, 03-01-1951).
Di tanah air, FKN Harahap tetap aktif bermain catur dan
tentu saja aktif mengikuti kejuaraan. Dalam fase ini tidak diketahui apakah FKN
Harahap sudah berpartisipasi dalam kepengurusan PTSI.
Kemudian PTSI yang kemudian namanya
disingkat Pertjasi (Persatoeaan Tjatoer Seloeroeh Indonesia) pada tahun 1955
melakukan kongres di Djakarta (De nieuwsgier, 22-08-1955). Menjelang kongres
ini dilakukan kejuaraaan catur yang mana sebagai juara adalah Baris Hoetagaloeng
(pegawai di de StanVac). Sebagaimana disebut De nieuwsgier, 22-08-1955 ini
adalah kali kedua Baris Hoetagaloeng sebagai Juara Nasional. Tahun sebelumnya
di Tegal, kini di Djakarta. Dalam papan
skor dari 13 pertandingan yang dimainkan Baris Hoetagaloeng meraih 10 poin.
Posisi kedua diikuti oleh Liem Hong Gie (usia masih 15
tahun, pelajar Kanisius College) dan Wotulo (siswa dari Makassar) yang masing-masing
dengan 9 poin. Pada posisi keempat adalah Ang Tjin Seng, posisi kelima Arovah
Bachtiar. Peserta lainnya adalah Sianturi, Simanungkalit dan Hoo Bian Kiat dan
Haji Rachmat. Dalam kompetisi ini wasit dipimpin oleh Manaloe.
Dari hasil Kongres Pertjasi
terbentuk pengurus baru. Ketua Suratno Sastroamidjojo, Wakil Ketua Frits KN
Harahap, Sekretaris Napis dan Iskandar, Bendahara Waas. Walikota Soediro telah
menyatakan kesediaannya untuk mengambil posisi sebagai presiden kehormatan.
Juga telah ditentukan turnamen
kejuaraan nasional akan digelar di Magelang pada tahun berikutnya dan memulai pada
8 April. Disebutkan sekretariat Pertjasi yang sekarang berkantor di Djalan
Serang No. 5 Djakarta. Namun belum lama, pada tahun 1956
Ketua Pertjasi digantikan oleh FKN Harahap yang sebelumnya adalah Wakil Ketua. Selama
kepengurusan FKN Harahap, Pertjasi menjadi anggota FIDE (Federation
Internationale Des Echecs). FKN. Harahap menjabat sebagai Ketua Pertjasi hingga
tahun 1964.
Pada tahun dimana FKN Harahap
menjadi Pertjasi, di Medan terjadi promosi di struktur militer Sumatera Timur.
Mayor Djamin Ginting dipromoasikan menjadi komandan. Posisi yang ditinggalkan
Djamin Ginting diisi oleh Kapten Yunus Samosir. Sedangkan jabatan yang
ditinggalkan Yunus Samosir sebagai kepala staf ditransfer kepada Kapten Marah
Halim. Menurut Koran Het nieuwsblad voor Sumatra edisi 23-09-1954, ketiga
perwira ini sama-sama dinaikkan
pangkatnya setingkat. Mayor Yunus Samosir penggemar catur dan Mayor Marah Halim
penggemar berat sepakbola (gibol). Dalam karir dua perwira ini, Yunus Samosir (menjadi
Letkol) di tarik ke Mabes AD (intelijen), sedangkan Marah
Halim (menjadi Letkol) menjadi Kasdam II/BB. Pangkat kedua tokoh militer Medan
ini dinaikkan lagi menjadi Kolonel. Di Djakarta Kolonel Yunus Samosir dipilih
menjadi Ketua Pertjasi tahun 1964 untuk menggantikan FKN Harahap. Lalu pada
saat Kolonel Yunus Samosir mengakhiri jabatannya sebagai ketua Pertjasi (1967),
Kolonel Marah Halim dipilih menjadi Gubernur Sumatra Utara dan pada tahun 1974
Gubernur Marah Halim memperkenalkan Marah Halim Cup (turnamen sepakbola). Marah
Halim Harahap dan Frits Kilian Nicolas Harahap kampung halaman mereta bertetangga
di dekat Kota Padang Sidempoean.
Java-bode, 26-08-1952 |
Tapi, catur tetaplah 'satur' bagi anak-anak Batak hingga
masa kini. Sangat disayangkan, sejauh ini di era Percasi anak-anak Batak
seharusnya tidak hanya minim memberi kontribusi yang hanya diwakili Cerdas
Barus sebagai grandmaster. Untuk yang bergelar Master Internasional hanya
diwakili oleh Nasib Ginting, Salor Sitanggang dan Chelsie Monica Ignesias
Sihite (WGM).
Untuk sekadar dipahami, kisah
tentang sejarah catur di Indonesia dimulai di Tanah Batak. Pengakuan ini tidak
hanya bersumber dari koran-koran semata, tetapi juga dari buku yang ditulis
oleh peneliti asing pada tahun 1905. Armin Van Oefele pada tahun 1905 telah
menerbitkan buku yang mendeskripsikan tentang kebiasaan orang Batak dalam
permainan catur yang ditulis dalam bahasa Jerman dengan judul ‘Das Schachspiel
der Bataker’. Monograf ini sudah dikutip oleh banyak buku sejarah catur dunia.
Di era modern, buku sejarah catur di Indonesia penulisan
sejarah catur Indonesia telah ditulis oleh seorang anak Depok, FKN
Harahap--yang pertama menulis sejarah catur di Indonesia dengan judul: Sejarah
Catur Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali 1986 oleh Penerbit Angkasa
Bandung. FKN. Harahap sendiri dulunya adalah salah satu pecatur klub pribumi 'Satoer Batak' di era Hindia Belanda.
FKN Harahap adalah tergolong penulis hebat, puluhan buku dan artikel di
suratkabar tentang catur telah ditulisnya. Pengabdiannya di dunia catur tiada
bandingnya, FKN Harahap telah belajar catur sejak memasuki sekolah dasar,
mengasah kemampuan di komunitas catur, klub ‘Satoer Batak’ di Batavia,
menimba ilmu catur dan mengikuti turnamen catur ke negeri Belanda, dan masih menggeluti catur sampai umur
tua. Di dalam buku yang berjudul ‘Di negeri penjajah: orang Indonesia di negeri
Belanda, 1600-1950’ oleh Harry A. Poeze, nama FKN Harahap beberapa kali
disebutkan. Dia adalah anak pribumi kedua yang pernah mengalahkan Juara Catur Belanda Dr. Euwe
tahun 1933 di negeri Belanda (yang pertama, Si Hoekoem). Max
Euwe Juara Catur Dunia 1935-1937. Anda ingin menulis sejarah baru catur
Indonesia? Jangan lupa ada sejarah lama.
Asal-Usul FKN Harahap
Frits Kilian Nicolas Harahap, anak Depok telah memberi kontribusi dalam dunia catur Indonesia. Namanya akan tetap tertulis manis dengan tinta emas dalam Sejarah Catur Indonesia. FKN Harahap, anak Depok selama hidupnya, hanya sekali dilaporkan pulang kampung ke Tapanoeli, tempat kelahiran ayahnya Emil Harahap pada tahun 1926 (De Sumatra post, 10-11-1926). Saat itu Frits Harahap masih berumur 9 tahun. Dimanakah kampung asal FKN Harahap?
Frits Kilian Nicolas Harahap, anak Depok telah memberi kontribusi dalam dunia catur Indonesia. Namanya akan tetap tertulis manis dengan tinta emas dalam Sejarah Catur Indonesia. FKN Harahap, anak Depok selama hidupnya, hanya sekali dilaporkan pulang kampung ke Tapanoeli, tempat kelahiran ayahnya Emil Harahap pada tahun 1926 (De Sumatra post, 10-11-1926). Saat itu Frits Harahap masih berumur 9 tahun. Dimanakah kampung asal FKN Harahap?
Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915 |
Jos Harahap adalah
salah satu pendeta pertama pribumi di Angkola (Algemeen Handelsblad, 13-09-1894).
Salah satu anak Jos Harahap di Hoeta Simasom, Angkola (di lereng gunung Loeboek
Raja dekat Kota Padang Sidempoean) diduga kuat adalah Emil Harahap (ayah dari
FKN Harahap). Emil Harahap berangkat ke Depok untuk mengikuti sekolah pendeta. Namun
tidak pernah kembali ke kampung halaman untuk menjadi pendeta. Akan tetapi
menjadi pendeta di Depok bersama gurunya seorang Belanda D. Iken (pendeta di
salah satu gereja di Depok, kini Gereja Pasoendan Depok dekat stasion), Pada
tahun 1915 Emil Harahap bersama gurunya D. Iken menerbitkan buku Kamus Bahasa
Melayu (Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915). D. Iken sendiri adalah kepala sekolah
pertama Seminari Depok yang dibuka tahun 1879 (De standaard, 18-10-1879). Pada tahun 1879 seminar
dibuka dengan kursus empat tahun untuk pembentukan guru agama dan pendidik bagi
penduduk pribumi. Seminari memiliki tiga puluh magang yang berasal dari
Kalimantan, Battaklanden, Minahasa dan tempat-tempat lain di Jawa (Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-05-1897).
De Telegraaf, 14-11-1900 |
Dalam
perkembangannya, Emil Harahap bersama-sama teman-temannya di Batavia menggagas
dan mendirikan Partai Masehi Indonesia (PMI) tanggal 13 Desember 1930
(Bataviaasch nieuwsblad, 20-12-1930). Emil Harahap menjabat sebagai Sekjen PMI
Pusat. Pada tahun 1931 Emil Harahap menjadi salah satu dari dua kandidat untuk
anggota dewan pusat Volksraad (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 21-01-1931).
Tampaknya tidak berhasil yang lolos adalah Soetan Goenoeng Moelia, kandidat
doktor (PhD) di Leiden. Pada tahun 1934 Emil Harahap menjadi anggota dewan kota
(gemeenteraad) di Batavia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-06-1934).
Emil Harahap dan Soetan Goenoeng Moelia sama-sama kelahiran Angkola (ibukota Padang Sidempoean).
Berdasarkan data tahun 1900 jumlah Kristen di Angkola diperkirakan (hanya) sebanyak
116 orang. Pada tahun 1862 misionaris Belanda dan misionaris Jerman membuat
kesepakatan bahwa Angkola menjadi wilayah misi Belanda, sedangkan Sipirok dan
Silindoeng menjadi wilayah misi Jerman. Sebagaimana diketahui pada tahun 1870
Depok menjadi pusat misi Belanda untuk seluruh Hindia Belanda, salah satu
wilayah misinya adalah Angkola. Riwayat inilah yang diduga mengapa Emil Harahap
disekolahkan ayahnya ke Seminari di Depok, tetapi Emil (ayah FKN Harahap) sendiri
tidak pernah kembali ke kampung halaman di Angkola. Emil Harahap telah menjadi bagian 'Diaspora Padang Sidempoean' dari Afdeeling Padang Sidempoean (kini Tapanuli Bagian Selatan, Tabagsel).
Medan masih kampung, Padang Sidempoean sudah kota |
Kisah Emil Harahap dengan anaknya FKN Harahap ini dalam
Diaspora Padang Sidempoean tidak sedikit. Untuk sekadar contoh: Djamin Harahap
(anaknya lahir di Medan, 1905 Amir Sjarifoeddin, Pernana Menteri RI dan
anaknya yang lahir di Sibolga, 1910, Arifin Harahap, Menteri Perdagangan RI); Mangaradja
Siregar, seorang djaksa (anaknya lahir di Medan 1906, Mr. Abdul Abbas, Anggota
PPKI dan Residen Lampoeng); Abdul
Malik Batubara (anaknya lahir di Pemtang Siantar, 1917 Adam Malik, Wakil
Presiden RI); Haroen Al Rasjid Nasoetion (anaknya yang pertama lahir di Padang,
1903 Ida Loemongga, Perempuan Indonesia bergelar Doktor (PhD) dan anaknya yang
keempat lahir di Sibolga, 1910 Gele Haroen, Residen Pertama Lampoeng); Karim
Harahap (anaknya lahir di Sarolangoen, Djambi, 1905 Abdul Hakim, Wakil Pernana
Menteri dan Gubernur Sumatra Utara); Dr. Abdoel Hakim Nasoetion, Wali Kota
Pertama Kota Padang (anaknya lahir di Padang, 1905 Egon Nasoetion, menantu MH
Thamrin, tokoh PRRI bersama Sumitro Djojohadikoesoemo); Dr, Radjamin Nasution, Wali Kota Pertama
Surabaya (anaknya lahir di Batavia, 1914 Letkol Irsjan Nasution, tokoh perang
kemerdekaan di Surabaya); Dr. Anwar Nasoetion (anaknya lahir di Batavia, 1932,
Andi Hakim Nasoetion, Rektor IPB Bogor); Muhamad Thaib (anaknya lahir di Banda
Atjeh, 1903 SM Amin Nasution, Gubernur Sumatra Utara); Marah Hoesin (anaknya
lahir di Soengai Penoeh, Djambi 1922 Mochtar Lubis, tokoh pers Indonesia);
Soetan Koemala Martoea Siregar (anaknya lahir di Soengai Karang, Deli 1922
Sakti Alamsjah, Pendiri surat kabar Pikiran Rakyat Bandoeng); Parada Harahap, Ketua
KADIN Batavia, mentor Soekarno. Hatta dan Amir (anaknya lahir di Batavia 1927,
Mr. Aida Dalkit Harahap. Perempuan ahli hukum pertama orang Batak); Ismail
Harahap, apoteker alumni Batavia (anaknya lahir di Soerabaya, 1943 Andalas
Datoe Oloan Harahap alias Ucok AKA, Rocker Indonesia); Aden Lubis, guru (anaknya
lahir di Banda Atjeh 1923, Kolonel Zulkifli Lubis, Kepala Intelijen RI
Pertama); Soetan Martoea Radja Siregar, guru (anaknya lahir di Taroetoeng 1920,
Letkol Mangaradja Onggang Parlindoengan, Kepala PINDAD Bandoeng yang pertama); Sorip Tagor Harahap, alumni sekolah kedokteran
hewan di Buitenzorg dan pendiri Sumatranen Bond di Belanda (anak-anaknya lahir
di West Java dan cucu-cucunya antara lain Risty dan Inez Tagor. Last but not
least: Djames Harahap, bankir (anak-anaknya lahir di Sibolga, Erwin Harahap dan
Rinto Harahap yang membentuk grup musik The Mercy’s). Djames Harahap (ayah
Erwin Harahap dan Rinto Harahap) dan Emil Harahap (ayah FKN Harahap) memiliki
garis silsilah dari leluhur yang sama..
Emil Harahap dan Dr. Sardjito
Pada awal tulisan belum dijelaskan siapa Emil Harahap. Sejatinya guru catur
LE Loen adalah Emil Harahap, ayah dari FKN Harahap. Emil Harahap selain seorang
pendeta juga adala seorang pecatur handal. Bakat FKN Harahap menurun dari
ayahnya, Emil Harahap. Anak-Bapak ini keduanya sama-sama pendeta juga sama
pemain catur.
Seperti diberitakan
Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926 pertandingan antara klub catur ‘Jong Batak’ dan
klub catur ‘Skakmat’ di Batavia yang diadakan di Waterloo (lapangan Banteng
yang sekarang) berakhr imbang (7 ½ vs 7 ½). Pada tim Jong Batak terdapat nama
E. Harahap adalah tidak lain dari Emil Harahap (ayah FKN Harahap). Emil Harahap
kalah dari Popkens Brouwer.
Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926 |
Dr. Sardjito
berhasil meraih gelar sarjana kedokteran di Universiteit Amsterdam pada bulan
Juni 1921 (Algemeen Handelsblad, 22-06-1921). Dr. Sardjito mengajukan proposal
untuk tingkat doktoral. Dr. Sardjito akhirnya lulus ujian tingkat doktotal dan
meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran (Het Vaderland : staat- en
letterkundig nieuwsblad, 11-07-1923). Disebutkan Dr. Sardjito lahir di Madioen
berhasil mempertahankan desertasi di Universiteit Leiden berjudul ‘Immunisatie
tegen bacillaire dysenterie door middel van de baéteriophaag antidysénteria
Shiga-Kruse’.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Artikel menarik. Apakah saya bisa mendapatkan dokumen² aslinya?
BalasHapusSumbernya sudah disebut dalam artikel
Hapus