Laman

Jumat, 10 Agustus 2018

Sejarah Universitas Indonesia (4): Sejarah Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia; Sarjana Lulusan Pertama Drs. Sie Bing Tat


*Semua artikel Sejarah Universitas Indonesia dalam blog ini Klik Disini 

Fakultas Ekonomi adalah fakultas yang dibentuk baru di Universitas Indonesia yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1950. Pembentukan Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia pada dasarnya tidak terkait dengan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Universitas Indonesia. Hal ini berbeda dengan Fakultas Psikologi yang dibentuk dari keberadaan pendidikan (ilmu) psikologi di Fakultas Kedokteran; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang dibentuk dari keberadaan ilmu-ilmu sosial dan politik di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia; dan Fakultas Ilmu Komputer yang dibentuk dari Pusat Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.

Java-bode, 26-08-1953
Fakultas Ekonomi di Unversita Indonesia benar-benar dibentuk baru, seperti halnya kemudian dalam pembentukan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Fakultas Teknik. Ketika Fakultas Ekonomi di Univesitas Indonesia dibentuk pada tahun 1950 sesungguhnya tidak ada yang berubah di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial. Jusrusan (departemen) Sosial Ekonomi tetap eksis di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial. Sebaliknya, di Fakultas Ekonomi tidak pernah terdapat jurusan (departemen/program studi) Sosial Ekonomi.

Mengapa dalam berbagai tulisan disebutkan Fakultas Ekonomi terkait dengan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Universitas Indonesia? Disebutkan Jurusan Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia dipisahkan lalu kemudian dibentuk menjadi Fakultas Ekonomi. Padahal kenyataannya tidak demikian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel ini mendeskripsikan proses pembentukan Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia (FEUI). Sebagaimana diketahui Fakultas Ekonomi yang dimaksud tersebut adalah fakultas yang kini namanya menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB-UI). Lantas siapa-siapa saja yang menjadi sarjana lulusan pertama di FEUI? Mari kita lacak!

Universitas Indonesia: Bermula dari Nood Universiteit

Universitas Indonesia pada dasarnya bermula ketika pada tahun 1946 Belanda (NICA) mulai merintis lagi pembentukan universitas yang disebut Nood Universiteit (Universitas Darurat). Tepat pada tanggal 21 Januari 1946 secara resmi dibuka Nood Universiteit (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 21-01-1946). Dalam pengantar pembukaan PM van Wulfften Palthe mengatakan pembukaan universitas darurat ini tidak ada terkait dengan keberadaan Universiteit van Nedederlandsche Indië (Universitas Hindia Belanda) sebelum pendudukan Jepang). Tujuan utama pembentukan universitas ini adalah menjembatani celah, untuk mengejar apa yang telah hilang. Sejauh ini bahwa praktis hanya warga di Batavia (Djakarta) yang memiliki kesempatan untuk menghadiri pendidikan di Universitas Darurat. Saat ini jumlah mahasiswa terdaftar: fakultas kedokteran 122 orang yang terdiri  dari 58 Cina, 62 Belanda, 2 Indonesia; Fakultas Hukum sebanyak 46 majasiswa (18 Cina, 24 Belanda, 4 Indonesia); Fakultas Sastra dan Filsafat sebanyak 13 mahasiswa (8 Cina, 4 Belanda, 1 Indonesia); Fakultas Teknik sebanyak 20 mahasiswa (10 Cina, 9 Belanda, 1 Indonesia): Fakultas Pertanian sebanyak 9 mahasiswa (4 Cina, 4 Belanda, 1 Indonesia). Disebutkan  khusus untuk Fakultas Sastra dan Filsafat terdiri dari lima bidang studi: sosial ekonomi, linguistik, etnologi, arkeologi dan sejarah.

Dari pidato Presiden Nood Universiteit ini terindikasi hanya ada lima fakultas: kedokteran, hukum, sastra dan filsafat, dan pertanian (di Djakarta) dan teknik di Bandoeng. Salah satu bidang studi di Fakultas Sastra dan Filsafat adalah sosial ekonomi. Perkuliahan di Nood Universiteit te Batavia akan dimulai pada tanggal 1 Agustus 1946 (Nieuwe courant, 26-07-1946). Disebutkan bahwa mahasiswa yang terdafatar di Universitas Darurat secara gratis.

Lalu dalam perubahan yang cepat, Presiden Nood Universiteit yang baru Prof. Dr. Cornelis Douwe de Langen menata kembali Nood Universiteit dan namanya diubah menjadi Universiteit van Indonesie yang diresmikan pada tanggal 12 Maret 1947. Jumlah fakultas yang awalnya empat fakultas ditambah Fakultas Ilmu Exact sehingga jumlahnya menjadi enam fakultas, yakni: (1) Fakultas Teknik di Bandoeng; (2) Fakultas Eksak di Bandoeng; (3) Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial; (4) Fakultas Kedokteran; (5) Fakultas Sastra dan Ilmu Filsafat; dan (6) Fakultas Pertanian di Buitenzorg (Algemeen Indisch dagblad, 26-07-1947). Sementara itu sedang dikaji untuk pembentukan Fakultas Ekonomi di Makassar (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 25-08-1947).

Disebutkan bahwa Universiteit van Indonesie ini di Fakultas Hukum ditambahkan bidang ilmu sosial sehingga namanya menjadi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial. Bidang linguistik di Fakultas Sastra dan Filsafat hanya akan membuka dua bidang studi: bahasa dan sastra Belanda dan bahasa dan sastra Melayu. Bidang sosial ekonomi dari Fakultas Sastra dan Ilmu Filsafat dipisahkan. Pada tahun 1949 bidang sosial ditambahkan ke Fakultas Hukum (Nieuwe courant, 12-05-1949).  Nama Fakultas Hukum menjadi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial). Disebutkan di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial pada rumpun ilmu sosial (Departemen Sosial) hanya ada satu bidang studi yakni bidang sosial ekonomi.

Salah satu mahasiswa yang terdaftar di Faculteiten der Rechtsgeleerdheid en Sociale Wetenschappen, Universiteit van Indonesie (Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial) adalah Tan Goan Tiang.  Pada tahun 1950 Tan Goan Tiang diberitakan lulus ujian propaedeutische atau ujian setelah tahun pertama (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,24-01-1950). Disebutkan Tan Goan Tiang dan Ridwan Jazid lulus ujian propaedeutisch di Department Sociale Wetenschappen (Departemen Ilmu Sosial).

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (hasil KMB yang dimulai tanggal 27 Desember 1949) terjadi peralihan dari Belanda (NICA) ke Republik Indonesia Serikat. Pada tanggal 2 Februari 1950 Universiteit van Indonesie namanya diubah menjadi Universiteit Indonesa tetapi fakultas yang ada dilanjutkan. Presiden Universiteit Indonesia yang pertama adalah Ir. Soerachman.

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Dibentuk di Djakarta

Namun tidak lama kemudian, Pemerintah Indonesia (setelah sidang kabinet) memutuskan untuk mendirikan Fakultas Ekonomi di Universitas di Djakarta (Nieuwe courant, 12-09-1950). Disebutkan selain itu di fakultas ini akan dibentuk Sekolah Administrasi Bisnis (School for Business Administration) dengan masa studi dua tahun sebagai bagian dari fakultas. Sedangkan untuk lama studi di fakultas ekonomi adalah lima tahun, Persyaratan masuk di fakultas ekonomi adalah siswa yang memiliki diploma AMS, HBS, Gymnasium, Lyceum, SMA) atau yang memiliki ijazah pendidikan menengah yang setara. Prof. Mr. K. Sunario Sanyatavijaya diangkat sebagai dekan fakultas. Untuk pendaftaran dilakukan oleh administrasi di Sekretariat Universitas Indonesia di Jalan Eijkman No. 12.

Keputusan pemerintah ini ditetapkan setelah sebelumnya gagal untuk memindahkan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Makassar. Salah satu fraksi di parlemen menolak pemindahan Fakultas Ekonomi ke Djakarta dan menginginkannya tetap berada di Makassar (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-07-1950). Sebaliknya pemerintahan (Kementerian Pendidikan) memiliki keputusan lain yakni dengan membentuk baru Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta. Fakultas Ekonomi di Djakarta ini kemudian diresmikan pada tanggal 18 September 1950. Ini berarti secara dejure Universitas Indonesia telah memiliki Fakultas Ekonomi di dua kota (Makassar dan Djakarta). Hal ini juga terjadi ketika dua fakultas kedokteran di bawah Universitas Indonesia tetap diselenggarakan di dua kota (Djakarta dan Soerabaja). Ketika pemerintah telah membentuk Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta,

Sementara itu, di Fakultas Hukum dam Ilmu Sosial, Universitas Indonesia pada akhir tahun 1950 dilakukan pengangkatan sejumlah dosen dan profesor (De vrije pers: ochtendbulletin, 13-12-1950). Mereka yang diangkat tersebut dengan mata kuliah yang diajarkan, diantaranya Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya (mengajar Sosiologi dan Ekonomi); Prof. Dr. DH Burger (Kapita Selekta Ekonomi Indonesia); Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D (Ekonomi Indonesia). Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo sendiri adalah Menteri Perdagangan dan Perindustrian (Kabinet Natsir: sejak 6 September 1950).

Saat pembentukan dan dimulainya aktivitas di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta, fakultas ekonomi yang tetap eksis di Makassar seakan diabaikan dan pemerintah terkesan kurang memperhatikan. Hal ini boleh jadi karena situasi dan kondisi pasca pengakuan kedaulatan Indonesia di Indonesia Timur belum sepenuhnya kondusif. Lebih-lebih para guru besar dan dosen termasuk dekan Prof. Hanrath telah meninggalkan Makassar dan telah kembali ke Belanda. Kepulangan dosen dan guru besar Belanda, rumor, tidak hanya karena masalah keamanan di Makassar tetapi juga soal standar kehidupan dosen yang telah bergeser dari standar Eropa/Belanda menjadi standar Indonesia.  

Kabinet Natsir dibubarkan dan berakhir pada tanggal 27 April 1951. Sejak itu, Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D ingin sepenuhnya di kampus. Disebutkan Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D berambisi untuk mengembangkan fakultas ekonomi yang sudah dibentuk di Djakarta. Tidak lama kemudian, masih pada tahun 1951 ini, Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D telah diangkat sebagai dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-11-1951).  Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D menggantikan Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya (dekan yang pertama, sejak akhir 1950).

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta setelah peresmiannya berpacu dengan waktu. Sejumlah dosen mengalami mutasi dan diantaranya ditambahkan ke Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 02-06-1951). Guru besar yang ditambahkan ke Fakultas Ekonomi ini diantaranya:  Prof. dr. RM Sunario Kolopaking Sanyatavüaya, Profesor di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, sejak dari 1 September 1950, selain tetap bertugas di kantor saat ini, untuk sementara diangkat sebagai dosen Sosiologi dan Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan (rangkap) di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Djakarta; Prof. Dr. A. Kraal, profesor ekonomi bisnis di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Jakarta, efektif dari 1 Desember 1950, untuk sementara ditunjuk sebagai dosen dalam bisnis dan keuangan dan (rangkap) mengajar di Fakultas Ekonomi di Djakarta; Prof. Mr. Djoko Soetono, profesor di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, secara efektif dari 1 Desember 1950 untuk sementara disamping fungsi ini, untuk sementara ditunjuk sebagai dosen pengantar hukum di Fakultas Ekonomi dan (rangkap) di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial.

Sejauh ini di Fakultas Ekonomi yang baru dibentuk tersebut hanya ada tiga kekhususan yakni Ekonomi-Sosiologis, Ekonomi Bisnis, dan Ekonomi Umum. Tidak ada bidang studi Sosial Ekonomi. Sementara bidang studi Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial tetap eksis (tidak berubah). Ini berarti tidak ada kaitan antara keberadaan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial dengan pembentukan Fakultas Ekonomi. Yang ada adalah, faktanya ada keinginan pemerintah untuk memindahkan Fakultas Ekonomi di Makassar ke Djakarta, tetapi karena adanya penolakan maka terjadilah pembentukan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta, suatu fakultas yang benar-benar baru (mulai dari nol). Untuk memenuhi dosen khususnya guru besar (setelah kepulangan dosen dan guru besar ekonomi ke Belanda), sejumlah guru besar di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (tepatnya di Departemen Sosial Ekonomi) ditugaskan rangkap mengajar di Fakultas Ekonomi.

Dengan demikian, pembentukan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta sesungguhnya bersifat situasional (tidak terduga). Ini bermula ketika dosen dan guru besar Fakultas Ekonomi di Makassar kembali ke Belanda, dan perkuliahan di Fakultas Ekonomi di Makassar menjadi terhenti sejak Agustus 1950, lalu kemudian pemerintah (Kementerian Pendidikan) dan Presiden Universitas Indonesia merencanakan memindahkan Fakultas Ekonomi di Makassar ke Djakarta (supaya efektif dan sesuai kebutuhan yang mendesak). Namun upaya pemindahan ini tidak berhasil karena ada pihak yang menolak. Atas dasar ini pemerintah memutuskan untuk membentuk baru Fakultas Ekonomi di Djakarta (yang diresmikan pada tanggal 18 September 1950). Beberapa kandidat untuk memimpin Fakultas Ekonomi ini terdapat guru besar di Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Ilmu Hukum dan Sosial seperti Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya dan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D. Namun karena Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo sendiri adalah Menteri Perdagangan dan Perindustrian, yang menjadi dekan di Fakultas Ekonomi, Unversitas Indonesia di Djakarta adalah Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya. Lalu kemudian, setelah tidak menjabat sebagai menteri (kabinet dibubarkan), Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D mengumumkan meletakkan semua jabatan di pemerintahan dan kembali ke kampus yang secara sadar dan tegas mangatakan untuk mengembangkan fakultas ekonomi yang baru dibentuk tersebut (Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 02-08-1951). Sebagaimana diketahui Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D saat itu adalah satu diantara tiga orang Indonesia yang bergelar doktor (Ph.D) di bidang ekonomi, Tidak lama kemudian Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D menggantikan Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya yang memiliki latar belakang pendidikan hukum.

Oleh karenanya, tidak ada kaitan antara pembentukan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta dengan keberadaan (pemisahan Departemen Sosial Ekonomi) Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia. Sebab Departemen Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial tetap eksis ketika Fakultas Ekonomi di Djakarta sudah terbentuk. Justru yang boleh dikatakan ada pertalian adalah bahwa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Makassar akan dipindahkan ke Djakarta. Namun karena ditolak, maka Fakultas Ekonomi, Unversitas Indonesia di Djakarta dibentuk baru. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Makassar dianggap tetap eksis.

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia merayakan ulang tahun yang pertama pada taggal 18 September 1951 (De nieuwsgier, 18-09-1951). Disebutkan jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta sebanyak 700 mahasiswa. Pada saat ulang tahun yang pertama ini, pendidikan ekonomi di Indonesia sudah terdapat di beberapa tempat. Selain di Makassar (yang memulai perkuliahan pada tahun akademik 1948/1949 dan sementara tertunda) juga terdapat Akademi Pcrniagaan Indonesia (API) yang diselenggarakan oleh Kementerian Perekonomian yang dibuka awal tahun 1951 sebanyak 100 mahasiswa dan di Universitas Islam Indonesia Djogjakarta yang dibuka September 1951 sebanyak 30 mahasiswa  (De nieuwsgier,  07-11-1951). Juga disebutkan jumlah dosen (termasuk guru besar) sebanyak 23 orang di Djakarta dan lima orang di Djogjakarta (sebagian besar bestatus luar biasa, karena mereka itu telah memiliki pekerjaan tetap). Di Makassar semua dosen yang Belanda telah pulang ke Belanda. Di Universitas Gadjah Mada di Djogjakarta baru tahun 1952 pemerintah menambahkan (membuka) Departemen Ekonomi sejak 1 September di Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Politik (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-09-1952). Fakultas ini kemudian bernama Faculteit voor Rechten en Sociale, Economische en Politieke Wetenschappen (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04-12-1952).

Pada tahun akademik pertama (1950) mahasiswa yang terdaftar tidak diketahui berapa banyak jumlahnya. Sejumlah mahasiswa adalah mahasiswa pindahan dari Fakultas Ekonomi di Makassar, diantaranya Tjan Lam Hin, Sie Bing Tat, Oei Kwie Tik dan Saleh Siregar. Untuk mahasiswa yang mulai dari awal (tingkat satu) diantaranya: Wahju Soekotjo, Daoed Joesoef, Raehmat Saleh, Widjojo Nitisastro dan Sitti Donur Karmeini Pohan (yang besar dugaan mahasiswi pertama di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia). Selain itu, mahasiswa yang terdaftar dari awal di tahun pertama diantaranya  Tan Goan Tiang, HMT Oppusunggu, R Dahmono dan Tjiong Joe Lian. Empat yang disebut terakhir ini pada tahun 1949 terdaftar dan telah menyelesaikan perkuliahan tingkat satu di Departemen Sosial-Ekonomi, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universiteit van Indonesie dan kemudian masuk ke Fakultas Ekonomi tahun 1950 (mulai dari tingkat satu kembali).     

Selanjutnya diperoleh keterangan bahwa perkuliahan di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta diselengarakan lima tahun dibagi ke dalam tiga tahap: setelah selesai tahun pertama diadakan ujian propadeuse; setelah tahun ketiga diadakan ujian kandidat dan kemudian ujian doktoral (Drs) setelah tahun keempat atau kelima. Setiap mahasiswa studi doktoral dapat memilih tiga kekhususan (minat) yakni Ekonomi-Sosiologis; Ekonomi Bisnis (Perusahaan) dan Ekonomi Umum (lihat De nieuwsgier, 07-11-1951).

De nieuwsgier, 22-12-1952
Di berbagai Fakultas di Universitas Indonesia sejak 1950 sudah dibentuk organisasi mahasiswa. Pada tahun 1952 organisasi mahasiswa di tingkat universitas di Djakarta dibentuk dengan nama Dewan Mahasiswa (studentenraad) Universitas Indonesia Djakarta (De nieuwsgier, 22-12-1952). Disebutkan dalam berita ini Presiden terpilih adalah Widjojo [Nitisastri] (Fakultas Ekonomi). Anggota terdiri dari Soebardi (Fakultas Sastra dan Filsafat), Soeharto (Fakultas Kedokteran) dan Ismed Siregar (Fakultas Hukum). Dewan Mahasiswa pimpinan Widjojo Nitisastro ini hanya mencakup empat fakultas Universitas Indonesia di Djakarta. Periode kepengurusan Dewan Mahasiswa di Universitas Indonesia berlangsung selama dua tahun. Di Bandoeng juga dibentuk Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia yang mencakup dua fakultas yakni Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Alam. Presiden Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng adalah Januar Hakim Harahap (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 03-06-1954).

De nieuwsgier, 20-11-1948
Dewan mahasiswa Universitas Indonesia ini pertama kali dibentuk tahun 1947 dengan nama Perhimpunan Mahasiswa Universiteit van Indonesia (PMUI). Disebutkan organisasi mahasiswa Universitas Indonesia ini didirikan pada tanggal 20 Novemberr 1947 oleh Ida Nasoetion, G. Harahap dan kawan-kawan. Pada ulang tahun yang pertama (1948) jumlah anggota PMUI telah mencapai 100 orang yang mana pada saat pendiriannya tahun 1947 baru berjumlah 30 mahasiswa (lihat De nieuwsgier, 20-11-1948). Presiden pertama PMUI adalah Ida Nasution, yang saat itu sudah menjadi esais yang terkenal. Ketika kepengurusan Dewan Mahasiswa yang dipimpin oleh Widjojo Nitisastro dan kawan-kawan (1952-1954) berakhir lalu digantikan oleh kepengurusan baru (periode 1954-1956) yang dipimpin oleh Kartomo Wirisoehardjo (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-10-1954). Kartomo Wirisoehardjo adalah (mahasiswa Fakultas Ekonomi diterima tahun1952. Pada tahun 1957 semua dewan mahasiswa yang berada di bawah Universitas Indonesia (Djakarta, Bandoeng dan Bogor) disatukan dalam satu presidium dengan ketua terpilih Hasan Rangkuti (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 29-10-1957). Dalam acara laporan tahunan Presiden Universitas Indonesia, ketua dewan yang baru Hasan Rangkuti juga turut hadir dan berbicara (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 31-10-1957). Disebutkan Hasan Rangkuti mengatakan bahwa Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia adalah salah satu organisasi yang menyatukan mahasiswa Bandoeng, Bogor dan Djakarta menjadi keluarga besar. telah diakui oleh Presiden Universitas Indonesia. Pembentukan dewan ini memiliki tujuan untuk ikut bertanggung jawab atas penciptaan dan pengembangan universitas, singkatnya, itu adalah co-operator untuk bersama-sama bertanggung jawab dalam eksistensi dan perkembangan universitas. Hasan Rangkuti adalah mahasiswa Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial yang menjabat ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia 1957-1960 dan 1962-1964.

Organisasi mahasiswa pertama di luar kampus sebelumnnya telah didirikan di Djogjakarta beberapa bulan sebelum pendirian PMUI yakni organisasi berbasis Islam yang diberi nama Himpoenan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi mahasiswa Islam ini didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-kawan. Organisasi di dalam kampus PMUI yang dibentuk Ida Nasution dan kawan-kawan pada tahun 1947 ini kemudian tahun 1952 diubah dengan nama baru Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Afdeeling Djakarta yang diketuai oleh Widjojo Nitisastro dan Afdeeling Bandoeng diketuai oleh Januar Hakim Harahap. Oleh karena anggota-anggota HMI ada di berbagai kota, maka anggota Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia baik di Djakarta maupun di Bandoeng juga umumnya berafiiasi dengan organisasi-organisasi di luar kampus seperti HMI. 

Organisasi mahasiswa Indonesia kali pertama didirikan di Leiden pada tanggal 25 Oktober 1908 yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia). Indische Vereeniging ini dipelopori dan yang menjadi presiden pertama adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Pada era kepengurusan Dr. Soetomo (1920-1922) Indische Vereeniging diubah namanya menjadi Indonesiasche Vereeniging dan kemudian di era kepengurusan Mohamad Hatta (1924-1930) Indische Vereeniging diubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (sampai sekarang). Secara kebetulan pendiri Indische Vereeniging, Radjioen Harahap; pendiri HMI Lafran Pane; pendiri PMUI Ida Nasution; dan pendiri Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Afdeeling Bandoeng (kini ITB) Januar Hakim Harahap,serta Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia yang pertama Hasan Rangkuti, sama-sama kelahiran Afdeeling Padang Sidempoean (kini Tapanuli Bagian Selatan).

Lulusan Pertama, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Tidak diketahui berapa jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia pada tahun pertama perkuliahan. Pada tahun kedua (1951) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta telah memiliki sekitar 700 mahasiswa. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-12-1952 memberitakan bahwa di Fakultas Ekonomi telah lulus dalam ujian kandidat ekonomi dua orang yakni Raehmat Saleh dan H. Kandou. Ujian kandidat dilaksanakan setelah tahun akademik ketiga. Ini berarti Raehmat Saleh dan H. Kandou adalah dua diantara mahasiswa Fakultas Ekonomi yang terdaftar sebagai mahasiswa angkatan pertama.

Sementara itu di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial diberitakan telah lulus ujian propadeuse bidang Sosial Ekonomi yakni nona. Oey Siang Lic dan nona Kadariah. Yang lulus ujian kandidat Sosial Ekonomi adalah Ridwan Jazid, Mohammad Baga, Barus Siregar dan Njoo Tjiang. Bik (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-01-1952). Nama Ridwan Jazid (bersama Tan Goan Tiang) sudah terdeteksi sejak awal tahun 1950 sebelum pembentukan Fakultas Ekonomi sebagai mahasiswa bidang sosial (Departemen Ilmu Sosial) di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (lihat kembali Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,24-01-1950). Ini berarti Ridwan Jazid tidak pernah berpindah fakultas dan tetap sebagai mahasiswa bidang sosial ekonomi di Departemen Ilmu Sosial, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial. Sedangkan Tang Goan Tiang dari Departemen Ilmu Sosial, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial pindah sehubungan dengan pembentukan Fakultas Ekonomi. Tan Goan Tiang dengan nama lain Nathanael Iskandar kelak diabadikan sebagai nama Gedung-A di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.

Java-bode, 26-08-1953
Lulusan pertama Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia adalah Drs. Sie Bing Tat. yang berhasil lulus pada akhir Mei 1953, sementara lulusan kedua adalah Drs. Oei Kwie Tik pada bulan Agustus 1953 (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 26-08-1953). Selanjutnya Het nieuwsblad voor Sumatra, 04-03-1954 memberitakan Drs baru dalam perekonomian di Fakultas Ekonomi di Djakarta, pada hari Selasa tanggal 2 Maret bernama Saleh Siregar lulus ujian doktoral (Drs) di bidang ekonomi. Lebih lanjut disebutkan dia (Saleh Siregar) adalah kandidat ketiga yang memperoleh gelar doktoral (Drs) di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Djakarta. Selanjutnya De nieuwsgier, 09-03-1955 memberitakan lulus tingkat doctoraal di Fakultas Ekonomi: Widjojo [Nitisastro]. Kemudian disusul oleh tiga lulusan berikutnya yakni R Dahmono, HMT Oppusunggu dan Tjiong Joe Lian (lihat De nieuwsgier, 29-04-1955).

Sebelumnya Ridwam Jazid telah dinyatakan lulus doktoral (Drs) dalam bidang Sosial Ekonomi di Departemen Sosial, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia. Ridwam Jazid paling tidak telah lulus pada bulan Januari 1955 (sebelum Widjojo Nitisastro lulus). Ini terindikasi dari berita pembentukan organisasi sarjana ekonomi. De nieuwsgier, 17-01-1955: ‘Pada Jumat malam (14 Januari 1955, pen), di gedung Fakultas Ekonomi di Djakarta, persatuan sarjana ekonomi Indonesia ‘Ikatan Sardjana Ekonomi Indonesia’ didirikan, yang bertujuan untuk mempromosikan ilmu ekonomi secara umum dan di Indonesia pada khususnya. Asosiasi mencoba untuk mencapai tujuannya dengan mengatur pertemuan dan konferensi di antara para anggotanya dan mempublikasikan publikasi ilmiah. Anggota asosiasi ini dapat berupa mereka yang telah lulus ujian doctoraal (Drs) atau doctor (Dr) di bidang ekonomi di institusi pendidikan tinggi. Mereka dapat diadopsi sebagai anggota khusus dari asosiasi, yang memegang posisi terkemuka di bidang ekonomi, yang berpendidikan ekonomi dan yang tertarik dalam ilmu ekonomi. Sarjana ekonomi asing dan. kandidat di bidang ekonomi dapat menjadi anggota asosiasi. Ketua komite pendiri, Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo mengusulkan untuk tidak memberikan hak istimewa kepada para anggota khusus asing, karena mereka dapat mempengaruhi jalannya peristiwa dan membahayakan ekonomi Indonesia. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo mengatakan bahwa hanya orang Indonesia yang dapat menentukan kebijakan ekonomi Indonesia. Menurut [kantor berita] PIA, jumlah sarjana ekonomi di Indonesia saat ini adalah 46 orang dan jumlah mahasiswa ekonomi yang tengah menunggu ujian doktoral (Drs) sebanyak 80 orang. Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-03-1955: ‘Ikatan Sardjana Ekonomi Indonesia (asosiasi ahli ekonomi, yang baru-baru ini didirikan di Jakarta), telah menyusun dewan pengurus, sebagai berikut: Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai ketua, Ridwan Jazid sebagai sekretaris, The Sik Tjoe sebagai bendahara. Anggota komisaris adalah Ny. Dr. Thung Sin Nio, Dr. J Th Koks dan Sarbini Soemawinata (MA econ.), Anggaran  dasar dan rumahtangga asosiasi akan disusun dalam waktu dekat’.

Pada Dies Natalis tahun 1955, Presiden Universitas Indonesia melaporkan jumlah mahasiswa yang register (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 05-10-1955). Disebutkan jumlah mahasiswa yang register di Fakultas Ekonomi sebanyak 581 mahasiswa. Disebutkan bahwa di Fakultas Ekonomi akan dibentuk kursus (prorgam studi) bisnis (yang kelak menjadi cikal bakal Departmemen Manajemen). Presiden Universitas Indonesia menyebutkan bahwa tingkat kelulusan tahun ini (1955) hanya Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan di Bogor yang terbilang memuaskan. Fakultas-fakultas lainnya tingkat kelulusan kurang dari 10 persen. Hasil yang paling buruk adalah Fakultas Ekonomi, yang tahun ini hanya meluluskan hanya tujuh mahasiswa (kira-kira dua persen). Tingkat kelulusan dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa lulus (dies) terhadap jumlah mahasiswa mendaftar (natalis). Laporan Presiden Universitas Indonesia ini sekaligus mengkonfirmasi bahwa jumlah lulusan Fakultas Ekonomi seperti yang beritanya dikutip di atas, memang baru berjumlah tujuh sarjana, yakni (sesuai urutan kelulusan): (1) Drs. Sie Bing Tat, (2) Drs. Oei Kwie Tik, (3) Drs. Saleh Siregar, (4) Drs. Widjojo Nitisastro, (5) Drs. R Dahmono, (6) HMT Oppusunggu, dan (7) Drs. Tjiong Joe Lian.

Java-bode, 19-10-1956
Setelah tujuh lulusan yang pertama, mahasiswa-mahasiswa Fakultas Ekonomi semakin banyak yang lulus. Susrat kabar Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19-10-1956 membertatakan bahwa pada tanggal 12 Oktober telah lulus Toeti Warsokoesoemo di Fakultas Ekonomi di Djakarta yang membuatnya menjadi ekonom perempuan pertama yang dihasilkan oleh fakultas. Disebutkan Toeti Warsokoesoemo adalah asisten di proyek penelitian desa dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masjarakat (LPEM). Kepala LPEM yang baru adalah Drs. Widjojo Nitisastro.

Java-bode, 12-07-1955
Pada tahun 1952 di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia didirikan Lembaga Penyelidikan Sosial. Pada tahun 1953 lembaga ini diubah menjadi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masjarakat (LPEM). Pda tahun 1955. Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo yang sejak tahun 1953 bersama Prof. F. Weinreb memimpin Lembaga Penjelidikan Ekonomi dan Masjarakat (LPEM) digantikan oleh Drs. Widjojo Nitisastro (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 12-07-1955). Pergantian pimpinan LPEM ini sesungguhnya tidak lama setelah Widjojo Nitisastri lulus di Fakultas Ekonomi (lihat kembali De nieuwsgier, 09-03-1955). Dua tahun kemudian sang The Rising Star berangkat studi doktoral (Ph.D) ke Amerika Serikat.

Java-bode, 30-08-1957
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-08-1957: ‘Ekonom ke AS (Amerika Serikat). Enam pakar ekonomi Indonesia, yang berafiliasi dengan Fakultas Ekonomi di Djakarta, telah dikirim ke AS. meninggalkan tanah air selama dua tahun untuk mengembangkan diri secara ekonomi. Para ahli adalah: Widjojo Nitisastro, T. Umar Ali, Barli Halim, Suhadi Mangkusuwondo, JE Ismael dan Wahju Sukotjo. Studi mereka di berbagai universitas di AS dilakukan dalam konteks Indonesianisasi dosen-dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia di Djakarta’.

Pemuda-pemuda Indonesia mulai lagi babak baru studi ke luar negeri untuk meraih gelar doktor (Ph.D). Setelah pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan baru dua orang yang diberitakan berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) di luar negeri yakni Arifin M. Siregar dan Widjojo Nitisastro. Arifin M. Siregar memulai tingkat sarjana di Economische Hoogeschool Rotterdam tahun 1953 (lihat Het Parool, 18-06-1954) dan kemudian melanjutkan studi tingkat doktoral (Ph.D) di Universität Münster, West Germany dan lulus tahun 1960. Drs. Widjojo Nitisastro berhasil meraih Ph.D di University of California at Berkeley tahun 1961.

Hingga tahun 1933 jumlah orang Indonesia yang meraih gelar doktor (Ph.D) di luar negeri baru sebanyak 26 orang dan hanya satu orang perempuan yakni Ida Loemongga Nasution. Orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor (Ph.D) adalah Husein Djajadiningrat pada tahun 1913. Daftar orang Indonesia peraih gelar doktor (Ph.D) selanjutnya adalah sebagai berikut: (2) Dr. Sarwono (medis, 1919); (3) Mr. Gondokoesoemo (hukum 1922); (4) RM Koesoema Atmadja (hukum 1922); (5) Dr. Sardjito (medis, 1923); (5) Dr. Mohamad Sjaaf (medis, 1923); (7) R Soegondo (hukum 1923); (8) JA Latumeten (medis, 1924); (9) Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi (hukum, 1925); (10) R. Soesilo (medis, 1925); (11) HJD Apituley (medis, 1925); (12) Soebroto (hukum, 1925); (13) Samsi Sastrawidagda (ekonomi, 1925); (14) Poerbatjaraka (sastra, 1926); (15) Achmad Mochtar (medis, 1927); (16) Soepomo (hukum, 1927); (17) AB Andu (medis, 1928); (18) T Mansoer (medis, 1928); (19) RM Saleh Mangoendihardjo (medis, 1928); (20) MH Soeleiman (medis, 1929); (21) M. Antariksa (medis, 1930); (22) Sjoeib Proehoeman (medis, 1930); (23) Aminoedin Pohan (medis, 1931); (24) Seno Sastroamidjojo (medis, 1930); (25) Ida Loemongga Nasution (medis, 1931); (26) Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (sastra dan filsafat, 1933).

Jumlah doktor terbanyak berasal dari (pulau) Djawa, yang kedua dari Residentie Tapanoeli. Cetak tebal adalah doktor-doktor asal Afdeeling (kabupaten) Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli. Mereka yang masih hidup hingga pasca pengkuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1950-1954), yang dapat diidentifikasi adalah Dr. Sardjito, Ph.D adalah Presiden Universitas Gadjah Mada yang pertama, sejak 1949; Mr. Soepomo, Ph.D adalah Presiden Universitas Indonesia yang kedua, sejak 1951; Dr. Mohamad Sjaaf, Ph.D adalah dekan fakultas kedokteran Universitas Airlangga, sejak 1951; Mr. Poerbatjaraka, Ph.D adalah guru besar fakultas sastra Universitas Indonesia; Dr. T Mansoer, Ph.D adalah guru besa fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara, sejak 1952; Dr. M. Antariksa, Ph.D adalah guru besar fakultas kedokteran Universitas Airlangga, 1951; Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D adalah guru besar fakultas kedokteran Universitas Airlangga, sejak 1951; Dr. Aminoedin Pohan, Ph.D adalah guru besar fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Sejak 1950; Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D adalah guru besar filsafat di fakultas kedokteran Universitas Indonesia, sejak 1950. Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia, lahir di Padang Sidempoean, anak seorang guru lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean (1879-1892), berangkat studi keguruan ke Belanda tahun 1910, pengurus Indisch Vereeniging (1912-1913), salah satu pendiri Sumatranen Bond di Belanda (1917); Guru sekolah HIS di Kotanopan 1920-1923, satu-satunya pribumi bergelar doktor yang terpilih menjadi anggota dewan pusat, Volksraad (1934-1942); Menteri Pendidikan RI (yang kedua), 1945-1946; guru besar pertama Universitas Darurat RI di Djogjakarta 1946; Plt. Wali Kota Djakarta, 1949; guru besar fakultas kedokteran Universitas Indonesia; serta pendiri dan Presiden Universitas Kristen Indonesia yang pertama (sejak 1953); bersama Prof. Hidding menulis buku Ensiklopedia Indonesia pertama, tiga jilid total 1600 halaman (1954). Soetan Goenoeng Moelia adalah saudara sepupu Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Perdana Menteri RI kedua). Kakek mereka adalah murid pertama sekolah yang didirikan oleh Ludwig Ingwer Nommensen di Praoe Sorat, Sipirok. Soetan Goenoeng Moelia adalah besan dari Ir. Soerachman (Presiden Universitas Indonesia yang pertama). Satu lagi yang bergelar doktor yang pernah menjabat menteri adalah Mr. Soepomo, Ph.D (Presiden Universitas Indonesia yang kedua). Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D dan Mr. Soepomo, Ph.D adalah dua diantara Republiken yang menjadi anggota delegasi ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949.

Sebelum Widjojo Nitisastro berangkat studi doktoral (Ph.D) ke Amerika Serikat, di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia untuk kali pertama dilakukan promosi doktor. Pada tahun 1954, Drs. Njoo Hong Hwie dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia diberitakan menerima gelar Ph.D di bidang ekonomi (Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1954). Drs. Njoo Hong Hwie adalah mahasiswa Ph.D pertama di Fakultas Ekonomi. Para penguji dalam sidang desertasi tersebut adalah Drs. Koo Liong Bing, Ph.D dan Drs. Tan Goan Po, Ph.D. Drs. Njoo Hong Hwie berhasil mempertahankan desertasinya berjudul Solvabiliteit Perusahaan dengan promotor Prof. Drs. vd Velde, Ph.D (De nieuwsgier, 16-09-1954).

Drs. Njoo Hong Hwie sendiri memperoleh sarjana ekonomi (economische weten schappen) di Economische Hoogeschool Rotterdam pada tahun 1938 (Bataviaasch nieuwsblad, 18-03-1938). Sementara itu Drs. Tan Goan Po, meraih doktor (Ph.D) di Universiteit Rotterdam tahun 1942 (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 25-11-1942). Sedangkan Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo di universitas yang sama di Rotterdam tahun 1943 (lihat Algemeen Handelsblad, 13-03-1943). Sementara itu di tahun yang sama di Universiteit Utrecht Mr. Masdoelhak Nasution juga meraih gelar Ph.D (lihat Friesche courant, 27-03-1943). Satu lagi yang meraih gelar Ph.D tahun-tahun ini adalah Drs, Ong Eng Die lulus ujian doktoral tahun 1940 di Vrij Universiteit Amsterdam tahun 1940 (Nieuwsblad van het Noorden, 01-06-1940). Economische Hoogeschool te Rotterdam kini lebih dikenal sebagai Erasmus Universiteit.

Setelah Drs. Njoo Hong Hwie promosi tahun 1954 dan berhasil memperoleh gelar Ph.D, baru kemudian menyusul Mohamad Sadli dan Soebroto tahun 1957 (Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 04-11-1957). Disebutkan mahasiswa Ph.D [Mohamad] Sadli dan Soebroto untuk doktor di bidang ekonomi, hari ini, di aula pertemuan Universitas Indonesia di Djakarta, Mohamad Sadli dan Soebroto mempertahankan disertasi mereka untuk mendapatkan gelar doktor di bidang ekonomi. Mohamad Sadli mempertahankan desertasinya berjudul ‘Aspek Inter-regional Industrial Development’ dan Soebroto dengan desertasi berjudul ‘Ketentuan Perdagangan’.

Satu hal lagi, yang mungkin anda tidak percaya. Kampung (desa) Arifin Siregar, Ph.D bertetangga dengan kampung (desa) Anwar Nasution di Sipirok; Kampung Masdoelhak Nasution, Ph.D bertetangga dengan kampung Darmin Nasution, Ph.D di Mandailing. Arifin Siregar, Anwar Nasution dan Darmin Nasution sama-sama pernah menjabat sebagai gubernur di Bank Indonesia. Sedangkan Masdoelhak Nasution adalah penasehat hukum Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta di Djogjakarta. Pada saat serangan ke Djogjakarta (Agresi Militer Belanda II) pada tanggal 19 Desember 1948) yang pertama ditangkap militer Belanda adalah Masdoelhak Nasution. Lalu pada tanggal 21 Desember Masdoelhak Nasution ditembak mati di sebuah ladang jagung di Pakem. Atas peristiwa pembunuhan keji terhadap intelektual muda berbakat ini dewan keamanan PBB marah besar dan meminta Kerajaan Belanda melakukan penyelidikan segera. Pengadilan yang dibentuk memutuskan telah terjadi kesalahan (lihat De waarheid, 25-02-1949). Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D adalah saudara sepupu perempuan Indonesia pertama bergelar doktor, Ida Loemongga, Ph.D. Pada tahun 2006 Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Masih pada Agresi Militer Belanda II, ayah Arifin Siregar dan ayah Hariman Siregar adalah pejuang di Padang Sidempuan; Maskut Siregar (ayah Arifin Siregar) adalah wakil komandan perlawanan terhadap Belanda di Sipirok, Padang Sidempuan dan Kalisati Siregar, ayah Hariman Siregar (Ketua Dewan Mahasiswa UI) adalah Kepala Dinas Perdagangan yang bertindak sebagai kepala logistik perang di pengungsian di Padang Sidempuan. Last but not least: Ketika saya masih kanak-kanak, Anwar Nasution dan Darmin Nasution sudah lama merantau ke Djakarta, orang tua mereka kemudian hijrah ke Padang Sidempuan. Orang tua kami berada di dalam satu kelurahan yang sama. Namun demikian, seumur-umur saya belum pernah bertemu dengan dua senior ini meski kami bertiga pernah berada di fakultas yang sama: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Itulah Indonesia.

Vergeet de geschiedenis niet.

Baca juga:


*Oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar