*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Hanya satu motif Belanda sejak era VOC dan Pemerintah Hindia Belanda yakni keuntungan. Investasi besar bukan untuk biaya meningkatkan kesejahteran penduduk pribumi di tanah jajahan tetapi untuk meratakan jalan dalam meraih keuntungan. Biaya besar untuk membangun benteng-benteng besar, belanja senjata dan membayar serdadu untuk menghancurkan perlawanan penduduk dan berperang melawan pesaing (Poertugis, Inggris dan lainnya). Bagi penduduk yang patuh dikenakan retribusi dan pajak untuk baiya pengadministrasian wilayah dan membayar gaji pejabat dan pegawai.
Hanya satu motif Belanda sejak era VOC dan Pemerintah Hindia Belanda yakni keuntungan. Investasi besar bukan untuk biaya meningkatkan kesejahteran penduduk pribumi di tanah jajahan tetapi untuk meratakan jalan dalam meraih keuntungan. Biaya besar untuk membangun benteng-benteng besar, belanja senjata dan membayar serdadu untuk menghancurkan perlawanan penduduk dan berperang melawan pesaing (Poertugis, Inggris dan lainnya). Bagi penduduk yang patuh dikenakan retribusi dan pajak untuk baiya pengadministrasian wilayah dan membayar gaji pejabat dan pegawai.
Semua itu dimaksudkan untuk memfasilitasi para investor
swasta dan investor pemerintah dalam berusaha di bidang perdagangan, pertanian,
industri dan perusahan=persuahan jasa. Keuntungan perusahaan menjadi keuntungan
bagi pemerintah dan kerajaan Belanda dalam bentuk-bentuk pajak perusahaan.
Hanya perusahaan yang menguntungkan yang didukung oleh pemerintah. Dalam hal
ini, hanya sebagian kecil keuntungan pemerintah tersebut yang dialokasikan
untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan sosial (kesehatan dan
pendidikan penduduk). Penduduk menyumbang tenaga yang seharusnya dihitung
sebagai biaya untuk membangun infrastruktur jalan dan jembatan.
Untuk mencapai misi tersebut secara maksimal,
VOC dan Pemerintah Hindia Belanda (melalui Menteri Koloni) berusaha menyatukan
semua tanah jajahan dalam satu administrasi tanah jajahan. Gubernur Jenderal
VOC/Belanda di Batavia dapat mengirim militer ke Malabar, Ceylon atau Afrika
Selatan. Demikian juga Pemerintah Hindia Belanda dapat mendorong pengusaha yang
patuh dan penduduk yang tunduk untuk mengumpulkan sumbangan untuk membantu
kesulitan orang Belanda di India atau di Afrika Selatan. Pemerintah hanya
menghitung keuntungan dari investasi para insvestor utama di Belanda (termasuk
invesasi keluarga kerajaan).
Persatuan yang muncul diantara penduduk pribumi adalah
lawan dari pemerintah untuk mencapai keuntungan. Terbentuknya persatuan harus
dihalangi dan bila perlu dikenakan pasal yang dianggap melawan pemerintah.
Pembentukan persatuan penduduk pribumi di tanah jajahan, seperti Hindia Belanda
adalah dianggap gejala penyakit yang dapat menggerogoti tubuh pemerintah.
Sebelum persatuan menjadi penyakit yang mematikan pemerintah melakukan tindakan
preventeif dan kuratif.. Oleh karena itu persatuan penduduk adalah kegiatan
kontra-pemerintah, karena itu harus diminimalkan.
Hanya satu yang mampu mengatasi kekuatan
investasi Belanda yakni pendudukan Jepang. Ada perbedaan besar antara kebijakan
Belanda dan Jepang di Indonesia. Seperti disebutkan, Belanda ingin mengeruk
keuntungan melalui pembentukan pemerintahan, sedangkan Jepang bukan motif
keuntungan tetapi membangun partner untuk menyokong pembangunan kekuasaan yang
lebih besar melawan sekutu-sekutu Belanda. Karena itu Jepang tidak menghalangi
munculnya persatuan di Indonesia dan bahkan ikut mendukungnya. Yang diinginkan
Jepang, persatuan Indonesia dapat memperkuat posisinya di dunia internasional. Kebutuhan
utama Jepang hanya menjaga ladang-ladang dan kilang-kilang minyak agar tetap
beroperasi untuk mendukung pergerakannya dalam melawan musuh-musuhnya.
Hukum alamiah ‘rantai makanan’ dipraktekkan. Siapa yang
lebih buas dia yang dapat memangsa yang lebih lemah. Pemerintah Kerajaan Belanda
memakan (penduduk) Indonesia. Lalu Kerajaan Jepang memakan Kerajaan Belanda.
Ternyata masih ada yang lebih buas Sekutu (sebagai induk Kerajaan Inggris dan
Kerajaan Belanda) memakan Kerjaan Jepang. Pihak Sekutu lalu mendistribusikan
makanan kepada anak-anaknya: Inggris dan Belanda. Amerika Serikat yang menjadi
anggota Sekutu, tidak mendapat bagian dalam distribusi makanan berupa tanah
jajahan dan hanya mendapat uang preman terhadap musuh bebuyutannya, yakni
Jepang (konvensasi serangan Jepang terhadap Pearl Harbour di Hawaii.
Ketika tanah jajahan (dalam hal ini
Indonesia) dikembalikan kepada Pemerintah Kerajaan Belanda (pasca Perang Dunia
II), langkah pertama yang dilakukan Belanda/NICA adalah memecah persatuan yang telah
mengkristal di Indonesia pada era pendudukan Jepang, suatu supra persatuan yang
kemudian diproklamirkan sebagai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pemecahan persatuan dimulai dengan menguasai kembali
kota-kota utama (sebagai wujud baru kolonialisasi). Kota-kota utama antara lain
Batavia, Semarang, Sorabaja, Medan, Bandoeng, Palembang, Padang, Pekanbaru,
Banjarmasin, Balikpapan dan Makassar. Tentu saja muncul perlawanan dari
Pemerintah RI sebagai wujud lambang persatuan di Indonesia. Langkah kedua
dilakukan Belanda/NICA adalah melakukan tindakan yang lebih agresif dengan
melancarkan dua kali agresi militer. Pada fase inilah memecah peratuan
Indonesia Belanda/NICA dengan membentuk negara-negara boneka.
Pemerintah Kerajaan Belanda tidak membutuhkan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Pemerintah Kerajaan Belanda hanya membutuhkan wilayah-wilayah
yang dapat menciptakan keuntungan besar. Praktek tanah jajahan dimulai lagi.
Praktek tanah jajahan itu dijalankan dengan membentuk negara-negara boneka yang
memisahkan bagian Belanda dengan bagian RI. Negara-negara boneka yang dibentuk
dan menjadi bagian Belanda adalah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan,
Negara Pasundan, Negaras Jawa Timur plus negara penghubung setelah semuanya
lebih dahulu terbentuk Nagara Indonesia Timur yang berpusat di Makassar.
Di semua negara bomeka itu terbentuk karena hanya satu parameternya,
yakni wilayah yang telah menguntungkan sejak era kolonial (sebelum pendudukan
Jepang). Di wilayah-wilayah tersebut industri pertanian dan industri manufaktur
sudah terbentuk. Suatu wilayah-wilayah yang harus dikuasai yang dapat
menjanjikan keuntungan yang besar berapapun besarnya biaya yang harus
dikeluarkan jika pun terjadi perang antara Belanda dan Indonesia.
Namun
yang tetap menjadi pertanyaan dalam terbentuknya negara-negara boneka adalah
mengapa ada orang Indonesia yang berpartisipasi aktif dalam membentuk
negara-negara boneka tersebut, ketika para pejuang-pejuang Indonesia (yang
dipimpin TNI) masih berperang melawan serdadu-serdadu Belanda di berbagai
tempat. Jawabnya adalah diantara penduduk dan pemimpin Indonesia banyak yang
tidak menginginkan persatuan. Hanya ingin mementingkan diri sendiri dengan
mengorbankan persatuan Indonesia. Mereka ini dapat dianggap sebagai penghianat
NKRI. Siapa mereka itu sangat mudah diidentifikasi pada masa kini. Untuk menghindari
munculnya penghianatan bangsa kembali TNI selalu berada di depan. Karena itulah
muncul slogan NKRI: Hidup atau Mati! Mengapa? Karena dalam rantai makanan para
pemangsa selalu bersiap memakan pada saat Indonesia melemah. Peratuan dan
kesatuan adalah musuh terbesar negara-negara pemangsa.
Tunggu
deskripsi lengkanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar