*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Pasar Rebo dan Land Tandjong Oost tidak bisa dipisahkan. Dua situs ini adalah situs kuno yang masih eksis hingga hari ini. Keberadaan dua situs ini haruslah dihubungkan dengan awal kolonialisasi Belanda di hulu sungai Tjiliwong. Dua situs ini saling melengkapi. Oleh karenanya untuk memahami dua situs ini tidak bisa dilakukan parsial, harus dipahami secara bersamaan.
Sejarah Pasar Rebo dan Land Tandjong Oost tidak bisa dipisahkan. Dua situs ini adalah situs kuno yang masih eksis hingga hari ini. Keberadaan dua situs ini haruslah dihubungkan dengan awal kolonialisasi Belanda di hulu sungai Tjiliwong. Dua situs ini saling melengkapi. Oleh karenanya untuk memahami dua situs ini tidak bisa dilakukan parsial, harus dipahami secara bersamaan.
Landhuis di land Tandjoeng Oost, 1930 (Peta 1901) |
Sejarah Pasar Rebo tidak berdiri sendiri. Ada tiga pasar sekunder di selatan Batavia, yakni
Pasar Rebo di jalur perdagangan bagian
timur (Oosternweg), Pasar Jumat di bagian barat (Westernweg) dan Pasar
Minggoe di bagian tengah (Middenweg). Tiga pasar ini terhubung dengan dua pasar
utama di pusat kota yakni Pasar Senen di Weltevreden dan Pasar Sabtu di Tanah Abang.
Dua pasar penting di sayap adalah Pasar Kamis di Bekasi yang terhubung dengan
Pasar Senen dan Pasar Selasa di Tangerang yang terhubung dengan Pasar Sabtu di
Tanah Abang. Tujuh pasar ini adalah pilar-pilar utama yang menopang konfigurasi
jaringan perdagangan di Batavia tempo doeloe.
Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Landhuis Tandjoeng Oost di Oosternweg
Pasar Tandjong Oost didirikan pada tahun 1762. Itu dicatat di dalam buku Aardrijkskundig en statistisch
woordenboek van Nederlandsch Indie yang terbit tahun 1869. Disebutkan ‘De
marktplaats te Tandjong Oost werd reeds den 2 Julij 1762 opgerigt’. Pada tahun
1762, pasar Tandjong Oost dapat dikatakan sebuah pasar yang baru. Pasar ini
adalah pasar swasta, pasar yang didirikan oleh pemilik tanah partikelir (land)
Tandjong Oost. Pasar ini dibuka setiap hari Woensdag dan kelak pasar ini
disebut Pasar Rebo.
Lukisan asli Cornelis Chastelein di Serengseng (le Bruyn, 1706) |
Sebelum Cornelis
Chastelein membuka lahan di Srengseng, di sisi barat sungai Tjiliwong sudah
lebih dahulu dibuka dua lahan paling subur yakni di land di Tjinere dan
Tjitajam oleh sersan St Martin. Sementara dua land terjauh dari Batavia di sisi
timur sungai Tjiliwong adalah land Tjililitan dan di sisi barat sungai
Tjiliwong di land Matraman. Akses St Martin ke Tjinere dan Tjitajam melalui
jalan darat dari barat melalui Tanah Abang dan Kebajoran. Cornelis Chastelein
mengakses land Serengseng melalui timur via Meester Cornelis ke land
Tjililitan. Dari land Tjililitan melalui sungai ke Srengseng dan Depok.
Menjelang kematian, Cornelis Chastelein menjual land Srengseng dan mewariskan
land Depok kepada para pekerjanya pada tahun 1714.
Pada tahun 1734
anak almarhum Cornelis Chastelein yakni Anthonij Chastelein, yang diduga lahir
di land Anthonij Paviljon menjual land Paviljon (lokasinya landhuis kini di
jalan Pejambon). Pembelinya adalah Justinus Vinck dan mulai membangun landhuis di
sisi timur landhuis lama yakni di sekitar RSPAD yang sekarang. Pada masa inilah
Justinus Vinck mendirikan pasar yang disebut Pasar Vinck yang dibuka setiap hari
Senin. Land Paviljon atau land Vinck dibeli oleh Jacob Mossel, Gubernur
Jenderal VOC (1750-1761) dan membangun villa mewah tetap berada di landhuis
Vinck. Kawasan hunian Mossel ini kemudian lebih dikenal sebagai Weltevreden.
Gubernur Jenderal yang baru Petrus Albertus van der Parra (1761-1775) membeli
Weltevreden dari Jacob Mossel dan kemudian van der Parra memperkaya Weltevreden
menjadi hunian paling spektakuler.
Kapan land Tandjong Oost dibuka tidak diketahui secara pasti. Informasi
yang ada adalah pasar Tandjong Oost didirikan pada tahun 1762. Itu berarti
keberadaan land Tandjong Oost jauh sebelum ini. Seperti disebutkan land
Tjililitan sudah ada di era Cornelis Chastelein (awal 1700). Setelah itu
pembukaan land baru makin lama makin jauh ke hulu sungai Tjiliwong. Pada saat Gustaaf
Willem baron van Imhoff menjadi Gubernur Jenderal (1743-1750) membangun villa
di hulu sungai Tjiliwong tahun 1745 tepat berada di dekat benteng (fort)
Padjadjaran (kini area Istana Bogor). Untuk mendukung keberadaan villa,
pengembangan pertanian Imhoff mulai meningkatkan jalan dan meningkatkan bendungan
Katoelampa serta membuat kanal lebih jauh ke hilir di sisi jalan
Batavia-Buitenzorg. Saat inilah terbentuk land-land baru. Itu semua bermula
dari adanya jalan dan kanal. Lahan yang kurang subur menjadi lahan subur yang
baru. Sisi timur sungai Tjiliwong mulai bersaing dengan sisi barat sungai
Tjiliwong. Pada dekade inilah diduga kuat land Tandjong Oost terbentuk.
Gubernur Jenderal Petrus
Albertus van der Parra setelah memiliki land Weltevreden juga membuka (membeli)
land baru di utara land Tjinere dan di barat land Ragoenan. Land ini dinamakan
land Simplicitas. Petrus Albertus van der Parra juga membuka (membeli) land
baru di Tjimanggies. Land Tandjong (Oost) berada diantara land lama di Tjililitan
dan land baru di Tjimanggis.
Land Tandjong Oost diduga kuat lebih dahulu terbentuk jika dibandingkan
dengan land Tandjong West (dua land ini hanya dipisahkan oleh sungai
Tjiliwong). Dikatakan begitu karena land Tandjong West adalah lahan kering
(seperti halnya Srengseng). Pemilik land Tandjoeng West pada tahun 1754 adalah Jan
Andries Duurkoop tahun 1754. Saat itu Duurkoop memiliki sebanyak 400 budak. Jan
Andries Duurkoop bukan pemilik pertama. Jan Andries Duurkoop di land Tandjong
West mengusahakan peternakan (ranch). Jumlah sapi yang diusahakan sebanyak 4.000 ekor untuk produksi susu.
Ranch di land Tandjoeng Oost (1772) |
Siapa pemilik pertama land Tandjoeng Oost tidak diketahui
secara jelas. Siapa pemilik berikutnya juga tidak diketahui. Kepemilikan land
cenderung bersifat jangka pendek (semasa hidup). Hal ini karena pemilik
meninggal atau kembali ke Eropa/Belanda. Namun ada beberapa land yang kepemilikannya
bertahan lama karena diteruskan oleh ahli warisnya apakah istri atau anak-anaknya
dan bahkan cucunya.
Land Tandjoeng Oost kemudian
diketahui telah diakuisisi oleh Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (1775-1777).
Seperti pendahulunya van der Parra, Riemsdijk juga memiliki beberapa land. Selain
land Tandjong Oost, Riemsdijk juga pemilik land Antjol. Land Tandjong Oost
kemudian diteruskan oleh anaknya, Daniel Cornelis van Riemsdijk.
Keluarga Ament di Land Tandjoeng Oost
Pemerintah Hindia Belanda
menggantikan VOC pada awal tahun 1800an. Pemerintah di bawah Gubernur Jenderal
Daendles (1808-1811) mulai mengkonsolidasi lahan-lahan antara Batavia dan
Buitenzorg dengan membuat program pengembangan pertanian dengan cara irigasi
baik di sisi timur maupun sisi barat sungai Tjiliwong.
Kanal yang sudah dibuat sejak era VOC di sisi timur
sungai Tjiliwong ditingkatkan agar mampu mengairi pencetakan sawah baru dan
agar lebih terpenuhi kebutuhan air bagi perkebunan-perkebunan. Sungai Tjikeas,
sungai Tjipinang dan sungai Soenter dibendung di arah hulunya lalu dialirkan ke
kanal ke arah Tjimanggis dan Tandjoeng Oost agar lebih optimal dengan debit air
yang tinggi.
Pada tahun 1811 kekuasaan Belanda
diambil alih oleh Inggris. Selama pendudukan Inggris program Daendels tidak
sepenuhnya diteruskan. Inggris tidak banyak berbuat karena hanya singkat dan
pemerintahan masih tahap konsolidasi. Kekuasaan kembali diambilalih Belanda
pada bulan Agustus 1816.
Pada penghujung era pendudukan Inggris, pemilik land
Tandjoeng West adalah Nicolaas Janssen. Ini terlihat dalam deklarasi yang
dimuat pada surat kabar Java government gazette, 25-05-1816. Disebutkan Janssen
memiliki lima land yang terpisah, salah satu adalah land Tandjoeng. Empat land lainnya
yang ukurannya lebih kecil adalah land Srengseng dan land Tanah Baroe plus dua
land yang terdapat di sekitar Kalibata (Tanah Agoeng). Keterangan land Tandjong
adalah sebagai berikut. Dua bidang lahan yang terpisah disatukan dan dibuat
menjadi satu, yang disebut Tandjong, West en Dregterland (baca: Tandjoeng Oost
dan Tandjoeng West lahan kering). Lahan ini memilik rumah besar yang terbuat
dari batu, budak, bangunan pekerja, dua istal besar (kuda), bangunan kusir,
bangunan tempat kereta, dua bangunan para mandor, lumbung besar (padi),
gilingan padi, tiga kandang sapi, sebuah pasar dan bangunan untuk kongsi Cina,
bangunan permainan yang berada di barat ke selatan yang berbatasan dengan sungai besar
(Tjiliwong) di barat; sementara bidang lahan lainnya di tiga persil lahan
hingga ke timur di sisi sungai besar (Tjiliwong) yang berbatasan di barat dan selatan
Kalibata dan utara dengan lahan orang lain. Land Tandjoeng West tampaknya telah
diakuisi Janssen dari ahli waris Jan Andries Duurkoop yakni istrinya Johanna
Adriana Christina. Lahan ini sempat diusahakan anak mereka sebelum diakusisi
oleh Janssen. Pada surat kabar yang sama (Java government gazette, 25-05-1816),
Nicolaad Janssen akan menjual land Tandjoeng West, lahan kering Srengseng, land
Tana Baroe plus dua persil lahan lainnya yang berada di selatan Batavia dan di
sebelah barat Goote Rivier (sungai besar Tjiliwong). Lalu siapa yang membeli
land Tandjong Oost yang dijual Nicolaas Janssen tidak diketahui.
Pada tahun 1821, Ament produsen gula
di Cheribon membeli land Tandjong Oost senilai f150.000 dari Daniel Cornelis
van Riemsdijk. Tidak diketahui mengapa land Tandjoeng Oost dijual keluarga van
Riemsdijk? Besar dugaan karena untuk memudahkan pembagian warisan. Kebetulan
pembelinya berasal dari keluarga yang terbilang harmonis. Setelah Ament
pensiun, land ini kemudian diteruskan oleh anaknya, Ament Jr.
land Tandjoeng Oost dan ladn Tjiboeboer pada masa kini |
Selama di Eropa, salah satu anak dari landheer Ament Jr
yakni ECC Ament mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Pada tahun 1873 EEC
Ament menyelesaikan studi bisnis di Antwerp. Usian ECC Ament saat itu 27 tahun
dan kemudian dilanjutkan studi bisnis selama satu tahun di London.
Setelah beberapa lama keluarga Ament
Jr kembali ke Hindia Belanda. Sementara ayahnya kembali mengusahakan land
Tandjong Oost dan land Tjiboeboer, ECC Ament memulai karir di Tjiloear. Setelah
Ament Jr pensiun kemudian menetap di Batavia, ECC Ament pada tahuh 1878
diserahkan untuk mengurus sebagai Administrateur di land Tjiboeboer, sedang
kakaknya Tjalling Ament diangkat sebagai Administrateur land Tandjong Oost.
Pemilik land Tjilodong dan land
Tjibinong West, pemilik land Tapos dan pemilik land Kranggan adalah keluarga
Kijdsmeir (tuan tanah terkenal pemilik land Tjiampea). Salah satu putra
Kijdsmeir menikah dengan salah satu putri dari Ament, pemilik land Tandjong
Oost (dan land Tjiboeboer). Oleh karena itu keluarga Ament dan keluarga Kijdsmeir berkerabat dekat. Perahu di
Tandjoeng Oost, 1890
Tjalling Ament yang
mengusahakan gula di Tandjong Oost ternyata kurang berhasil dan memilih pindah
ke Chirebon (pulang kampong). Sejak kepergian Tjalling, pada tahun 1883 Land
Tandjong Oost dan land Tjiboeboer berada di bawah kepengurusan ECC Ament. Saat
inilah land Tandjong Oost dibangun irigasi dengan memanfaatkan kanal.
ECC Ament (1928) |
Land Tandjoeng Oost adalah land yang
sangat baik dengan sistem irigasi yang sangat memadai. Keluarga Ament telah
memiliki land Tandjoeng Oost lebih dari saru abad sejak Ament Sr hingga
generasi keempat Daniel Cornelis Ament. Land Tandjoeng Oost yang satu manajemen
dengan land Tjiboeboer, juga memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik land
lainnya di sisi timur sungai Tjiliwong seperti land Tjilodong dan land
Tjibinong West, land Tapos dan land Kranggan.
Makam Ament Sr di land Tandjoeng Oos (1930) |
Pasar Tandjoeng Oost Pasar Rebo: Salak Tjondet
Kapan nama pasar Tandjoeng Oost yang
buka pada setiap hari Woensdag disebut Pasar Rebo? Sejak kapan persisnya tentu
sulit diketahui. Di dalam berita surat kabar nama Pasar Rebo muncul kali
pertama, paling tidak pada tahun 1899 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-04-1899).
Sudah barang tentu sebutan Pasar Rebo jauh sebelum berita itu. Nama hari pasar
menjadi nama pasar diduga mengkristal dari kemudahan publik secara tepat untuk
mengidentifikasi pasar. Hal seperti ini sebelumnya telah terjadi di pasar yang
lainnya.
Pasar Rebo (Peta 1901) |
Pada Peta 1901 nama Tandjoeng Oost
sudah secara eksplisit diidentifikasi sebagai Pasar Rebo. Pasar ini berada di
sisi barat jalan poros Batavia-Buitenzorg. Dari pasar ini jalan menuju landhuis
Tandjoeng Oost. Di luar area pasar terlihat persawahan dan perkebunan. Antara pasar
dan jalan raya diidentifikasi sebagai kanal irigasi (yang sumber utamanya dari
bendungan Katoelampa). Pada sisi selatan jalan menuju landhuis terlihat sebuah
bangunan permanen. Bangunan ini diduga sebagai tempat tinggal penjaga. Juga
terlihat sebuah jalan di luar area pasar yang diduga jalan alternatif (dari
arah Batavia) khusus ke landhuis.
Jalan pada masa kini di Pasar Rebo (Peta 1901) |
Land Tandjoeng Oost adalah land yang
sudah terbentuk sejak lama. Lantas apa yang menjadi keutamaanya ketika land
Tandjoeng Oost dibentuk. Land Tandjong West di tetangga terdekatnya terkenal sebagai
land pertenakan (ranch), bahkan disebut Frisia di Timur (sebagaimana dilukiskan
oleh Josh Rach pada tahun 1772). Satu yang penting bahwa land Tandjoeng Oost
adalah land pertanian penting di sisi timur sungai Tjiliwong karena sudah
terbentuk irigasi sejak lampau, bahka sejak era Gubernur Jenderal van Imhoff (1743-1750).
Sungai Soenter dibendung di arah hulu dan airnya dialirkan melalui kanal ke
Tjimanggis dan Tandjoeng Oost.
Land Tandjoeng West memiliki persoalan sendiri. Produktivtas
lahan dengan hanya mengandalkan usaha peternakan tidak akan maksimal. Pada tahu
1830 ada upaya dari pemilik land Tandjong West untuk mengembangkan lahannya
yang luas menjadi lebih produktif (tidak hanya peternakan). Upaya tersebut
adalah membangun irigasi. Caranya dengan membendung sitoe Babakan dan
mengalirkan airnya melalui kanal ke land Tandjoeng West. Kanal ini melalui di
bawah stasion Lenteng Agoeng yang sekarang. Kanal ini tidak hanya menguntungkan
land Tandjoeng West tetapi juga menghidupkan kembali land marjinal Srengseng
yang kering menjadi lahan yang subur dengan berpengairan baik (dari kanal sitoe
Babakan yang sebagian dialihkan ke Srengseng di depan IISIP yang sekarang).
Sejak adanya kanal irigasi ini, land Tandjoeng West berkembang pesat. Pasar
land Tangjoeng West yang doeloe sangat kecil sudah mampu mengimbangi kinerja
Pasar Rebo.
Land Tandjoeng Oost berdekatan Makassar (Peta 1901) |
Land Tandjoeng Oost yang memiliki
irigasi yang baik menjadi salah satu land yang terbaik. Hasilnya dapat diduga.
Pemilik land Tandjoeng Oost (keluarga Ament) menjadi sangat makmur di selatan
Batavia. Land Tandjoeng Oost tidak hanya menghasilkan beras yang banyak
(surplus), juga penghasil komodiri yang lainnya, seperti kelapa. Seperti halnya
di land Simplicitas, di land Tandjoeng Oost juga ditemukan perkebunan kulit
manis. Satu hal yang dimiliki oleh land Tandjoeng Ooost tetapi tidak dimiliki
oleh land lainnya adalah perkebunan salak.
Landhuis Tandjoeng Oost, 1930 |
Landhuis Tandjoeng Oost, Riwayatmu Kini
Suatu penanda navigasi terpenting
pada masa lampau pada suatu kawasan tanah partikelir (land) adalah keberadaan
landhuis (rumah pemilik land). Saat itu wilayah administratif terkecil adalah
land dimana di dalamnya terdapat kampng-kampong. Landhuis dapat dikatakan
sebagai hoofdplaat (ibukota) di sudah wilayah sekitar. Land partikelir adalam
lahan otonom yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan landheer (pemilik
lahan). Land boleh dikatakan negara di dalam negara. Pemerintah tidak pernah
mengintervensinya. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di suatu land harus
tunduk pada kebijakan landheer. Para penduduk yang menggarap lahan atau menyewa
lahan memberikan nilai sewa kepada landheer. Kemakmuran suatu land tercermin
dari kondisi landhuis.
Landhuis Tandjoeng Oost dan Pasar Rebo (Peta 1901) |
Lokasi landhuis ini berada di sebelah barat pasar yang berada di jalan poros (Batavia-Buitenzorg) yang dihubungkan oleh jalan yang baik (kini jalan TB Simatupang). Jalan ini dibuka diduga sehubungan dengan pendirian pasar pada tahun 1754. Sedangkan jalan utama menuju landhuis sendiri justru dari arah utara tegak lurus dari land Tjililitan (kini jalan Condet Raya). Dua jalan lainnya merupakan jalan ekoniomi di dalam land (yang ke timur kini jalan Tengah dan yang ke barat ke jalan utama land (jalan Condet Raya) adalah jalan Masjid yang sekarang. Sedangkan jalan yang ke selatan juga adalah jalan ekonomi di dalam land menuju kampong Tjidjantoeng (kini jalan Kesehatan).
Jalan menuju area landhuis di land Tandjoeng Oost, 1930 |
Denah landhuis Tandjoeng Oost (Peta 1901) |
Bangunan bagian belakang landhuis Tandjoeng Oost, 1930 |
Penampakan landhuis dapat
diperhatikan pada foto yang dibuat pada tahun 1930. Bangunan atau gedung tengah
dan dua bangunan sayap terkesan sangat bagus dan mewah. Ketiga bangunan ini dan
juga bangunan bagian belakang semuanya berlantai dua. Jalan yang tampak berada
di depan bangunan utama adalah jalan penghubung ke arah pasar (Pasar Rebo). Jalan
ini kini dikenal sebagai jalan TB Simatupang. Sedangkan jalan ini yang memotong
jalan utama dari landhuis ke arah land Tjililitan yang membentuk persimpangan
kini lebih dikenal sebagai persimpangan lampu merah antara jalan Condet Raya
dan jalan TB Simatupang.
Pada masa kini bangunan landhuis ini masih eksis, namun
tidak terawat karena hanya tinggal puing bekas kebakaran yang pernah terjadi
pada tahun 1985. Sebelum terbakar bangunan eks landhuis ini digunakan sebagai
asrama polisi. Tidak jauh di arah utara asrama polisi ini dibangun lapangan
militer (RINDAM JAYA). Pada awal era pengakuan Indonesia dan era pemerintahan RIS
area wilayan Pasar Rebo (land Tandjoeng Oost) menjadi pusat militer (markas TNI
di selatan Djakarta di sisi timur sungai Tjiliwong).
Demikianlah sejarah panjang Pasar
Rebo secara singkat. Pasar Rebo di land Tandjoeng Oost adalah cikal bakal
penamaan wilayah di era RI menjadi nama kecamatan (Kecamatan Pasar Rebo).
Bicara tentang landhuis Tandjoeng Oost,sebelum terbakar di tahun 1985 saya masih ingat sering ada kegiatan peringatan kemerdekaan tujuhbelas agustusan seperti lomba lomba warga kelurahan Gedong di tempat itu (saya warga kelurahan Gedong) dan di lantai dua gedung tua itu Ibu saya almarhum pernah ikut kegiatan belajar menjahit yang diselanggarakan oleh warga kelurahan Gedong.
BalasHapusDisebut diatas ada jalan yang dibangun menuju kampoeng tjidjantoeng sekarang menjadi jalan kesehatan bagaimana rutenya itu? apakah masuk ke arah mall cijantung sekarang terus ke selatan melewati markas kopassus terus hingga ke kawasan sekitar setu pedongkelan sekarang? kalau iya berarti jembatan dekat kolam renang kopassus sekarang dibuat jaman itu? (kalau lihat dari konstruksidan pengerjaannya itu bisa diduga buatan Belanda) bagaimana sejarah kemunculan intaslasi militer seperti Rindam, Kopassus, Denzipur terus ke selatan hingga Mako Brimob. Teman saya yang ayahnya dulunya RPKAD sekarang disebut kopassus wilayang asramanya dulu adalah bekas perkebunan karet, sehingga pernah ada sebutan "cijantung karet" itu berarti Land Tanjoeng Oost juga di beberapa wilayahnya pernah ada perkebunan karet? terima kasih.
Saya jadi penasaran dengan bagaimana kondisi daerah Kampong Tengah, Balekambang, Batu Ampar, dan Makassar kala dikuasai partikelir Belanda.
BalasHapusSejarah yang saya tau hanya adanya keberadaan datuk asal Makassar beserta budak atau tentaranya yang menetap di Kampong Makassar, dan sang datuk membangun rumah (bale) didekat sungai Tjiliwoeng, dengan jalan setapak yang dibangun dengan batu yang terhampar.
Namun, dari hal-hal itu, saya tidak menemukan alasan disebut Kampong Tengah, dan juga apa perkebunan yang ada di Tjondet selain salak.
Saya orang Condet, tepatnya Kp. Tengah, dan orang tua dan tetangga saya yang sudah berumur tidak ingat adanya pohon salak di daerah saya.
Ditambah lagi, saya pernah mendengar cerita tentang adanya peternakan Belanda yang menjadi asal usul Jl. Peternakan didepan Polsek Ciracas, dan kawasan Hek yang katanya namanya berarti "pagar". Jika ada waktu, saya ingin mendengar detail mengenai dua hal ini. Terima kasih, pak
Sdr/Pak Adi, pada waktunya nanti akan saya upload sejarah Makassar. Sejarah Makassar juga terbilang tua di Batavia (seperti halnya sejarah Makassar di Poelo Gadoeng dan di Tangerang). Saya sekarang masih di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa. Sejarah Makassar akan menambha pemahaman tentang sejarah Pasar Rebo dan Pondok Gede. Artikel Tjililitan juga belum sempat diupload. Pada suatu waktu semua wilayah akan tercakup dalam serial Sejarah Jakarta ini. Seperti biasanya, saya hanya menulis berdasarkan data dan keterangan yang ada buktinya (seperti peta, surat kabar sejaman, majalah dan buku-buku berbahasa Belanda dan bahasa Inggris, lukisan dan sebagainya).
BalasHapusTerimakasih
Baik, pak terima kasih juga atas usaha bapak menulis semua blog ini.
HapusSaya juga ingin tahu mengenai peta-peta belanda tahun 1900an yang bapak gunakan. Bapak pernah memberitahu di subblog lain kalau bapak dapat semua peta dari website perpustakaan universitas Leiden, tetapi saat saya buka, saya tidak mendapat akses.
Kalau boleh pak, saya ingin meminta foto peta jakarta timur, selatan, dan depok untuk koleksi pribadi, pak.
Bapak bisa kirimkan ke email saya di adi.abdillah@ui.ac.id
Terima kasih lagi, pak
Sdr Adi, peta-peta tersebut dapat diakses oleh umum secara langsung. Segera akan saya kirimkan peta-peta tersebut via email.
HapusNB.Sdr Adi, kita dapat bertemu kapan saja. Saya sering mampir untuk ngopi di kantin/cafe Dermaga FMIPA, biasanya habis mengajar sekitar pukul 14
Bagus sekali artikelnya pak, kesini karena ada tugas kuliah tentang pembuatan ecomuseum disekitaran rumah. Namun terlepas dari itu saya juga bisa belajar mengenai asal muasal tempat lahir dan besar saya, terima kasih pak....
BalasHapusSejarah kampung gedongnya juga dong pa
BalasHapusTERIMA KASIH BANYAK!!!
BalasHapusNunggu kisah pabrik susu di seputaran Pasar Rebo... susu bendera, indomilk, khongguan... dll...
Misteri kemungkinan adanya kerajaan/semacam pemerintahan lokal di daerah condet, (mungkin di era yg lebih tua dari era Tandjoeng Oost)...
dengan adanya nama seperti Bale Kambang, Jalan Pangeran, jalan Dermaga, jalan Batu Alam/Jaya... dll...
mohon di jabarkan juga pak, kisah Tuan Tanah Cibubur, Pangeran Achmad Bolonson, yang mempunyai sebagian tanah Tanjung West (perbatasan depok - bogor - bekasi - cibubur cileungsi) dan tertera di akta surat tanah Eigendom Verfounding 5658, dimana pada tahun 1975 Tanjung Oost mewakili sebagai penggarap sebagian tanah tersebut namun di zaman sekarang banyak yang mengaku ngaku tanah tanjung west-pangeran achmad bolonson tersebut di punyai oleh tanjung oost.. Slm..
BalasHapus