*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini
Apakah
pernah ada aksara di Halmahera pada masa lampau? Pertanyaan ini boleh jadi masa
kini dianggap tidak penting-penting amat, tetapi dalam artikel ini justru menganggapnya
disitulah keutamaan artikel dengan mempertanyakannya. Sebab pulau Halmahera
adalah pulau besar, terbesar di kepulauan Maluku, pulau Halmahera juga
terbilang banyak penduduknya. Kekayaan alam mereka mengundang orang asing
datang. Era Portugis (sejak 1511) dan era Belanda (sejak 1606) adalah bagian
terakhir peradaban di Maluku umumnya dan Halmahera khususnya. Lantas apakah
tidak ada peradaban tinggi yang sudah eksis sebelumnya seperti aksara? Sangat naif, jika kita menyepelekan pertanyaan
tersebut, sebenarnya kita tahu apa-apa tentang sejarah zaman kuno Halmahera.
Sejarah aksara di nusantara (baca: Hindia
Timur; Indonesia) adalah sejarah yang panjang, sejak era Hindoe-Boedha. Satu
pertanyaan kecil logis untuk membuktikan adanya aksara di zaman kuno (paling
tidak sejak era Hindoe Boedha) adalah tak mungkin bisa membangun candi
Borobudur (abad ke-8) tanpa ada aksara yang digunakan. Hal itulah mengapa kita
berasumsi adanya aksara Pallawa (yang kemudian berkembang menjadi aksara Kawi)
yang kini dikenal sebagai aksara Jawa. Penggunaan aksara juga eksis di Sumatra
mulai dari Lampung. Keinci, Batak hingga Gayo, di Sulawesi (Bone dan Minahasa),
Nusa Tenggara dan Mangindanao (Filipina) serta di Borneo (Kalimantan). Kecuali
aksara di Kalimantan, bentuk aksara secara seperti terkesan berakar dari aksara
Pallawa. Aksara Pallawa merujuk pada (kebudayaan) India. Aksara Borneo
tampaknya memiliki kaitan dengan (kebudayaan) Tiongkok. Aksara yang kita
gunakan sekarang (seperti yang digunakan dalam artikel ini) adalah aksara Latin
(Eropa). Antara aksara yang berbasis pada aksara Pallawa dan aksara Latin eksis
aksara Arab.
Lantas
apakah pernah ada aksara di Halmahera pada masa lampau? Seperti disebut di atas
di Mangindanao, Minahasa, Bone dan Timor penggunaan aksara eksis. Lalu
bagaimana dengan di Halmahera? Kita tidak sedang memahami penyebaran flora dan
fauna (garis Wllace dan garis Weber) tetapi soal penyebaran (bahasa atau) aksara.
Okelah. Apapun hasilnya, penyelidikan terhadap ada tidaknya aksara zaman kuno
di Halmahera haruslah dimulai. Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.