*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Melayunisasi, dalam hal ini kita hanya berbicara tentang
bahasa Melayu. Suatu proses bahasa menjadi bahasa Melayu yang menjadi lingua
franca baru di Nusantara (baca: Hindia Timur). Kelak pada bahasa Melayu terjadi
proses Indonesiasi, yang mana bahasa Melayu bertransformasi menjadi bahasa
Indonesia (kini menjadi lingua franca di Indonesia yang juga dijadikan sebagai
bahasa resmi). Bahasa Melayu diposisikan sebagai bahasa daerah, seperti halnya
bahasa Jawa dan bahasa Batak. Lantas sejak kapan terbentuk bahasa Melayu? Sejak bahasa Sanskerta yang menjadi lingua franca bertransformasi
menjadi bahasa Melayu.
Proses bahasa adalah satu hal. Proses
(pembentukan) tata bahasa lain lagi. Tata bahasa Indonesia dikembangkan dari
tata bahasa Melayu. Lalu sejak kapan proses pembentukan tata bahasa Melayu
dimulai? Tentu saja pada saat Frederik de Houtman (1596)
belum memikirkannya. William Marsden (1781) mulai berinisiatif untuk menyusu
tata bahasa Melayu. Namun hasilnya tidak memiliki kegunaan apa-apa. Tidak ada
lagi yang memikirkannya. Meski pers berbahasa Melayu mulai muncul awal tahun
1850an, tetapi semua pengguna bahasa Melayu bahkan sekolah-sekolah dasar negeri
yang menggunakan bahasa Melayu dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri.
Inisiatif pembentukan tata bahasa itu muncul dari kalangan zending dalam rangka
menerjemahkan kitab suci Injil ke dalam bahasa asli (bahasa pribumi) Bukan bahasa Melayu yang pertama.
Yang pertama selesai adalah tata bahasa Batak dengan banyak belajar di Angkola
Mandailing yang dikerjakan oleh Dr HN van der Tuuk (1857). Tata bahasa Batak
karya van der Tuuk adalah tata bahasa terbaik yang pernah ada. Lalu bagaimana
dengan tata bahasa Melayu? Lagi-lagi bermula di Angkola Mandailing; adalah Charles Adriaan van
Ophuijsen yang memulainya. Bagaimana bisa? Apakah van Ophuijsen ingin mengikuti
jejak van der Tuuk. Tidak. Charles Adriaan van Ophuijsen yang memulai karir guru di
sekolah guru (kweekschool) di Padang Sidempuean tahun 1881, awalnya tertarik belajar sastra Batak lalu mengajar bahasa
Batak dan bahasa Melayu di sekolah guru yang dibangun 1879 itu. Dari delapan tahun Chatles di Padang Sidempuan, lima
tahun terakhir sebagai direktur Kweekschool Padang Sdiempuan. Tata bahasa
Melayu yang digagas dan dikerjakan di Padang Sidempoean itiu baru diselesaikan selama van Ophuijsen mengajar di Universiteit te Leiden dan diterbitkan tahun
1903. Sebagaimana tata bahasa Batak karya van der Tuuk, tata bahasa Melayu
karya van Ophuijsen terbilang yang pertama yang dikerjakan secara keilmuan (ejaan van Ophuijsen cukup terkenal). Salah satu mahasiswa yang membantunya mengajar bahasa Melayu di
Universiteit Leiden adalah mahasiswa senior Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan yang juga mantan
muridnya di Kweekschool Padang Sidempuan. Soetan Casajangan adalah pendiri Indische Vereeniging (Perhimpoenan Indonesia) di Belanda 1908. Soetan Casajangan juga adalah sarjana pendidikan Indonesia pertama (lulus 1911). Doktor pendidikan Indonesia pertama dengan gelar Ph.D berasal dari Padang Sidempoean, Soetan Goenoeng Moelia (lulus 1933) yang pernah menjadi Menteri Pendidikan RI (yang kedua).
Lantas bagaimana sejarah bahasa dan Melayunisasi
Nusantara? Apakah bermula di Padang Sidempoean? Nanti dulu, seperti disebut di atas, bahasa Melayu bermula dari lingua franca
bahasa Sanskerta. Lantas apa hubungannya Melayunisasi bahasa dengan kerajaan Batak, Kerajaan Aru? Tentu
saja perlu diketahui. Sebab siapa yang menyangka bahwa proses pembentukan tata
bahasa Batak dan tata bahasa Melayu justru dimulai di Tanah Batak di Padang Sidempoean, Bagaimana semua bisa? Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.