Laman

Jumat, 29 April 2022

Sejarah Bekasi (31): Indramayu. Kota Kuno di Muara Sungai Tjimanoek; Sedimentasi Jangka Panjang Terbentuk Menjadi Daratan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Indramayu. kota kuno di pantai utara (pulau) Jawa. Kota ini diduga terbentuk tepat berada di muara sungai Tjimanoek. Hal serupa ini juga ditemukan di muara sungai Tangerang/Tjisadane (Tangerang); muara sungai Jacatra/Tjiliwong (Zunda); muara sungai Bekasi/Tjilengsi (Bekasi); muara sungai Karawang/Tjitaroem (Karawang/Tandjoeng Peora) dan Pamunukan/Tjipunagara (Pamanukan). Seperti kota-kota lainnya, mengapa kota Indramayu kini seakan berada jauh di pedalaman?

Kabupaten Indramayu adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Ibu kotanya adalah Indramayu. Nama Indramayu berasal dari kecantikan Istri Raden Arya Wiralodra yang bernama Nyi Endang Darma Ayu, yaitu salah satu pendiri Indramayu 1527 M [7 Oktober 1527]. Tanggal tersebut juga diperingai sebagai Hari Jadi Kabupaten Indramayu. Wilayah Indramayu konon merupakan bagian dari Kerajaan Galuh Purba yang pusat pemerintahannya di kaki Gunung Slamet abad 1 Masehi.
Raden Arya Wiralodra sendri merupakan anak dari Tumenggung Gagak Singalodra dari Banyu Urip di Bagelen. Arya Wiralodra mencari daerah baru hingga menemukan lembah Sungai Cimanuk. Nyi Endang Darma Ayu sebutan Darma Ayu lama kelamaan menjadi Dermayu dan In Darmayu, kemudian menjadi Indramayu. Wilayah Indramayu meliputi Indramayu timur (Sukagumiwang, Tukdana, Bangodua, Widasari, Arahan, Santigi (Cènthigi), Sindang, Balongan, Kedokanbuder, Juntinyuat, Krangkeng, Celeng (Lohbener), Kandanghaur (sebagian wilayah), Losarang, Patrol, Sukra (Sakra), Anjatan, Bongas, Haurgeulis, Bantawaru dan Plasa Kerep. Indramayu adalah juga nama sebuah kota kecamatan di kabupaten Indramayu. Kota kecamatan ini adalah ibu kota Kabupaten Indramayu. Kelurahan/desa di kecamatan Indramayu: Bojongsari, Dukuh, Gabuswetan, Karanganyar, Karangmalang, Karangsong, Kepandean, Lemahabang, Lemahmekar, Margadadi, Pabeanudik, Paoman, Pekandangan Jaya, Pekandangan, Plumbon, Singajaya, Singaraja, Tambak dan Telukagung. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kota Indramayu? Seperti disebut di atas, kota Indramayi memeiliki sejarah yang panjang, kota disebutkan tanggal 7 Oktober 1527. Namanya disebut merujuk pada nama Nyi Endang Darma Ayu (menjadi Indramayu). Lalu bagaimana sejarah kota Indramayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Indramayu. Kota Kuno di Muara Sungai Tjimanoek; Proses Sedimentasi Jangka Panjang Terbentuk Menjadi Daratan

Bagaimana kita memahami sejarah (kota) Indramayu, sumber terdekat adalah dari catatan-catatan Eropa. Sejauh ini belum ada laporan penyelidikan baik artefak, prasasti atau banguna-bangunan kuno yang ditemukan di Indramajo. Struktur bangunan kuno berupa candi, yang terbilang dekat dengan Indramayu ditemukan di Karawang (candi Batujaya) dan struktur mirip candi di Kendal. Okelah, sambil kita menunggu temuan yang lebih tua, dengan memanfaatkan sumber terbaru, dalam hal ini kita merujuk pada sumber (orang) Eropa bertarih 1527.

Nama Indramayu sudah ada sejak lama, bahkan sebelum terbentuknya Kerajaan Jacarta dan Kesultanan Banten. Ini merujuk pada laporan seorang Portugis, Joao de Barros di dalam laporannya (1527) yang menyebutkan di pantai utara Jawa terdapat tujuh pelabuhan penting, yakni: Chiamo, Xacatara, Caravam, Tangaram, Cheguide, Pondang dan Bantam. Penulis-penulis geografi Belanda mengidentifikasi Chiamo sebagai Tjimanoek (Indramajoe), Xacatara sebagai Jacatra, Caravam sebagai Karawang, Tangaram sebagai Tangerang, Cheguide (Tjikande), Pondang (Pontang) dan Bantam (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1906, 01-01-1906). Peta-peta awal tentang Hindia Timur (baca: Indonesia) dibuat olej orang-orang Portugis. Peta-peta Portugis masih tampak sederhana seperti peta tertua tahun 1525. Peta ini terus diperbarui dengan bertambahnya ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan oleh orang Eropa khususnya Belanda.

Laporan Portugis tahun 1527 tampaknya tahun yang sama yang dikutip di atas dari la,am Wikipedia dimana disebut Indramayu didirikan tanggal 7 Oktober 1527. Namun laporan Portugis tidak menyebut nama Indramayu, yang disebut adalah nama sungai (Tjimanoek). Kita hanya bisa menyimpulkan bahwa kota Indramayu belum dikenal, yang dikenal adalah kota (sungai) Tjimanoek.

Pada masa ini kita tidak mengenal nama kota Tjimanoek,yang dikenal hanya sebagai nama sungai (dimana kota Indramayu berada). Kota Tjimanoek bisa jadi merujuk pada kota Pamanoekan di muara sungai Tjipoengara. Penulis-penulis (dan juga pembuat peta-peta) Portugis tidak/belum lazim (belum membutuhkan) nama sungai, kecuali mereka membutuhkan nama tempat (kota) sebagai pusat perdagangan (kemana mereka menuju dan dari mana komoditi diekspor/dimuat untuk tujuan Eropa. Lazimnya nama (tempat) kota berada di muara sungai. Oleh karena itu nama kota juga mengindikasikan nama sungai (dari sudut pandang dari pelayaran/laut).

Jika pada tahun 1527 awal didirikannya (kota) Indramayu, tentu saja belum dikenal, dalam perspektif Portugis Tjimanoek haruslah dianggap suatu kota yang dikenal. Dengan demikian, yang dimaksud penulis Portugis adalah (kota) Pamanoekan. Dalam hal ini dengan sendirinya kota Pamanoekan jauh lebih tua dari kota Indramayu?

Posisi geografis (GPS) dua kota tersebut (Pamanoekan dan Indramajoe) tentu saja tidak dilihat dari masa kini, tetapi harus dilihat dari masa lampau. Pada masa lampau di zaman kuno, posisi letak (gps) kota Pamanoekan dan Indramajoe tepat berada di muara sungai di garis pantai (Tjipunagara dan Tjimanoek). Seperti kita perhatikan nanti, di depan dua kota terjadi proses sedimentasi jangka panjang yang terbentuk daratan (yang seolah dua kota ini kini jauh di pedalaman).   

Satu peristiwa penting pada masa itu (sekitar tahun 1527) adalah terjadinya invasi (kerajaan) Demak yang beragama Islam di wilayah Hindoe yang berpusat di (kota) Padjajaran (ibu kota Kerajaan Pakwan). Invasi ini dilancarkan dari tiga kota utama (Tjirebon, Zunda dan Banten).

Kota-kota di pantai utara (yang dicatat) penulsiu Portugis (Banten, Pondang, Tjikander, Tangerang, Jacatra, Karawang dan Tjimanoek (Pamanoekan?) diduga kuat adalah kota-kota pelabuhan Kerajaan Pakwan. Seperti dalam catatan Portugis lainnya (Tome Pires) untuk mengimbangi ancaman Demak, Padjajaran/Pakwan meminta bantuan Portugis tahun 1522 yang tengah melakukan ekspedisi ke pantai utara Jawa dari Malaka. Akan tetapi tampakanya, kekuatan Demak bukanlah lawan Portugis, apalagi Portugis masih tahap ekspedisi-ekspedisi pelayaran (termasuk ke Demak). Invasi Demak pada tahun 1926 tidak terhindarkan dan menjadi malapetaka bagi Pakwan/Padjadjaran di Banten. Lalu kemudan Jacatra/Zunda ditaklukkan Demak pada tahun 1527. Ini dengan sendirinya kerajaan Pakwan/Padjajaran dalam posisi terkepung di (pantai) utara.   

Besar dugaan bahwa kota Indramajoe terbentuk di muara sungai Tjimanoek sesuai dengan penanggalan yang disebut di atas (tahun 1527). Suatu tahun dimana wilayah muara-muara sungai di pantai utara Jawa sudah jatuh ke tangan Demak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kota Kuno di Muara Sungai Pantai Utara Jawa: Tangerang, Zunda, Bekasi, Karawang, Pamanukan, Indtramayu

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar