*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada pertanyaan yang mungkin dianggap tidak penting-penting amat, yang lupa dipertanyakan. Mengapa Pulau Jawa yang terbilang kecil, tetapi populasi begitu banyak dengan bahasa yang serupa? Tampaknya pertanyaan ini hanya sekadar dicatat dan dijawab seadanya. Tetapi bukan itu yang dimaksud. Tentulah faktor kesuburan tanah mencukupi pangan populasi haruslah dipandang sebagai syarat perlu, tetapi untuk menjelaskan pertanyaan diperlukan faktor kecukupan lainnya. Disebut bahasa serupa, kartena bahasa Betawi adalah bahasa baru di pulau Jawa, sementara bahasa Jawa dengan varian bahasa Sunda atau sebaliknya bahasa Sunda dengan varian bahasa Jawa adalah bahasa yang dianggap serupa.
Lantas bagaimana sejarah mengapa (WHY) pulau Jawa memiliki populasi banyak dengan bahasa serupa? Seperti disebut di atas, tingkat kesuburan tanah hanyalah syarat perlu, tetapi faktor lain diperlukan kajian. Lalu bagaimana sejarah mengapa (WHY) pulau Jawa memiliki populasi banyak dengan bahasa serupa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia dan Mengapa Pulau Jawa Populasi Banyak Bahasa Serupa? Faktor Utama Subur
Sebelum kita membicarakan bahasa di Pulau Jawa bervariasi antara bahasa Jawa di satu sisi dan bahasa Soenda di sisi lain, dan sebelum munculnya bahasa Betawi (variasi bahasa Melayu), ada penduduk di pulau Jawa yang disebut (etnik) Kalang yang diduga sisa ras Negrito di pulau Jawa. Penemuan penduduk di bagian selatan (pulau) Jawa membuka perhatian kita bahwa sebelum terbentuk penduduk terakhir di Jawa (Jawa dan Soenda), sudah terlebih dahulu ada penduduk asli (penduduk lebih awal) di Jawa. Sudah barang tentu sisa rasa Negrito ini berbahasa berbeda dengan bahasa Jawa dan bahasa Soenda.
Penyelidikan tentang Orang Kalang yang terawal dilakukan oleh seorang Jerman yang dipublikasikan dengan judul makalahnya Die Kalangs auf Java yang diterbitkan pada tahun 1881. Pada masa itu sejumlah penyelidikan tentang bahasa dan etnik mulai banyak dilakukan. Ras Negrito tersebar luas di Nusantara seperti di kepulauan Andaman, di Semenanjung (Orang Semang), dipulau-pulau Filipina (Aeta dan Negritos) dan kemudian di Jawa. Ras Negritos (berkulit hitam seperti di Afrika) ini berbeda dengan ras Austronesia (berkulit coklat) dan ras Polinesia (berkulit gelap). Varian di antara ras Austonesia (bagian barat Indonesia) dan ras Polinesia (bagian timur Indonesia) ditemukan kelompok penduduk yang disebut Alifoeroen (berkulit gelap) yang banyak ditemukan di Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Ras Negritos ini ada yang menduga ras terawal di Nusantara.
Teori asal-usul manusia (homosapins) bermula dari Afrika (Out of Afrika), kesamaan fisik orang Negeri di Nusantara kurang lebih sama dengan fisik orang di Afrika. Dengan merujuk pada teori itu maka orang Negrito yang ditemukan di Nusantara haruslah dipandang sebagai penduduk generasi pertama yang kemudian tetap eksis dan berdampirngan dengan penduduk ras Austronesia dan ras Polinesia. Ditemukannya ras Negrito di Jawa, dalam hal ini membuka perhatian bahwa bahasa di Jawa tidak bersifat homogen, tetapi bermula dari bahasa yang beragam.
Dalam konteks adanya ras Negrito dan eksisnya bahasa penduduk Negrito, lalu apakah dua bilangan besar penutur bahasa di Jawa memang sudah terpisah antara bahasa Jawa dan bahasa Soenda di masa lampau. Seperti kita lihat nanti, bahasa Betawi dan bahasa Madura adalah bahasa yang lebih baru di Jawa. Bahasa Betawi adalah pengaruh yang kuat bahasa Melayu di wilayah Soenda. Sedangkan bahasa Madura adalah pengaruh bahasa non Jawa di wilayah (dekat) Jawa. Bahasa Bali sendiri haruslah bahasa yang dipandang bahasa yang berakar sama dengan bahasa Jawa (atau pengaruh kuat bahasa Jawa di Bali).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mengapa Pulau Jawa Populasi Banyak Bahasa Serupa? Adakah Bahasa- Bahasa yang Berbeda di Pulau Jawa Masa Lampau?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar