*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Malysia bukan negara maju, tetapi negara sedang
berkembang seperti Indonesia. Malaysia sebenarnya adalah negeri kecil. Sangat
kecil jika dibandingkan dengan negara Indonesia. Populasi Malaysia hanya 30
juta dibandingkan Indonesia yang semakin mendekati 300 juta. Produk Domestik
Bruto (PDB) seluruh Malaysia masih lebih rendah jika dibandingkan PDB
Jabodetabek. Bahkan jumlah orang kaya di Indonesia jauh lebih banyak jika
dibandingkan di Malaysia.
Namun ada kecenderungan orang kaya di Malaysia merasa lebih maju dan lebih tinggi jika dibandingkan Indonesia. Kita masih ingat beberapa waktu yang lalu seorang pengusaha Malaysia, dalam kasus Gojek menyatakan Indonesia adalah negara maskin. Boleh jadi orang kaya Malaysia merasa lebih kaya jika dibandingkan dengan Indonesia karena hanya melihat pendapatan perkapita penduduk. Namun lupa mereka bahwa PDB Indonesia jauh lebih besar jika dibandingkan Malaysia, bahkan PDB Jabodetabek sendiri lebih besar dari keseluruhan Malaysia serta jumlah orang kaya Indonesia jauh lebih banyak dari orang kaya Malaysia. Juga anggapan orang Malaysia karena banyak TKI yang bekerja di Malaysia. Padahal TKI ke Malaysia adalah ibarat para pekerja dari satu pulau ke pulau lain dan satu kota ke kota lain di dalam wilayah Indonesia. Sekali lagi, orang kaya Malaysia lupa jika populasi besar Indonesia maka market apapun menjadi sangat besar (market yang tidak sebandingkan dengan Malaysia). Belum lama ini orang kaya Malaysia, terutama Orang Kaya Baru (OKB) kelabakan ketika Pemerintah Indonesia menyetop TKI ke Malaysia (masih belum dibuka hingga ini hari). Dalam hal ini apa lagi yang dibanggakan oleh orang kaya Malaysia.
Lantas bagaimana sejarah orang kaya baru (OKB) Malaysia dan bagaimana hubungannya dengan sejarah UMNO? Seperti disebut di atas, orang kaya baru Malaysia cenderung merendahkan Indonesia. OKB Malaysia menganggap Indonesia itu miskin karena ada TKI di Malaysia dan pendapatan perkapita Indonesia lebih rendah. Sebaliknya orang Indonesia, yang miskin maupun yang kaya, menganggap Indonesia adalah negara besar, paling tidak termasuk anggota G20. Lalu bagaimana sejarah orang kaya baru (OKB) Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti
catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Orang Kaya Baru UMNO Malaysia; Bersaing Lawan Orang Cina dan India, Berulah dengan Indonesia
Surat kabar berbahasa Belanda membuat ulasan bagaimana (negara) Malaysia bisa maju, jauh berbeda sebelum tahun 1970 (lihat NRC Handelsblad, 19-03-1994). Salah satu faktornya karena hubungan politik (UMNO) dan bisnis (orang Melayu) setelah sebelumnya kekuasaan ekonomi Cina dan India begitu kuat. Seiring dengan perubahan orientasi politik Melayu di Malaysia, orang-orang Melayu yang biasanya dengan pakaian tradisional mulai mengenakan jas. Namun menurut surat kabar ini kemajuan orang Melayu di Malaysia baru benar-benar terwujud pada tahun 1980an dan kemajuan Pendidikan di Malaysia baru terasa pada tahun 1990an.
Untuk urusan Pendidikan dua masa pegiat Pendidikan di Malaysia membutuhkan
guru-guru dan mendatangkan banyak guru dari Indonesia. Pertama, menjelang kemerdekaan
Federasi Malaya, bahkan pada Kongres Bahasa Indonesia di Medan tidak seorang
pun hadir guru dan ahli Bahasa Melayu di Malaya yang diundang dalam kongres.
Yang hadir justru hanya pera pemuda yang begiat di bidang pers dan sastra.Tahun
berikutnya seorang guru Malaya Che Zaba dan satu rekannya dating ke Jogjakarta
untuk mendapatkan guru-guru Bahasa Indonesia yang ditempatkan di berbagai
sekolah di Malaya untuk mengajar. Segera setelah Malaya mendapatkan kemerdekaan
dari Inggris tahun 1957, sebanyak 20 mahasiswa dari University of Malaya di
Singapoera mengunjungi berbagai kota di Indonesia untuk mempelajari Bahasa
Indonesia. Kedua, sejak terbentuk Federasi Malaysia, kebutuhan guru sekolah
menangah (SMA) di Malaysia tak kunjung terpenuhi secara kuantitas dan kualitas.
Pada saat saya masih SMA tahun 1980 ada dua guru saya di depan kelas
menceritakan pengalamannya sebagai guru beberapa tahun di Malaysia. Dua guru
itu pengajar mata pelajaran Matematika dan Fisika. Berapa guru di SMA saya yang
pernah ke Malaysia tidak diketahui demikian juga berapa guru dari kota saya (ada
empat SMA negeri) yang pernah mengakar ke Malaysia tidak diketahui. Itu baru kota
kecil. Berapa banyak guru-guru dari Indonesia yang didatangkan ke Malaysia pada
akhir tahun 1960a hingga akhir tahun 1970a dari berbagai kota di Indonesia/
Tentulah itu sangat banyak. Bagaimana jumlah dosen di perguruan tinggi di
Malaysia saat itu? Tentulah kebutuhannya lebih banyak lagi (tapi mungkin tidak
didatangkan dari Indonesia).
Dalam ulasan tersebut, NRC juga menyatakan Bahasa di Malaysia, bisnis dan politik berjalan beriringan. Tuduhan baru-baru ini di Sunday Times bahwa politisi Malaysia menerima uang dari perusahaan asing yang mengejar kontrak dalam ekonomi yang tumbuh cepat ini memicu kemarahan dan menyebabkan boikot Malaysia terhadap perusahaan-perusahaan Inggris. Tapi apa itu korupsi? Disebutkan batas antara sektor publik dan swasta benar-benar kabur di Malaysia.
Disebutkan lebih lanjut bahwa Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad
baru-baru ini mencemooh tuduhan korupsi oleh Inggris: "$50.000 untuk Perdana Menteri
dengan imbalan kontrak $1 miliar?" Itu mungkin dimaksudkan secara ironis,
tetapi itu mungkin memberi kesan bahwa Perdana Menteri bahwa pihak oposisi Malaysia telah memanfaatkannya.
Pembalasan Mahathir pada Inggris Raya atas penyelidikan atas apa yang di
Malaysia disebut politik uang, keterjeratan politik dan bisnis yang
berjangkauan luas. Selanjutnya
disebutkan bahwa politisi Malaysia selama ini tidak tergolong dalam dunia bisnis, karena mereka hanya membuat partai-partai politik besar,
terutama Partai Nasional Organisasi Melayu
Bersatu (UMNO), partai berkuasa Mahathir, memiliki saham di perusahaan secara
nominal untuk meningkatkan posisi ekonomi konstituen etnis mereka. Politisi individu mungkin atau
mungkin tidak melalui orang depan, dalam bisnis dan menggunakan perusahaan
negara dan aset partai untuk memberikan pengaruh dan suara dan untuk menang.
Pengusaha asing yang ingin berbisnis di Malaysia harus berurusan dulu dengan pejabat yang selalu
berasal dari etnis terbesar, Melayu, dan dengan pengusaha dari komunitas
Tionghoa. Kini, pebionsis
Cina semakin
harus berhadapan dengan muslim
Melayu, yang sekaligus menjadi politisi, birokrat, dan pengusaha. Kemunculan
mereka adalah hasil dari Kebijakan Ekonomi Baru (NEP), program pemerintah dari
tahun 1970-an yang dimaksudkan untuk mengubah orang Melayu yang secara
tradisional tidak giat menjadi kapitalis.
Revolusi ekonomi orang Melayu di Malaysia telah mengubah wajah Malysia secara keseluruhan. Kedekatan politik dan bisnis diantara orang Melayu telah memberi konsekuesnsi besar terhadap pebisnis kuat Cina di Malaysia. Orang kaya baru (OKB) mulai muncul. OKB-OKB inilah yang terus bersaing dengan para pebisni Cina dan India di Malaysia. Sebagian diantara mereka ini mulai lupa kacang pada kulitnya, yang dalam perkembangannya sejumlah pebisnis Malaysia sadar tidak sadar mulai merdendahkan Indonesia (saat mana Indonesia pada era orde baru, rezim Presiden Soeharto).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Orang Kaya Baru UMNO Malaysia Cenderung Menganggap Indonesia Negara Miskin: Bagaimana Malaysia di Mata Orang Indonesia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar