*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Siapa Karim Lubis? Pangkatnya hanya
kapten infantri pada awal Republik Indonesia. Oleh karena itu namanya tenggelam
diantara para perwira tinggi kolonel dan jenderal. Meski baru sebagai perwira
menengah tetapi namanya begitu penting di lingkaran kraton, dimana saat itu
Jogjakarta adalah ibu kota Republik Indonesia (setelah dipindahkan dari
Djakarta. Kapten Karim Lubis pernah menjadi pengawal pribadi Soeltan
Hamengkoeboewono. Apa tidak ada yang lain? Yang jelas Karim Lubis tidak ada
kaitan tugas dengan Kolonel Zulkifli Lubis, kepala intelijen RI di Jogjakarta.
Sudah barang tentu kapten M Karim Lubis dipilih sultan sendiri..
Pada tanggal 1 Agustus 1942, Jepang mengeluarkan
petunjuk yang salah satunya adalah pembubaran balatentara Kesultanan
Yogyakarta. Mulai saat itu, Keraton Yogyakarta benar-benar tidak lagi mempunyai
prajurit. Ada yang menyatakan pendapat bahwa pembubaran ini sebenarnya taktik
dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sultan tidak mau Prajurit Keraton
dipergunakan Jepang untuk kepentingannya. Hal ini sejalan dengan strategi Sri
Sultan Hamengku Buwono IX yang membangun selokan Mataram agar penduduk
Yogyakarta tidak dikerahkan Jepang untuk melakukan romusha, kerja paksa untuk
membangun proyek-proyek militer Jepang. Prajurit Keraton dihidupkan kembali
pada tahun 1970. Kemunculannya didorong oleh penyelenggaraan karnaval budaya
waktu itu. Dhaeng adalah kesatuan pertama yang dihidupkan kembali. Kesatuan
Dhaeng dinilai paling menarik karena instrumennya yang ramai sehingga mampu
menarik perhatian masyarakat. Kelengkapan instrumen Prajurit Dhaeng terdiri
dari tambur, seruling, ketipung, dhodhog, bendhe besar, bendhe kecil, kecer,
dan pui-pui. Mulai saat itu, satu persatu kesatuan-kesatuan prajurit yang
disebut sebagai bregada mulai dihidupkan kembali guna melengkapi acara-acara
kebudayaan Keberadaan prajurit ini tidak lagi memiliki fungsi pertahanan.
Semata hanya untuk kegiatan budaya. Dari masa ke masa, keberadaan Prajurit
Keraton mengikuti dinamika zaman. Prajurit yang awalnya berfungsi sebagai
penjaga kedaulatan berangsur-angsur telah berganti fungsi menjadi pengawal
kebudayaan (https://www.kratonjogja.id).
Lantas
bagaimana sejarah M Karim Lubis? Seperti disebut di atas, Karim Lubis pernah
menjadi pengawal pribadi Soeltan Hamengkoeboewono IX. Unik memang, seperti
halnya Dr Willer Hoetagaloeng menjadi dokter pribadi Jenderal Soedirman. Tentu
saja itu terjadi pada era perang kemerdekaan. Lalu bagaimana sejarah Karim
Lubis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.