*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada satu bagian sejarah Kesunanan
Surakarta Hadiningrat, yakni ketika putra-putra dari kerajaan tersebut berada di
Belanda dalam rangka studi. Mungkin hal itu tidak dianggap penting-penting
amat, tetapi yang menarik adalah mengapa mereka melanjutkan studi ke Belanda. Di
satu sisi bukankah mereka sudah berkecukupan? Dan di sisi lain lantas apa yang
dicari? Dua putra dari Kesunanan Surakarta adalah Hirawan dan Soemeh.
Kesunanan Surakarta Hadiningrat adalah sebuah kerajaan
di Pulau Jawa bagian tengah yang berdiri pada tahun 1745. Selanjutnya, sebagai
hasil dari Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755
antara VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dengan pihak-pihak yang
bersengketa di Kesultanan Mataram, disepakati bahwa wilayah Mataram dibagi
menjadi dua pemerintahan, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Berlakunya Perjanjian
Giyanti dan Perjanjian Jatisari sejak tahun 1755 menyebabkan Surakarta menjadi
pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya Sunan Pakubuwana III;
sedangkan Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta, dengan
rajanya Sultan Hamengkubuwana I. Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun
pada 1755, dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu
dibangun. Adanya Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757 turut memperkecil
wilayah Kasunanan, dengan diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada
pihak Pangeran Sambernyawa (Adipati Mangkunegara I. Kasunanan Surakarta
dianggap sebagai pengganti dan penerus Kesultanan Mataram bersama dengan
Kesultanan Yogyakarta, karena raja-rajanya merupakan keturunan raja-raja
Mataram. Setiap raja Kasunanan Surakarta bergelar susuhunan atau sunan,
sedangkan raja Kesultanan Yogyakarta bergelar sultan (Wikipedia).
Lantas
bagaimana sejarah putra-putra Kesunanan Surakarta Hadiningrat Hirawan dan Soemeh melanjutkan studi
ke Belanda? Seperti disebut di atas, putra-putra Kesunanan Surakarta Hadiningrat adalh
putra-putra di dalam lingkaran dalam kerajaan di
Solo. Lalu bagaimana sejarah putra-putra Kesunanan Surakarta Hadiningrat melanjutkan
studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.