Laman

Senin, 04 November 2024

Sejarah Bahasa Indonesia (5): Nama Bahasa Melayu Awalnya Bernama Bahasa Jawi; Mengapa Diganti - Dipilih Nama Melayu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa Indonesia di blog ini Klik Disini

Aksara Batak bahasa Batak, aksara Jawa bahasa Jawa. Aksara adalah satu hal, bahasa adalah hal lain. Aksara Jawi adalah aksara Arab gundul. Apakah ada bahasa Jawi? Sebelum disebut sebagai bahasa Melayu, namanya disebut bahasa Jawi. Mengapa nama bahasa Jawi diganti menjadi bahasa Melayu?  

 

Jawi dalam bahasa Aceh: Jawoë; Kelantan-Pattani: Yawi; bahasa Melayu: Jawi adalah sistem penulisan digunakan menulis beberapa bahasa di Asia Tenggara, seperti bahasa Aceh, Magindanawn, Melayu, Mëranaw, Minangkabau, Tausūg dan Ternate. Aksara Jawi didasarkan aksara Arab, terdiri 31 aksara Arab asli, enam aksara yang dibangun agar sesuai dengan fonem asli bahasa Melayu, dan satu fonem tambahan yang digunakan dalam kata serapan asing, tetapi tidak ditemukan dalam bahasa Arab Klasik, yaitu cam, nga, pa, ga, va, dan nya. Aksara Jawi dikembangkan selama kedatangan Islam di Asia Tenggara, menggantikan aksara Brahmik yang digunakan selama era Hindu-Buddha. Bukti tertua tulisan Jawi ditemukan pada Prasasti Terengganu abad ke-14, sebuah teks dalam Bahasa Melayu Klasik mengandung campuran kosakata Bahasa Melayu, Bahasa Sansekerta dan Bahasa Arab. Teori populer menyatakan bahwa sistem ini dikembangkan dan diturunkan langsung dari aksara Arab, sementara para sarjana seperti RO Windstedt menyatakan bahwa sistem ini dikembangkan dengan pengaruh aksara Persia-Arab. Hingga abad ke-20, aksara Jawi merupakan aksara standar dalam bahasa Melayu (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah nama bahasa Melayu awalnya bernama bahasa Jawi? Seperti disebut di atas sebelum disebut sebagai bahasa Melayu, namanya disebut bahasa Jawi. Mengapa nama bahasa Jawi diganti menjadi bahasa Melayu? Siapa yang memberi nama bahasa Melayu? Lalus bagaimana sejarah nama bahasa Melayu awalnya bernama bahasa Jawi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Bahasa Melayu Awalnya Bernama Bahasa Jawi; Mengapa Diganti dan Dipilih Nama Melayu?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mengapa Diganti dan Dipilih Nama Melayu? Aksara Batak Bahasa Batak, Aksara Jawa Bahasa Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar