*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini
Sejarah Indonesia jelang kemerdekaan Indonesia sudah
banyak ditulis. Satu yang penting dari sisi Indonesia adalah sudah
dipersiapkannya berbagai aspek dalam kemerdekaan Indonesia seperti dasar negara
(Pancasila), statuta negara (RUUD) dan lainnya. Namun bagaimana situasi dan
kondisi di sisi Jepang sendiri kurang terinformasikan. Satu yang jelas, Jepang
dalam posisi genting dengan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat.
Berdasarkan Buku SNI Jilid 6: Pada tanggal 28 Mei 1945 BPUPKI diresmikan yang kemudia esoknya tanggal 29 dimulai persidangan untuk merumuskan dasar negara (statuta). Dalam rapat terakhir 1 Juni dasar negara diusulkan Ir Soekarmo dengan nama Pantja Sila. Demikianlah seterusnya hingga perumusan terakhir draf dasar negara yang dilakukan pada persidangan tanggal kedua mulai tanggal 10 Juli yang juga membahas wilayah negara, persiapan RUUD, pembentukan panitia Perancang UUD, pembelaan tanah air, serta keuangan dan perekonomian. Panitian Perancang UUD diketuai Ir Soekarno dengan 18 orang anggota: Mr AA Maramis, Otto Iskandar Dinata, Poeroebojo, Agus Salim, Mr Ahmad Subardjo. Prof Dr Mr Soepomo. Mr Maria Ulfah Santoso, Wachid Hasjim, Parada Harahap, Mr Latuharhary, Mr Susanto Tirtoprodjo, Mr Sartono, Mr Wongsonegoro, Wuryaningrat, Mr RP Singgih, Tan Eng Hoat, Prof Dr PA Hoesein Djajadiningrat, dan dr Sukiman. Demikian selanjutnya hingga pada sidang kedua rapat besar pada tanggal 16 Juli 1945 semua anggota setuju sebulat-bulatnya.
Lantas bagaimana sejarah jelang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945? Seperti disebut di atas bahwa dari sisi Indonesia segala sesuatunya telah dipersiapkan, sementara Jepang dalam posisi genting dengan Sekutu pimpinan Amerika Serikat. Lalu bagaimana sejarah jelang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.
Jelang Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945; Jepang dalam Posisi Genting dengan Sekutu Pimpinan Amerika
Seminggu setelah sidang kedua rapat besar BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945 yang mana semua anggota setuju sebulat-bulatnya terhadap dasar-dasar negara (Indonesia), Amerika Serikat, sebagai pimpinan Sekutu, memberi sinyal ultimatum bagi Jepang. Presiden Amerika Serikat Truman telah menetapkan syarat-syarat penyerahan diri Jepang. Markas Besar MacArthur di Pasifik melaporkan bahwa pasukan Sekutu telah melakukan pendaratan baru di pesisir tenggara Kalimantan dekat Teluk Balikpapan (sebagai upaya untuk merebut semua ladang minyak).
Amigoe di Curacao, 23-07-1945: ‘Berita hari ini: Amerika
Serikat, dengan persetujuan Presiden Truman, telah mengirimkan ultimatum radio
kepada Jepang yang menuntut penyerahan diri. Jepang merespons dengan
memperingatkan rakyat Jepang bahwa mereka harus mengantisipasi serangan baru
dari pasukan Amerika yang semakin besar. Ultimatum ini penting karena Presiden
Truman saat ini sedang berunding dengan Churchill dan Stalin. Oleh karena itu,
mereka melihat kemenangan terselubung dalam partisipasi Rusia dalam perang di
Timur Jauh jika Jepang tetap bersikeras pada niat jahatnya. Surat kabar Army
& Navy Journal mengklaim bahwa Truman telah menetapkan syarat-syarat
penyerahan diri Jepang dan menyerahkannya kepada Konferensi. Syarat-syarat
tersebut adalah: 1) pelucutan senjata Jepang sepenuhnya; 2) hilangnya seluruh
wilayah kecuali pulau-pulau asalnya ke tangan Jepang; 3) penghancuran dan
likuidasi upaya perangnya; 4) kendali penuh atas ekonomi politiknya oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa; dan 5) ekstradisi penjahat perang. Tampaknya,
Jepang juga harus diduduki untuk sementara waktu. Menurut surat kabar tersebut,
pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap Kaisar Hirohito akan
dibahas di Potsdam. Sementara itu, laporan dari kawasan Pasifik menunjukkan
bahwa angkatan laut dan udara Amerika telah menghancurkan atau merusak 791
kapal dan tongkang Jepang dalam dua minggu terakhir. Di antara kapal-kapal yang
rusak tersebut terdapat kapal perang "Nagato", yang diserang oleh
pesawat angkatan laut di pangkalan angkatan laut Yokosuka. Markas Besar
MacArthur melaporkan bahwa pasukan Sekutu telah melakukan pendaratan baru di
pesisir tenggara Kalimantan dekat Teluk Balikpapan. Ini merupakan upaya untuk
merebut semua ladang minyak.
Jepang tentu saja tidak takut ultimatum Amerika, Pemerintah Jepang memberi respons dengan memperingatkan rakyat Jepang bahwa mereka harus mengantisipasi serangan baru dari pasukan Amerika yang semakin besar. Lalu apakah para anggota BPUPKI di Djakarta mengetahui semua pemberitaan di luar? Tentu saja, semua orang memiliki radio. Namun dalam narasi sejarah Indonesia seperti dalam Buku SNI Jilid 6 pemahaman seperti tidak ada. Lalu apa dampaknya? Yang jelas tingkat pemahaman kita masa kini menjadi tidak luas dengan apa yang terjadi pada saat yang sama. Narasi sejarah telah mereduksi. Itulah akibatnya jika terlalu Indonesia sentris. Bahkan saat BPUPKI tengah bersidang di Djakarta, tidak jauh di Teluk Balikpapan pasukan Divisi Ketujuh Australia telah mendarat tanpa perlawanan dan pasukan kolonial Belanda telah menguasai sepenuhnya kota Balikpapan.
Begitu yakinnya pemerintah Amerika untuk menaklukkan
Jepang, bahkan sudah menyiapkan bendera (lihat De Volkskrant, 23-07-1945).
Disebutkan Amerika menyatakan bahwa bendera ini akan dikibarkan di Tokyo segera
setelah Jepang ditaklukkan. Namun warga Amerika terkesan pesimis (lihat Het
parool, 23-07-1945). Disebutkan di kalangan Amerika, perang melawan Jepang
diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun 1946.
Eskalasi Jepang dan Sekutu terus mengalami percepatan waktu. Bersama Inggris dan Tiongkok, Amerika Serikat meminta pasukan Jepang menyerah dalam Deklarasi Potsdam tanggal 26 Juli 1945. Rusia tidak menjadi faktor penting lagi bagi Amerika untuk merperkukuh kekuatan Sekutu untuk menekan Jepang. Amerika dan Inggris yang juga didukung Australia menjadi faktor kunci Sekutu di Pasifik barat. Lalu secara bertahap kekuatan Jepang mulai tergembosi.
De West, 25-07-1945: ‘Berita Dunia. Enam Kapal
Perang Jepang Rusak. Laksamana Chester W Nimitz kemarin mengumumkan bahwa enam
kapal perang Jepang rusak dalam serangan udara terbaru di pangkalan udara Kure:
dua kapal perang, satu kapal induk, satu kapal penjelajah berat, dan dua kapal
penjelajah ringan. Pesawat Amerika menghancurkan atau merusak 19 pesawat
Jepang. Inggris bertanggung jawab atas 12 pesawat. Sebanyak 350 pesawat
pengebom dan pesawat tempur menyerang tiga lapangan terbang dekat Shanghai (China).
Dalam serangan ini, 45 pesawat Jepang hancur. Di Sungai Kuning, sebuah kapal
perusak Jepang dan sebuah kapal barang berbobot 3.000 Ton ditenggelamkan. Kobe
di Jepang, Amoy di Tiongkok, dan target di Jawa, Celebes, Honshu selatan, dan
Kyushu selatan juga dibom. Serangan juga dilakukan di pulau Tanega dan Amann di
selatan Jepang dan di Kushimoto di Honshu selatan. Pulau Choiseul kini telah
sepenuhnya dibersihkan dari Jepang oleh Australia. Di Sittang di Burrna, Jepang
menderita kekalahan telak. Mereka meninggalkan setidaknya dua ribu orang tewas
di medan perang. Banyak dari mereka tenggelam di tengah banjir. Bagian utara
Malaka telah dievakuasi oleh penduduk sipil’.
Wilayah Indonesia tidak hanya sudah mulai diisolasi Sekutu, juga wilayah Indonesia sudah mulai berkurang luasnya di bawah kendali Jepang. Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua sudah berada di tangan Sekutu. Kekuatan Jepang hanya terpusat di Makassar. Pada fase ini Jepang masih sangat kuat di Jawa dan Sumatra. Sementara itu konferensi Postdam berakhir (lihat Het vrije volk, 02-08-1945). Saat ini Jepang tampaknya sudah melemah (lihat Trouw, 02-08-1945). Disebutkan para pakar angkatan laut Amerika yakin bahwa Jepang kini hanya memiliki beberapa kapal induk dan kapal perusak.
Peta nama-nama kota yang akan dibom Sekutu/Amerikan sudah beredar. Dalam nama-nama kota target tersebut tidak termasuk Tokyo dan Osaka. Mengapa? Boleh jadi terlalu kuat pertahanan di dua kota besar itu. Nama-nama kota yang dipetakan lihat Peta-1. Meski sudah banyak kota-kota yang direbut Sekutu di luara Jepang, termasuk di Indonesia, kota-kota di Jepang tampaknya bagi orang Jepang tidak akan mudah ditaklukkan. Orang Jepang sangat percaya diri dengan kemampuannya, lebih-lebih di wilayah sendiri.
Namun situasi segera berubah. Pada tanggal 6 Agustus, pesawat Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Jepang segera dalam tekanan tinggi. Mengapa? Pemboman tanggal 6 Agustus ini tidak segera terinformasikan. Mengapa? Mungkin kota Hiroshima bukan target yang dipetakan? Yang terberitakan adalah kota-kota lain termasuk Tokyo (lihat Ons Noorden, 06-08-1945). Disebutkan, cuaca buruk—hujan berhari-hari di Timur Jauh—sangat menghambat aktivitas udara. Namun demikian, pada hari Minggu, pesawat Mustang yang lepas landas dari Okinawa mengebom lima kota di Jepang, termasuk Tokyo. Bom dijatuhkan di kota Hiroshima baru muncul di surat kabar keesokan harinya pada tanggal 7 Agustus 1945 (lihat Amigoe di Curacao, 07-08-1945). Itu berarti di Asia sudah tanggal 8. Para editor surat kabar masih menimbang-nimbang apa yang sesungguhnya terjadi di Hiroshima.
Amigoe di Curacao, 07-08-1945: ‘Berita hari ini adalah Bom. Semuanya tentangnya. Orang-orang menyebutnya sebagai penemuan terpenting abad terakhir. Orang-orang menyebutnya sebagai instrumen penghancur yang sangat besar dan cara yang ampuh untuk membantu menjaga perdamaian. Orang-orang menyebutnya revolusioner. Itu adalah Bom dari segala bom. Bom itu adalah bom atom. Bom itu sama kuatnya dengan 2.000 bom super Inggris, namun ukurannya sangat kecil. Orang tidak akan tahu itu bom. Salah satu bom semacam itu dijatuhkan kemarin di kota Hiroshima, Jepang. Satu bom dijatuhkan oleh satu pesawat. Pengeboman telah berakhir. Tidak ada lagi yang tersisa untuk dibom. Kita bisa mengerti apa artinya ini. Jika semua yang ada di telegram itu benar—dan kita harus memperhitungkan bahwa sebagian besar isinya propaganda—maka 500 pesawat Amerika Utara dapat menghancurkan 500 kota di Jepang dalam sekali serangan. Setidaknya, jika seseorang memiliki bom sebanyak itu, karena jelas bahwa proyektil semacam itu membutuhkan banyak biaya dan banyak pekerjaan. Ini juga berarti bahwa kita dapat dengan aman menghentikan produksi pesawat pengebom, karena Amerika Serikat sudah memiliki lebih dari cukup. Ini berarti—singkatnya—kehancuran Jepang dan perang di Timur Jauh akan dipersingkat. Apa reaksi Jepang terhadap senjata baru ini? Bom atom telah menyebabkan "kerusakan yang cukup besar," menurut Radio Tokyo, tetapi solusinya telah ditemukan. Ini, para pembaca yang budiman, tentu saja propaganda. Para pemimpin Jepang tentu ingin mencegah kepanikan di antara Rakyat, jadi mereka mengklaim punya penawarnya. Kita lihat saja nanti. Menurut pengumuman tentang bom itu, para ilmuwan Amerika, Inggris, dan Kanada sedang mengerjakan pengembangannya. Jerman juga telah bekerja keras mengembangkannya dalam beberapa tahun terakhir, jadi bukan omong kosong ketika Hitler berteriak, "Alles Kaputt’. Peta: Amigoe di Curacao, 07-08-1945
Satu yang jelas, terbakarnya kota Hiroshima, Panglima Terauchi yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara tampaknya mulai gamang. Mengapa? Semua orang Jepang telah sangat bersedih dengan apa yang telah terjadi di Hiroshima (lihat Het vrije volk, 08-08-1945). Disebutkan kesedihan melanda Jepang. Seluruh kota hancur. Dilaporkan bahwa Sekutu telah menggunakan bom jenis baru untuk mengebom kota Hirosima di selatan Pulau Hondo. Dampaknya, konon, sangat parah. Namun, kemudian, laporan yang jauh lebih mengkhawatirkan pun bermunculan. Kerusakannya sangat besar, kemudian diumumkan. Kabinet Jepang mengadakan sidang darurat, kemungkinan untuk membahas situasi yang ditimbulkan oleh penerapan penemuan baru tersebut. Radio Jepang dipenuhi dengan berbagai macam ratapan. Dalam sebuah siaran, bahkan disebutkan bahwa rakyat Jepang akan mengutuk Sekutu seumur hidup mereka sebagai "penghancur umat manusia". Seluruh kota Hirosima dilaporkan hancur menjadi debu dan abu. Artinya, sebuah kota besar dengan ratusan ribu penduduk dapat lenyap dari muka bumi dalam sepersekian detik.
Di Djakarta, sebagai tindak lanjut hasil-hasil yang
telah dperoleh dari sidang-sidang BPUPKI, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan
PPKI yang diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1945 (sesuai keputusan Jenderal
Besar Terauchi, Panglima Tentara Umum Selatan, yang membawahi semua tentara
Jepang di Asia Tenggara). Dengan sendirinya BPUPKI dibubarkan.
Tragedi di kota Hiroshima adalah satu hal, bagaimana dengan kota utama Tokyo? Pada tanggal 6 Agustus disebutkan sebuah serangan misterius oleh seorang pengebom yang dikawal beberapa Mustang di Tokyo (lihat Het vrije volk, 08-08-1945). Disebutkan menurut laporan Amerika, bom tersebut dijatuhkan dengan parasut dan meledak di udara. Tampaknya kota Tokyo selamat dari tragedi Hiroshima. Namun tidak lama kemudian tanggal 9 Agustus bom sejenis di Hiroshima menghancurkan kota Nagasaki (lihat Nieuwe provinciale Groninger courant, 09-08-1945). Disebutkan pagi ini diumumkan bahwa sebuah bom atom baru telah digunakan, khususnya di kota pelabuhan Nagasaki. Dampak bom di Hiroshima begitu dahsyat sehingga tak satu pun makhluk hidup di kota itu luput dari kehancuran. Tak terlihat kawah bom dalam foto-foto kota; segala sesuatu di sekitar bom berubah menjadi debu. Bom atom ini berbobot 200 kg. Namun, hanya 1/1000 dari energi potensial bom yang telah digunakan. Di kalangan Sekutu, Presiden Truman diyakini akan mengajukan tawaran penyerahan diri terakhir kepada Jepang malam ini. Secara umum, perang diperkirakan akan segera berakhir, mungkin dalam beberapa hari, terlepas dari apakah Jepang menyerah atau tidak. Pada hari ini tanggal 9 Agustus para pemimpin Indonesia berangkat ke Dalat menemuai Jenderal Terauchi.
Setelah nama-nama anggota PPKI disetujui Jenderal Terauchi,
lalu Ir Soekarno, Drs Mohamad Hatta dan dr Radjiman Widiodiningrat pada tanggal
9 Agustus berangkat menuju Dalat (Vietnam Selatan) menemui Jenderal Terauchi. Dalam pertemuan di Dalat pada
tanggal 12 Agustus, Jenderal Terauchi menyampaikan kepada ketiga pemimpin
Indonesia tersebut bahwa Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk melaksanakannya, telah dibentuk PPKI.
Pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah persiapannya selesai. Sebanyak 21
anggota PPKI telah dipilih. Ketiga pemimpin Indonesia baru berangkat kembali ke
Djakarta dari Dalat pada tanggal 14 Agustus 1945.
Selama para pemimpin Indonesia berada di Dalat, sesungguhnya secara teoritis (secara psikologis) Jepang sudah tamat. Sementara itu, dengan perasaan menang tetapi mungkin tanpa peri kemanusiaan, Amerika tampaknya sedang menunggu pengumuman menyerah takluk dari Kaisar Hirohito dari Jepang. Tepat pada hari kepulangan pemimpin Indonesia dari Dalat pada tanggal 14 Agustus 1945 Kaisar Hirohito mengumumkan di radio bahwa Jepang menyatakan takluk. Hasil-hasil BPUPKI dan PPKI di bawah arahan Jepang di Indonesia menjadi ‘masuk angin’. Tentang kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan Jepang, kreasi Ir Soekarno, Drs Mohama Hatta dkk secara hukum menjadi hangus?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Jepang dalam Posisi Genting dengan Sekutu Pimpinan Amerika: Situasi dan Kondisi di Djakarta dan Kota-Kota Lainnya
Sambil menunggu Jepang. sebagai tanggapan, Sekutu terus menyerang di semua lini. Pertempuran paling sengit terjadi di Manchuria, dimana Rusia membuat kemajuan pesat. Marshal Malinowski, penakluk Koningsbergen, memegang komando tertinggi disini. Marshal Malinowski, yang bertempur di Wina, antara lain, memimpin pasukan di NW Purkajew dan Meretskow masing-masing menyerang di Utara dan Tenggara. Pasukan Malinowski dan Meretskow bergerak ke arah satu sama lain, di sepanjang jalur kereta api yang membentang dari Hailar ke Wladiwostok. Di NW Pegunungan Khingan dilewati. Di Korea Utara, kota pelabuhan Rashin direbut, meskipun ada desas-desus tentang penghentian permusuhan, pertempuran di Tiongkok terus berlanjut. Pada tanggal 14 Agustus 800 pesawat angkatan laut Sekutu telah menyerang sasaran di pusat Hondo. Amerika telah menduduki lima pulau lagi di Kepulauan Mariana Utara. Menurut laporan radio Chungking, Jepang telah menghentikan pertempuran di provinsi Chekiang. Di Bougainville pasukan Jepang telah menyerah.
Keesings historisch archief No. 739 (12-18 Agustus 1945) mencatat pada
tanggal 14 Agustus, pada pukul pukul 14.00 bahwa tanggal 10 Agustus, penyiar
radio Jepang mengumumkan bahwa Jepang bersedia tunduk pada persyaratan Potsdam,
asalkan posisi Kaisar tidak terpengaruh. Pada pukul 18:45, nota Jepang diterima
di Washington. Pada hari Sabtu 11 Agustus pada 10:30 nota balasan Amerika
dikirim ke kedutaan Swiss untuk dikirim ke Jepang. Dalam nota itu Amerika
Serikat. menerima proposal Jepang, tetapi Mikado akan berada di bawah komando
tinggi Sekutu. Pada hari Senin, 13 Agustus, Jepang menulis untuk menjawab untuk
menerima tagihan Amerika. Pada hari Selasa, 14 Agustus pukul 1:00 siang, Radio
Jepang mengumumkan bahwa Jepang menerima persyaratan Amerika.
Jawaban Jepang, 15 Agustus. Tepat setelah tengah malam Attlee, Truman, dan Stalin memberi tahu negara-negara mereka bahwa Jepang telah menyerah. Tanggapan Jepang terhadap syarat-syarat Sekutu berbunyi sebagai berikut:
‘Mengacu pada pemberitahuan tanggal 10 Agustus, mengenai penerimaan syarat-syarat Deklarasi Potsdam, dan tanggapan Pemerintah, Jawaban Jepang - Rede Hirohito, Attlee dan Truman - Kabinet Jepang Baru - Negosiasi di Manila - dari Amerika Serikat, Inggris Raya, Uni Soviet dan Cina, yang dikirim oleh Menteri Luar Negeri Byrnes pada tanggal 11 Agustus, Pemerintah Jepang mendapat kehormatan untuk menyampaikan hal-hal berikut kepada Pemerintah Empat Kekuatan: 1. HM Kaisar telah mengeluarkan Rescript Imperial mengenai penerimaan ketentuan-ketentuan Deklarasi Potsdam oleh Jepang: 2. Kaisar siap untuk mengizinkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan Deklarasi Potsdam dan penandatanganannya oleh pemerintahnya dan markas besar Kekaisaran untuk memastikan. 3. HM juga bersedia memerintahkan kepada seluruh penguasa angkatan darat, laut dan udara untuk menghentikan perlawanan aktif dan menyerahkan senjata, serta mematuhi perintah Panglima Tertinggi Sekutu sesuai dengan syarat sub 1 dan 2 tersebut. Otoritas ini akan meneruskan perintah ini kepada semua angkatan bersenjata di bawah komando mereka, dimana pun mereka berada. HM Hirohito kepada Rakyatnya—Kaisar Jepang juga berbicara langsung kepada rakyatnya melalui radio—untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hirohito mengambil kewajiban serius ‘diturunkan oleh nenek moyang kekaisaran kita’ untuk berjuang demi kemakmuran dan kebahagiaan bersama semua bangsa, serta untuk keselamatan dan kesejahteraan rakyat kita. Dia mengatakan itu ‘jauh dari pikiran kita’ untuk mengganggu, berkomitmen pada kedaulatan negara lain atau terlibat dalam perluasan wilayah. Terlepas dari perjuangan yang berani dan upaya rakyat, jalannya peristiwa telah merugikan Jepang. Selain itu, musuh telah memanfaatkan bom baru dan paling ganas yang kemampuannya menimbulkan kerusakan tak terhitung dan memakan banyak korban jiwa tak berdosa. Melanjutkan pertempuran tidak hanya berarti penghancuran bangsa Jepang, tetapi juga kehancuran total peradaban manusia. Kaisar menyatakan penyesalannya kepada sekutu Jepang di ‘Asia Timur’ memikirkan orang mati dan terluka dan membangunkan orang-orang untuk menjaga persatuan dan mencurahkan seluruh energi mereka untuk membangun ‘masa depan’. Foto: Kaisar Hirohito
Sementara itu, di Amerika, warga mendengar radio Jepang. siaran diterima, melaporkan bahwa kerumunan Kekaisaran Istana menangis setelah mendengar pesan itu dan berseru: ‘Maafkan kami, O Kaisar, usaha kami tidak cukup’. Anami menteri perang, telah melakukan harakiri. Perdana Menteri Suzoeki telah mengundurkan diri. Di lain pihak Pidato Attlee dan Truman memberikan penghormatan kepada orang-orang itu; Attlee Inggris menyampaikan terima kasih kepada Sekutu terutama kepada Amerika Serikat, tanpa bantuan ajaib mereka upaya perang di timur ini akan berlangsung bertahun-tahun lagi. Pidatonya disimpulkan sebagai berikut: ‘Perdamaian dipulihkan ke bumi. Mari kita bersyukur kepada Tuhan untuk pembebasan besar ini: dan untuk belas kasihan-Nya; Panjang umur Raja. Truman menyatakan bahwa dia percaya bahwa jawaban Jepang ‘adalah penerimaan penuh atas deklarasi Potsdam, yang; menentukan penyerahan penuh’. Dalam pidatonya kepada orang banyak di depan Gedung Putih, mengatakan: ‘Ini adalah hari yang akan menandai akhir dari fasisme dan sistem kepolisian di dunia, adalah ‘Hari Demokrasi’. Sekarang kita harus menghadapi tugas untuk membalikkan keadaan dan membangun pemerintahan yang bebas di dunia. Saya tahu kita siap untuk tugas ini’.
Salah satu surat kabar yang terbit di Belanda. Nieuwe Haagsche courant yang
terus memantau siaran radio dari Batavia (Indonesia), pada edisi Senin,
13-08-1945 menyatakan bahwa siaran Jepang yang berbasis di Batavia telah diam
(berhenti siaran, pen) sejak Jumat malam (tanggal 10 Agustus, pen). Sudah
barang tentu bahwa siaran radio Jepang di Batavia akan terus diam hingga
tanggal 14 Agustus saat Kaisar Hirohito berpidato dalam menyatakan menyerah dan
menyetujui persyaratan dalam proposal Amerika Serikat.
Namun narasi sejarah Indonesia dalam buku SNI Jilid 6 adalah sebaliknya: ‘Sutan Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia oleh Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta tanpa menunggu Jepang yang dikatakannya sebagai tipu muslihat belaka. Karena mendengarkan radio yang tidak disegel pemerintah Jepang, ia mengetahui bahwa Jepang sudah memutuskan untuk menyerah. Desekan tersebut dilaksanakannya pada tanggal 15 Agustus 1945, dalam suatu pertemuan dengan Drs Mohamad Hatta begitu Hatta kembali dari Dalat. Akan tetapi Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta masih akan mengecek kebenaran berita tentang kapitulasi Jepang pada pihak resmi dan tetapi ingin membicarakan pelaksanaan Proklamasi pada rapat PPKI’.
Demikianlah narasi sejarah Indonesia masa ini ditulis
yang mana fakta dan data yang ada tidak seperti itu. Fakta bahwa siaran radio
Jepang di Djakarta sudah setop sejak hari Jumat tanggal 10 Agustus dan kemudian
seluruh
jaringan listrik seluruh Jawa padam pada tanggal 14 Agustus dari pagi pukul 8 hingga sore pukul 16. Lalu
bagaimana Sutan Sjahrir dinyatakan telah mendengar radio yang tidak disegel
pemerintah Jepang, tetapi fakta tidak ada penyegelan radio, sebaliknya yang
terjadi siaran radio berhenti dan pemadaman listrik. Fakta bahwa pada saat itu tanggal 14 Agustus kapal-kapal yang bersandar di
pelabuhan Tanjung Priok dapat memantau siaran radio Kaisar Hirohito yang dengan
segera informasi itu beredar di darat, yang kemudian segera ditanggapi oleh para pamuda revolusioner.
Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 03-09-1946: ‘Pengungkapan Sejarah
Kemerdekaan Indonesia. Nathan Broch, dalam sebuah artikel di "Christian
Science Monitor," memberikan perspektif baru tentang situasi seputar
proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Jepang, lapor Aneta dari New York. Nathan
Broch mengutip Kolonel Yano, penasihat politik tepercaya Marsekal Terauchi,
sebagai sumber utama informasinya. Ketika persiapan sedang berlangsung untuk
pertemuan dengan tiga pemimpin Indonesia di Dalat, Indochina, pada 29 Juli
1945, sebuah pesan rahasia berkode dari otoritas tertinggi di Jepang diterima
di markas Terauchi di Saigon. Pesan tersebut menguraikan kebijakan politik
Terauchi—pada prinsipnya, Kaisar memberikan kemerdekaan kepada Indonesia,
tetapi kemerdekaan tersebut hanya akan diproklamasikan jika keterlibatan Rusia
dalam perang tidak dapat dihindari. Sementara itu, Terauchi memberikan
instruksi untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk tindakan segera. Pada
tanggal 5 Agustus, pesan lain diterima dari Tokyo yang memberitahu Terauchi
bahwa Rusia akan memulai permusuhan dalam beberapa jam, sehingga ia harus
segera memanggil para pemimpin Indonesia. Soekarno, Hatta, dan Radjiman
kemudian diterbangkan ke Indochina pada tanggal 9 Agustus dengan pesawat khusus
Jepang, dan tiba di Dalat pada tanggal 10. Yano menyatakan: "Keinginan
Jepang yang sudah tampak jelas untuk menghentikan perlawanan terhadap Sekutu
tidak dibahas. Saya juga tidak ingat apakah ada penyebutan bantuan militer,
yang konon dijanjikan Indonesia kepada kami jika terjadi konflik dengan Belanda
atau Inggris." Satu-satunya dokumen yang mungkin masih ada adalah selembar
kertas kecil yang ditandatangani Terauchi dengan tulisan "Kemerdekaan
Indonesia", yang dikantongi Soekarno sebelum meninggalkan ruang
konferensi. "Ketika orang Indonesia meninggalkan Villa Bourgery, saya
merasa kasihan kepada mereka. Saya merasa bahwa kemerdekaan yang telah kami
berikan kepada mereka tidak akan bertahan lama. Yano juga mengungkapkan bahwa
setelah kapitulasi, Jepang menerapkan kebijakan yang sepenuhnya berlawanan dan
menawarkan untuk memadamkan perlawanan Indonesia. "Kami, Jepang, dapat
dengan mudah memadamkan perlawanan Jawa. Karena alasan ini, kami menawarkan
untuk menggunakan empat divisi Jepang yang telah menyerah di Malaka.
Divisi-divisi ini akan ditempatkan di bawah komando seorang jenderal Jepang di
Jawa, yang kemudian akan mampu memulihkan hukum dan ketertiban. Tawaran ini
tidak pernah dipertimbangkan oleh Komando Tinggi Sekutu".
Keterangan Kolonel Yano, penasihat politik tepercaya Marsekal Terauchi menjadi sangat penting karena mempercerah situasi dan kondisi yang berlangsung. Bahwa pemimpin Indonesia ke Dalat sudah lama diputuskan Jepang dengan penetapan syarat (Rusia) untuk pemberian kemerdekaaan Indonesia. Namun syarat itu melalui pesan yang diterima di Dalat tanggal 5 menjadi tidak berlaku karena Rusia menyatakan perang kepada Jepang. Seperti disebut di atas pada tanggal 6 Agustus kota Hiroshima dibom Amerika. Semua ini mempercepat pemanggilan pemimpin Indonesia ke Dalat (berangkat dari Djakarta tanggal 9 tepat pada hari kota Nagasaki dibom Amerika). Pemimpin Indonesia setelah transit di Singapoera (bermalam) kemudian tiba di Dalat tanggal 10. Pada saat pemimpin Indonesia di Dalat, Jepang sejatinya sudah menyerah.
Kolonel Yano juga telah menjelaskan bahwa para pemimpin Indonesia sebelum
kembali ke Djakarta sudah mendapat surat tentang pemberian kemerdekaan itu
seraya menambahkan: "Ketika orang Indonesia meninggalkan Villa Bourgery,
saya merasa kasihan kepada mereka. Saya merasa bahwa kemerdekaan yang telah
kami berikan kepada mereka tidak akan bertahan lama’. Mengapa? Marsekal Terauchi
memberikan surat kemerdekaan kepada pemimpin Indonesia sebelum atau pada tanggal
14 Agustus, tanggal dimana Kaisar Hirohita menyatakan takluk di Radio dan tanggal
dimana para pemimpin Indonesia bertolak dari Dalat. Artinya, para pemimpin
Indonesia sekembalinya di Djakarta akan menunggu keputusan berikutnya dari Dalat
untuk mengimplementasikan kemerdekaan Indonesia. Tampaknya keputusan yang
ditunggu-tunggu Ir Soekarno dkk tidak pernah datang (hingga para pemuda revolusioner
menjalankan keputusannya sendiri; tanggal 16 Agustus membawa Ir Soekarno dan
Drs Mohamad Hatta ke Rengasdengklok). Catatan: Pemimpin Indonesia bertolak dari
Dalat tanggal 14, setelah transit (bermalam) di Singapoera, tiba di Djakarta
pada tanggal 15 Agustus.
Keterangan Kolonel Yano yang juga penting adalah bahwa setelah kapitulasi, Jepang menerapkan kebijakan yang sepenuhnya berlawanan dan menawarkan untuk memadamkan perlawanan Indonesia. Namun tawaran ini tidak pernah dipertimbangkan oleh Komando Tinggi Sekutu. Artinya apa? Pihak Sekutu/Inggris di Asia Tenggara tidak mendengar apapun lagi dari Jepang, tetapi lebih mendengar keputusan politik dari London (dimana pihak Belanda terus melobi Inggris). Akibatnya yang terjadi adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus) tanpa keputusan pemerintah tertinggi Jepang dari Dalat. Sebaliknya, situasi dan kondisi di Indonesia serupa inilah yang (boleh dikatakan tidak diduga) dihadapi Inggris: keputusan Inggris tidak tergantung Jepang (yang hanya ditekankan berdiam di barak dan dapat mempertahankan diri hingga menunggu kehadiran Sekutu/Inggris) tetapi semua tergantung negosiasi dengan pemimpin Indonesia di Djakarta (yang secara defacto sudah eksis negara RI).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar