Laman

Selasa, 30 April 2019

Sejarah Yogyakarta (35): Sekolah Hoogere Kweekschool (HKS) di Poerworedjo, 1914; Normaal School dan GB Josua Batubara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Bagian terpenting dalam sejarah pendidikan di Indonesia adalah keberadaan sekolah guru bagi pribumi (kweekschool). Sekolah guru bagi pribumi pertama didirikan tahun 1851 di Soerakarta. Meski peningkatan (mutu) guru bagi pribumi terbilang lambat, paling tidak sekolah-sekolah guru yang didirikan telah menghasilkan banyak guru bagi penduduk pribumi.

Hoogera Kweekschool Poerworedjo, 1924
Sejarah modern Indonesia sejatinya berawal pada permulaan pendidikan modern bagi penduduk pribumi. Pendidikan dengan aksara Latin yang diintroduksi Belanda secara langsung untuk mendukung kegiatan kolonial tetapi secara tidak langsung telah membentuk kesadaran berbangsa diantara golongan pribumi. Fungsi sekolah guru (kweekschool) menjadi strategis.

Secara nasional peningkatan mutu guru bagi pribumi baru dilakukan pada tahnn 1914 dengan mendirikan sekolah guru atas Hoogere Kweekschool (HKS) di Poerworedjo. Siswa-siswa yang diterima di HKS ini adalah alumni sekolah guru (Kweekschool) yang terdapat di berbagai tempat atau alumni sekolah jenis lainnya.

Inlandsche Kweekschool yang dimulai tahun 1851 mendidik siswa lulusan sekolah dasar untuk menjadi guru. Inlandsche Kweekschool dalam hal ini dapat dikatakan setara dengan SMP pada masa ini. Sedangkan Hoogere Kweekschool adalah sekolah guru setara SMA pada masa ini. Untuk mendapat akte guru setara universitas (sarjana pendidikan) harus ditempuh di Belanda. Pendidikan guru setara universitas baru tahun 1951 dibentuk di Bandoeng yakni Pedagogie Hogeschool (cikal bakal Universitas Pendidikan Indonesia).

Lantas bagaimana sejarah Hoogere Kweekschool (HKS) itu sendiri? Itu yang menjadi pertanyaan kita. Hoogere Kweekschool (HKS) terkait langsung dengan Inlandsche Kweekschool. Lalu bagaimana dengan munculnya gagasan sekolah tinggi pendidikan (Hogeschool). Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Hoogere Kweekschool (HKS) di Poerworedjo dan JD Winnen

Realisasi pembentukan sekolah guru atas (Hoogere Kweekschool) mulai terlihat setelah adanya pemberitaan di surat kabar Java Bode edisi bulan Juli 1914. Lokasi dimana sekolah didirikan telah ditetapkan di Poerwokerto. Siswa-siswa yang diterima berasal dari sekolah guru (Kweekschool) yang terdapat (terutama) di Bandoeng, Probolinggo, Djokjakarta, Oengaran dan Fort de Koek. Lama pendidikan adalah selama tiga tahun. Mereka yang berhasil akan diproyeksikan menjadi guru di sekolah-sekolah HIS yang dimulai tahun 1914 ini.

De Preanger-bode, 15-07-1914
De Preanger-bode, 15-07-1914: ‘Sekolah Guru Atas untuk guru-guru pribumi. Menurut Java Bode, orang-orang sibuk membangun sekolah pendidikan tinggi dengan sekolah asrama untuk guru-guru pribumi di Poerworedjo. Rencana itu, yang juga telah disetujui oleh Staten Generaal, untuk membuka sekolah itu pada tahun ini, akan berlanjut, walaupun tentu saja mustahil untuk mendapatkan bangunan yang siap pada tahun ini. akan dibuka pada bulan September di bangunan sementara, sedangkan asrama sekolah akan berlokasi di lokasi pegadaian sebelumnya. Setiap tahun 25 orang terbaik di antara lulusan dari lima Kweekschool pemerintah (di Bandoeng, Probolinggo, Djokjakarta, Oengaran dan Fort de Koek) akan diterima di lembaga tersebut. Mereka akan memenuhi syarat sebagai guru di sekolah HIS untuk menggantikan guru Eropa di sekolah-sekolah itu. Pendidikan berlangsung selama tiga tahun. Pendidikan ini terutama akan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan para guru tentang bahasa Belanda dan kemampuan untuk mengajar dalam bahasa itu’

Pendirian sekolah Hoogere Kweekschool (HKS) ini pada dasarnya seiring dengan pembentukan sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Sebelumnya sudah ada dua jenis sekolah yakni sekolah dasar Eropa (ELS) dan sekolah rakyat (Inlandsche School). Pada sekolah ELS (Europeesche Lagere School). Di ELS sejak diperbolehkan siswa pribumi mulai muncul penolakan dari orang-orang Eropa/Belanda, sementara pemerintah masih membutuhkan sekolah ELS untuk pintu bagi pribumi ke peradaban Belanda. Pembentukan sekolah HIS adalah solusinya, suatu konsep pendidikan yang tidak ditemukan dimanapun.

Haagsche courant, 28-10-1914
Sekolah ELS dididik oleh guru-guru alumni Eropa/Belanda (sarjana pendidikan) sedangkan Inlandsche School diajar oleh guru-guru lulusan sekolah guru Kweekschool. Guru-guru di sekolah Kweekschool adalah guru-guru lulusan Kweekschool dan juga oleh guru-guru lulusan Eropa/Belanda apakah dengan beslit hulpacte atau hoofdacte. Pribumi pertama akte hilpacte dari Belanda adalah Willem Iskander yang pada tahun 1862 membuka Kweekschool di Tanobato, di Afdeeling Mandailing dan Angkola. Kweekschool pertama didirikan di Soerakarta pada tahun 1851 yang dipimpin oleh seorang Belanda.

Akhirnya Hoogere Kweekschool (HKS) dibuka secara resmi pada tanggal 1 Oktober 1914. Untuk posisi direktur sekolah dijabat oleh JD Wannen (lihat Haagsche courant, 28-10-1914). Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa lokasi HKS yang dipilih adalah Poerworedjo. Padahal sejak awal kota Poerworedjo tidak pernah dikaitkan dengan keberadaan adanya suatu lembaga pendidikan di masa lampau.

Sebagaimana diketahui sekolah guru Kweekschool pertama didirikan di Soerakarta tahun 1851. Pada tahun 1874 sekolah guru di Magelang dibuka yang mana siswa sekolah guru di Soerakarta ditransfer ke Magelang (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 06-11-1874). Namun dalam perjalanannya, sekolah guru di Magelang sempat ditutup tetapi dibuka kembali pada tahun 1877 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-10-1877). Seperti sekolah guru lainnya, sekolah guru Magelang juga akhirnya ditutup kembali tahun 1885 (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 30-01-1885). Hal serupa di Soerakarta adalah sekolah guru di Tanobato ditutup tahun 1874 karena akan dibuka sekolah guru di Padang Sidempoean pada tahun 1879. Dalam perjalanannya sekolah guru Padang Sidempoean ditutup tahun 1892. Sekolah guru lainnya yang pernah eksis dan telah ditutup adalah Kweekschool Tondano, Sulawesi (ditutup 1875), Kweekschool Banjarmasin (1893) dan Kweekschool Makassar (1895) serta Kweekschool Ambon.

Seperti disebutkan di atas HKS akan menerima lulusan dari lima Kweekschool yang tersisa yakni Bandoeng, Oengaran, Probolinggo, Jogjakarta dan Fort de Kock. Kweekschool Fort de Kock dibuka sejak 1856, Kweekschool Bandoeng dibuka sejak 1866 dan Kweekschool Probolinggo sejak 1875. Pada tahun 1897 di Djogjakarta dibuka sekolah guru tepatnya pada tanggal 7 April 1897 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 05-04-1897). Dalam perkembangannya, dibangun sekolah guru di Oengaran, Semarang yang dibuka tahun 1909 (lihat De Preanger-bode, 22-09-1909).

Pilihan Poerworedjo sebagai lokasi HKS boleh jadi karena faktor posisinya yang strategis diantara lima kweekschool yang masih tersisa. Akses moda transportasi kereta api ke Poerworedjo juga menjadi faktor pertimbangan. Faktor lainnya juga karena Poerworedjo adalah salah satu pusat perkembangan ekonomi yang penting di Jawa. Dengan adanya HKS akan dimungkinkan menambah banyak guru untuk sekolah HIS dan pada gilirannya memperbanyak sekolah HIS yang akan didirikan.

Sekolah HIS di Jogjakarta didirikan tahun 1918 (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 13-10-1920). Sebelumnya, sejak tahun 1914 sudah dibuka sejumlah sekolah HIS di berbagai kota. Kepala sekolah HIS adalah alumni sekolah guru di Eropa.

HIS Padang Sidempoean, 1915
Pada tahun 1918 Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia lulus dan mendapat akte guru Eropa (sarjana pendidikan). De Maasbode, 13-09-1919: ‘Tadoeng Gelar Soetan Goenoeng Moelia, di Leiden, diangkat sebagai guru dalam pendidikan Hindia Belanda’. De Preanger-bode, 14-12-1919: ‘Soetan Goenoeng Moelia berdasarkan beslit Gubernur Jenderal ditempatkan di HIS Bengkoelen’. Soetan Goenoeng Moelia diangkat pemerintah menjadi guru dan ditempatkan sebagai kepala sekolah di Sipirok sebagaimana diberitakan Algemeen Handelsblad, 18-07-1920. Pada tahun berikutnya Soetan Goenoeng Moelia menjadi anggota Volksraad (lihat De Preanger-bode, 03-03-1921). Disebutkan Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia diangkat menjadi anggota Volksraad. Sementara menjadi anggota Volksraaf, selanjutnya Soetan Goenoeng Moelia, guru pendidikan Eropa, diangkat menjadi kepala sekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang baru dibuka di Kotanopan (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 02-05-1921).

HIS Padang Sidempoean dibuka pada tahun 1915. Gedung sekolah yang digunakan adalah eks gedung Kweekschool Padang Sidempoean yang dibuka tahun 1879 dan ditutup pada tahun 1892.

Dalam perkembangannya HKS dibuka di Bandoeng pada tahun 1920. Pembukaan HKS di Bandoeng adalah peningkatan Kweekschool di Bandoeng. HKS Bandoeng akan dibuka bulan Juli 1920. Yang akan menjadi direktur HKS Bandoeng adalah JD Winnen yang saat ini sebagai direktur HKS di Poerworedjo (lihat De Preanger-bode, 13-04-1920). Untuk menjadi direktur HKS Poerworedjo adalah Koert (lihat De Preanger-bode, 19-05-1920),

De Preanger-bode, 19-05-1920
Untuk mendukung HKS Bandoeng sejumlah guru didatangkan. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 11-06-1920 memberitakan pengangkatana FW Kromhout sebagai guru di HKS Bandoeng yang sekarang menjadi guru di Kweekschool di Semarang (Oengaran).

Dengan didirikannya HKS di Bandoeng maka jumlah HKS menjadi dua buah di Hindia selain yang sudah ada di Poerworedjo. Kedua HKS ini kebetulan diawali oleh JD Winnen sebagai direktur. Pada tahun 1923, setelah sekian lama mengabdi,  JD Winnen sebagai direktur Hoogere Kweekschool di Bandoeng diberikan cuti ke Eropa selama dua tahun (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-08-1923).

Pada tahun 1923, Gading Batubara Josua lulus di Kweekschool Fort de Kock dan langsung melanjutkan studi ke HKS Poerworedjo. GB Josua lahir di Hoetapadang, Sipirok 10 Oktober 1901 (10-10-01). Setelah lulus, Gading Batoebara pulang kampung dan menjadi guru sementara di HIS swasta Sipirok, Afdeeling Padang Sidempoean (kampung halamannya). Kemudian Gading Batoebara merantau dan menjadi guru di Tandjoengpoera (Langkat). Tidak lama di Tandjongpoera, GB Josua tertarik atas tawaran untuk memajukan sekolah HIS swasta di Doloksanggoel. Kehadirannya membuat sekolah HIS Doloksanggoel maju pesat hingga akhirnya diakuisisi oleh pemerintah menjadi HIS negeri. Sukses GB Josua merancang HIS di Doloksanggoel membuat namanya diperhitungkan oleh pemerintah Nederlansch Indie. Dalam perkembangannya, Gading Batoebara Josua (GB Josua) diangkat menjadi guru pemerintah dan ditempatkan di Schakel School Medan (lihat De Sumatra post, 17-09-1928). Pada tahun 1929 GB Josua melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda di Groningen.

Pada tahun 1929 di Magelang dibuka sekolah HKS filial. Yang diangkat menjadi direktur sekolah HKS filial di Magelang adalah H Schroo (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-07-1929). Tidak diketahui mengapa di Magelang dibuka sekolah HKS filial padahal sekolah HKS sudah ada di Poerworedjo dan Bandoeng.

Bataviaasch nieuwsblad, 06-07-1929
Di Magelang sendiri sudah ada Kweekschool. Oleh karena itu dengan adanya sekolah HKS filial maka di Megelang akan terdapat sekolah Kweekschool dan sekolah HKS. Sebagaimana disebut di atas, sekolah Kweekschool di Magelang ditutup tahun 1885. Namun dalam perkembangannya pada tahun 1921 sekolah guru Kweekschool di Magelang dibuka kembali (lihat De Preanger-bode, 28-11-1921).

Mengapa HKS filial tahun 1929 dibuka di Megelang secara bertahap mulai dapat dipahami. Pada tahun 1930 HKS Poerworedjo diputuskan tidak menerima siswa baru lagi. Untuk siswa yang ingin melanjutkan tingkat tiga diarahkan ke HKS Bandoeng, sedangkan yang ingin melanjutkan ke tingkat dua diarahkan ke HKS filial di Magelang. Seperti rumor yang pernah muncul, sekolah HKS Bandoeng juga harus ditutup pada tahun 1931. Untuk siswa yang ingin melanjutkan diarahkan ke HKS di Magelang. Setelah menyelesaikan semua siswa HKS tahun 1932, sekolah HKS Magelang juga ditutup. Direktur HKS Magelang H Schroo mau tak mau harus direlokasi menjadi guru di sekolah OSVIA di Makassar (lihat De Indische courant, 05-07-1932).

Salah satu alumni sekolah HKS Poerworedjo, GB Josua yang berangkat studi ke Belanda adiberitakan telag lulus dan mendapat akte Lager Onderwijs (LO). GB Josua kembali ke tanah air dengan menumpang kapal ss. Patria dari Rotterdam 4 November 1931 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 01-12-1931). Dalam perkembangannya GB Josua mendirikan sekolah HIS di Medan (lihat De Sumatra post, 02-07-1932). Sekolah ini disebut Josua Institute (kini masih eksis dengan nama Perguruan Josua).

Akte guru LO (Lager Onderwij) adalah setara dengan sarjana muda lisensi Eropa/Belanda.  Seperti disebutkan di atas, Soetan Goenoeng Moelia mendapat akte MO (Middlebare Onderwij) yang setara dengan sarjana lisensi Eropa. Oleh karena itu, Soetan Goenoeng Moelia bisa menjadi direktur sekolah HIS pemerintah. Selumnya orang pribumi yang menjabat direktur HIS adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan yang telah mendapat beslit MO di Belanda pada tahun 1913.

Normaal School dan Pedagogie Hogeschool

Penutupan HKS (Hoogere Kweekschool) boleh jadi karena sekolah guru Normaal School sudah banyak didirikan oleh pemerintah di berbagai tempat. Jika sekolah HIS awalnya dibentuk untuk memperkaya pemahaman (bahasa) Belanda, sekolah Normaal School lebih dimaksudkan untuk lebih memperkaya pemahaman budaya Indonesia.

Normaal School di Meester Cornelis, 1925
Salah satu sekolah Normaal School di Hindia yang terkenal adalah Normaal School yang didirikan di Meester Cornelis (kini Jatinegara). Pada tahun 1922 yang menjadi direktur Normaal School di Meester Cornelis adalah Soetan Casajangan. Soetan Casajangan meninggal tahun 1927 dan sebagai penggantinya diangkat Soetan Goenoeng Moelia.

Sekolah Normaal School diharapkan untuk menggantikan peran sekolah guru Kweekschool. Sehubungan dengan ditutupnya HKS, maka peran Normaal School ini lebih ditingkatkan. Awalnya Normaal School setara SMP lalu dinaikkan setara SMA. Dengan demikian Normaal School dapat menggantikan peran HKS (setara SMA).

Untuk menghasilkan guru-guru pada sekolah menengah atas (AMS) pada tahun 1938 dilakukan kursus dua tahun di Bandoeng. Kursus ini dimaksukan untuk menjadi guru AMS tidak perlu lagi studi ke Belanda. Salah satu guru pada kursus ini adalah Soetan Goenoeng Moelia.

Setelah berakhirnya era kolonial Belanda, pada saat pendudukan Jepang sekolah-sekolah guru banyak yan ditutup dan dibentuk sekolah guru yang baru. Pada era kemerdakaan untuk menghasilkan guru untuk sekolah dasar dibentuk Sekolah Guru Bawah (SGB) dan untuk guru-guru sekolah menengah (SMP) dibentuk Sekolah Guru Atas (SGA). Dalam perkembangannya SGB ini mebnjadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan SGA ini menjadi PGSLP. Untuk guru-guru yang mengajar di SMA adalah lulusan perguruan tinggi yaitu Fakultas Pedagogi. Fakultas ini baru mulai dirintis pesca pengakuan kedaualtan RI. Dalam menyusun konsep fakultas pendidikan ini peran Soetan Goenoeng Moelia sangat penting. Fakultas Pedagogi ini menjadi cikal bakal Universitas Pendidikan Indonesia di Bandoeng.

Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 23-01-1951: Rencana Fakultas Pedagogi di Bandoeng. Tiga opsi tersedia untuk ini; yaitu bahwa fakultas yang dimaksud didirikan oleh Pemerintah, oleh yayasan swasta atau oleh pemerintah kota Bandoeng. Namun, pendirian fakultas ini akan dihadapkan dengan kekurangan guru yang besar, terutama di bidang filsafat, psikologi, didaktik, sosiologi, dan pedagogi teoretis dan historis. Tentu saja, tenaga asing harus direkrut untuk mata pelajaran ini. Di Indonesia modern hanya ada dua orang Indonesia yang berwenang mengajar pedagogi, yaitu Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D di Jakarta dan Drs. Sigit, profesor di Universitas Gadjah Mada di Djogjakarta. Namun, pendirian Fakultas Pedagogis di Bandoeng tidak akan menyebabkan banyak kesulitan, karena telah ada Kursus Pedagogis di sini selama dua tahun terakhir, dengan bantuan guru yang berkualitas (kebanyakan Belanda). Tujuannya adalah bahwa perkuliahan di Fakultas Pedagogi di Bandung ini akan berlangsung selama lima tahun’.

Soetan Goenoeng Moelia tidak hanya meraih beslit LO dan MO, Soetan Goenoeng Moelia juga meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang pendidikan tahun 1933 di Universiteit Leiden. Soetan Goenoeng Moelia di era kolonial pernah menjadi Inspektur Pendidikan Pribumi dan di era kemerdekaan menjadi Menteri Pendidikan RI yang kedua (menggantikan Ki Hadjar Dewantara).


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar