Laman

Jumat, 19 Februari 2021

Sejarah Ternate (7): Sejarah Pulau Morotai, Mengapa Muncul Nama Moro di Kepulauan Maluku? Morotia, Rao, Aru dan Daruba

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Nama (pulau) Morotai adalah satu hal dan orang Moro adalah hal lain lagi. Sejarah (pulau) Morotai dihubungkan dengan nama Tobelo, Galela dan Tobaru di pulau Gilolo (kini Pulau Halmahera). Dalam perkembangannya di barat pulau Gilolo muncul kota-kota pelabuhan di pulau Ternate, pulau Tidore, pulau Motir, pulau Machian dan pulau Bachian. Semua pulau-pulau tersebut oleh pelaut-pelaut Portugis disatukan dengan nama tunggal sebagai Kepulauan Maluku.

Pulau Morotai terbilang pulau paling timur laut Indonesia. Oleh karena itu, pada era perang Pasifik (1942-1945), orang Jepang yang sudah eksis di Palau membangun lapangan terbang di pulau Morotai yang kemudian diambilalih oleh militer Amerika Serikat. Nama (pulau) Morotai pada masa kini menjadi nama kabupaten (Kabupaten Pulau Morotai) di Provinsi Maluku Utara (pemekaran kabupaten Halmahera Utara tahun 2008). Kabupaten Pulau Moratai (ibu kota di Daruba) terdiri dari lima kecamatan di pulau Morotai (Morotai Selatan, Morotai Selatan Barat, Morotai Jaya, Morotai Utara dan Morotai Timur) dan satu kecamatan di pulau Rao (Kecamatan Pulau Rao; ibu kota di Leo-Leo). Di kecamatan Pulau Rao terdapat nama kampong kuno, Aroe.

Lantas bagaimana sejarah (pulau) Morotai? Pada masa ini nama Morotai merujuk pada nama Moro. Lalu apakah ada hubungan antara nama Morotai dengan nama Daruba (nama ibu kota kabupaten Pulau Morotai). Tidak itu saja, tetangga pulau Morotai disebut pulau Rao dan di pulau ini terdapat nama kampong kuno Aru. Nama-nama Rao, Aru dan Daruba pada era Portugis sudah diidentifikasi di pulau Sumatra. Apakah itu menjadi penting? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Moro, Morotai, Rao, Aru dan Daruba

Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data. semuanya ada permulaan. Lantas bagaimana permulaan (nama) pulau Morotai? Yang jelas pada era Portugis pantai barat pulau Halmahera disebut tanjung dan pesisir Moro (Cabo del Moro dan Costa del Moro). Nama Moro dalam hal ini begitu penting di pulau Halmahera (pulau Gilolo). Nama Morotai diduga kuat merujuk pada nama Moro. Sedangkan nama Moro sendiri merujuk pada nama orang Moor. Pada masa kini di pulau Morotai ada nama-nama Rao, Aru dan Daruba. Lalu apakah semua nama-nama itu saling terkait?

Pada peta-peta Portugis di pantai timur Sumatra (seberang Semenanjung, Malaka) terdapat nama kerajaan Aru yang namanya juga ditulis sebagai de Aroe, d’Aroe atau Daroe. Antara pantai timur dan pantai barat semenanjung (di selat Malaka) diidentifikasi nama pulau Aru. Pada peta Portugis tersebut, kerajaan Aru atau Daroe berada di daerah aliran sungai Baroemoen (B-aroe-moen). Bagian selatan wilayah kerajaan Aru atau Daroe disebut wilayah Rauw atau Rao. Berdasarkan Mendes Pinto (1539) dalam bukunya bahwa Kerajaan Aru (Batak Kingdom) diperkuat oleh orang-orang Moor. Kerajaan ini menurut Mendes Pinto memiliki kekuatan 15.000 pasukan yang mana sebanyak 8.000 Batak dan yang lainnya didatangkan dari Djambi, Broenai dan Luzon. Orang Moor adalah orang beragama Islam dari Afrika Utara (Mauritania, Maroko dan Tunisia) yang pernah menaklukkan Eropa selatan di jaman khalifah. Orang-orang Moor di India, Sumatra dan Semenanjung adalah pendahulu (predecessor) orang-orang Portugis. Seorang Moor (asal Tunisia) pada tahun 1345 pernah mengunjungi Pasai, Malaka, Filipina dan Tiongkok (sebelum era Cheng Ho). Dalam hal ini orang-orang Moor mendahului orang-orang Portugis ke Hindia Timur sekitar dua abad. Lantas apakah orang-orang Moor juga telah mencapai Maluku jauh sebelum kehadiran Portugis hingga ke pulau Aru (kepulauan Aru) dan B-aroe?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Morotai dari Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar