Laman

Kamis, 18 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (240): Pahlawan Nasional Tidak Diketahui Makam; Mengapa Ada Pahlawan Tidak Memiliki Ahli Waris?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Indonesia seharusnya diketahui dimana dimakamkan apalagi yang bergelar Pahlawan Nasional. Mengapa? Bukan karena pemerintah telah menyiapkan makam pahlawan di pusat (TMP Kalibata, Jakarta) maupun di daerah, tetapi karena supaya rakyat Indonesia dapat mengunjungi untuk ziarah. Faktanya ada sejumlah Pahlawan Nasional yang tidak diketahui dimana dimakamkan. Ternyata hingga kini diantara Phalawan Nasional apakah yang telah diketahui makam atau belum ada yang tidak memiliki ahli waris. Mengapa?

 

Beberapa tahun yang lalu Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial menyebut dari semua tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan nasional, 76 di antaranya tidak memiliki keluarga atau ahli waris. Mengapa itu diperlukan? Ahli waris Pahlawan Nasional memiliki hak mendapatka bantuan berupa tunjangan sebesar Rp 1,5 juta setiap bulan dan bantuan kesehatan Rp 3 juta setahun. Selain itu jika rumah ahli waris tidak layak huni akan dibantu perbaikan rumah sebesar Rp 25 juta. Pahlawan Nasional berhak dimakamkan di taman makam pahlawan baik di pusat maupun daerah, tapi bagi ahli waris yang tetap menginginkan makamnya ditempat semula akan dilakukan perawatan, Hingga saat ini sebanyak 10 Pahlawan Nasional belum diketahui makamnya. Mereka adalah Yos Sudarso, Supriyadi, Muwardi, Tan Malaka, Martha Christina Tiahahu, I Gusti Ketut Jelantik, Pattimura, Anak Agung Gde Agung, Slamet Riyadi dan I Gusti Ketut Pudja.

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional yang tidak diketahui dimana makamnya dan bagaimana sejarah Pahlawan Nasional yang tidak memiliki ahli waris. Lalu bagaimana Pahlawan Nasional tidak memiliki ahli waris dan Pahlawan Nasional tidak diktehui makam? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Nasional Tidak Diketahui Dimana Makam

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tokoh Pemuda Menteri Paling Lama Era Presiden Soekarno

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar