Laman

Minggu, 19 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (303): Pahlawan Nasional Dr Sam Ratulangi Asal Minahasa; Indische Vereeniging dan Nama Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Sam Ratulangi sangat terkenal, khususnya di Sulawesi Utara. Tidak hanya nama jalan, juga nama universitas dan bandara. Sam Ratulangi adalah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional, Tentulah sejarah Sam Ratulangi telah ditulis, namun tentu saja masih perlu dilengkapi.

Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (5 November 1890 – 30 Juni 1949) atau Sam Ratulangi adalah seorang Pahlawan Nasional. Ratulangi termasuk anggota PPKI dan menjadi Gubernur Sulawesi pertama. Sam Ratulangi lahir di Tondano, putra Jozias Ratulangi, seorang guru di Hoofden School di Tondano, menerima pelatihan guru di Haarlem, Belanda tahun 1880. Setelah lulus ELS melanjutkannya di Hoofden School, Pada tahun 1904 melanjutkan studi di sekolah teknik KWS Batavia, lulus tahun 1908 dan bekerja pada konstruksi rel kereta api di Priangan selatan. Pada tahun 1911, Ratulangi kembali ke Minahasa, karena ibunya sakit parah. Ibunya meninggal pada tanggal 19 November 1911. Ayahnya sudah meninggal waktu ia berada di Jawa. Ratulangi kemudian melanjutkan pendidikan di Belanda dan tiba di Amsterdam tahun 1912. Pada tahun 1913 mendapat akta mengajar matematika (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek). Ratulangi melanjutkan studinya di universitas Amsterdam selama dua tahun lagi. Namun tidak dapat menyelesaikan studinya. Karena aturan universitas mengharuskan lulus sekolah HBS atau AMS. Ratulangi mendaftarkan di Universitas Zurich. Pada tahun 1919 memperoleh gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.) untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam. Ratulangi juga aktif di dalam organisasi Indische Vereeniging dan terpilih sebagai ketua tahun 1914. Di Swiss, aktif di Asosiasi Mahasiswa Asia (Associations d'étudiants asiatiques). Ratulangi juga aktif menulis. Salah satu artikel berjudul Sarekat Islam diterbitkan di Onze Kolonien (1913), isinya tentang pertumbuhan koperasi pedagang lokal Sarekat Islam dan juga memuji gerakan Boedi Oetomo. Kembali ke tanah air tahun 1919 dan mengajar matematika dan sains di sekolah teknik Prinses Juliana School di Yogjakarta. Setelah tiga tahun pindah ke Bandung dan memulai perusahaan asuransi Assurantie Maatschappij Indonesia dengan Roland Tumbelaka, seorang dokter. Ini adalah contoh pertama yang diketahui dari kata ‘Indonesia’ yang digunakan dalam dokumen resmi. (Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah Sam Ratulangi? Seperti disebut di atas, Sam Ratulangi adalah salah satu pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah Sam Ratulangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Nasional Dr Sam Ratulangie, Guru Anak Guru: Indische Vereeniging

Sam Ratulangi dengan kapal ss van Riemsdij dari Maluku, singgah di Soerabaja dengan tujuan akhir Batavia (lihat Soerabaijasch handelsblad, 27-12-1904).  Pada bulan Maret 1905 Sam Ratulangi pulang kampong dengan kapal ss van Riemsdijk (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-03-1905). Tidak lama kemudian Sam Ratulangi kembali ke Batavia. Sam Ratulangi diterima di sekolah Koningin Wilhelmina School di Batavia (lihat De Preanger-bode, 12-05-1905), Disebutkan di Koningin Wilhelmina School lulus ujian masuk di afdeeling B dari 51 peserta sebanyak 38 berhasil diantaranya Sam Ratulangi. Satu kelas denganya antara lain R Roedjito, EW Pattiwael, A Latumanuwij, Karnawidjaja dan Raden Soedarsono.

Koningin Wilhelmina School (KWS) adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan umum Afdeeling A (HBS III) dan pendidikan kejuruan (afdeeling B). Gedung KWS kini menjadi STM Budi Utomo (SMKN 1 Jakarta). Sekolah ini berbeda dengan Koning Willlem III (KW III) yang dibuka tahun 1860 sebagai sekolah menengah umum (HBS III tiga tahun dan HBS V lima tahun). Siswa yang diterima di KWS dan KW III adalah lulusan sekolah dasar ELS. Lulusan KW III lima tahun dapat melanjutkan studi ke universitas di Belanda. Sedangkan lulusan KWS kejuruan langsug ditempatkan di berbagai pekerjaan. Lama studi tiga tahun. Ada tiga jurusan yang terdapat di KWS, yaitu Bouwkundigen dan Werktuigkundigen dan Mijnbouwkundigen.

Pada tahun 1907 Sam (SJSG) Ratulangi lulus ujian naik dari kelas dua ke kelas tiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-05-1907). Sam ratulangi pulang kampong dengan kapal ss van Riemsdjik (lihat Soerabaijasch handelsblad, 02-07-1907). Pada tahun 1908 Sama Rtulangi lulus ujian akhir di KWS (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-05-1908). Disebutkan lulus ujian akhir mendapat diploma teknik mesin (Werktuigkunde) diantaranya Sam Ratulangi.

Pada tahun ini nun jauh disana di Belanda, Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan menginisiasi pertemuan dengan mengundang seluruh mahasiswa Indonesia di Belanda di rumah di Leiden. Hasil pertemuan ini dibentukan organisasi mahasiswa yang diberi nama Indische Vereeniging. Sebagai presiden diangkat Soetan Casajangan dengan sekretaris Raden Soemitro (yang baru tahun ini tiba di Belanda lulusan HBS lima tahun di Semarang. Soetan Casajangan tiba di Belanda pada tahun 1905 yang mana jumlah mahasiswa pribumi baru satu orang yakni Raden Kartono (abang dari RA Kartini) lulusan HBS lima tahun Semarang tahun 1896. Saat pendirian Indische Vereeniging ini tahun 1908 sudah ada mahasiswa sekitar 20an orang. Soatan Casajangan adalah lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean yang melanjutkan pendidikan keguruan ke Belanda.

Dimana Sam Ratulangi ditempatkan tidak terinformasikan. Pada tahun 1912 Sam Ratulangi diketahui berangkat ke Belanda dengan kapal ss Rembrandt berangkat dari Batavia tanggal 21 Maret 1912 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-03-1912), Disebutkan di dalam manifest kapal Sam Ratulangi dengan status guru kelas 1. Dimana Sam Ratulangi memperoleh akta guru tidak terinformasikan. Sekolah guru (kweekschool) terdekat dari Batavia berada di Bandoeng. Pada bulan Agustus Sam Ratulangi dkk di Amsterdam membentuk suatu perkumpulan dengan nama Setia Tanah Hindia (lihat Het vaderland, 30-08-1912). Disebutkan perkumpulan ini didirikan oleh para pelajar muda Hindia yang bertujuan untuk memberikan nasehat dan bantuan kepada mereka yang datang tak lama dari Hindia Belanda. Perkumpulan ini juga akan menyediakan informasi kepada pihak yang berkepentingan tentang semua kemungkinan lembaga pendidikan di Belanda. Pengurus sementara S. Ratulangi sebagai ketua, Willy M. Lans, sekretaris dan WJ van Rijn sebagai bendahara.

Pada tahun 1905 Soetan Casajangan pernah melakukan untuk tujuan serupa ini (bagi siswa pribumi di Hindia) dengan menulis artikel di majalah yang diterbitkan di Amsterdam Bintang Hindia. Siapa rekan-rekan Sam Ratulangi mendirikan perkumpulan itu tidak diketahui secara jelas, dari namanya adalah orang Belanda (dari Hindia). Yang jelas Soetan Casajangan dan Sam Ratulangi, guru tetaplah guru. Ketua Indische Vereeniging tahun 1912 adalah RM Noto Soeroto. Soetan Casajangan sendiri pada tahun 1909 lulus ujian mendapat akta guru LO di Rijkskweekschool dan pada tahun 1911 lulus ujian mendapat akta guru MO (setara lulusan IKIP sekarang, sarjana pendidikan). Pada tahun 1913 Soetan Casajangan kembali ke tanah air dan diangkat menjadi direktur sekolah guru Kweekschool Fort de Kock.

Bagaimana pendidikan Sam Ratulangi di Belanda tidak terinformasikan. Yang jelas pada bulan Desember 1913 Sam Ratulangi menulis brosur (makalah) yang berjudul Sarikat Islam yang diterbitkan Holland Drukkerij, di Baarn (lihat De standaard, 20-12-1913). Sebelumnya Soetan Casajangan telah menerbitkan makalah berjudul 'Indische Toestanden Gezien door Een Inlander' (negara bagian di Hindia Belanda dilihat oleh penduduk pribumi) yang juga diterbitkan di Baarn oleh pernerbit Hollandia-Drukkerij. Apakah Soetan Casajangan dan Sam Ratulangi telah berbisa bersama? Lantas apakah estafet dari Soetan Casajangan akan diteruskan oleh Sama Ratulangi? Soetan Casajangan sendiri telah kembali ke tanah air pada bulan Juli 1913 (setelah meninggalkannya pada tahun 1905).

Buku 'Indische Toestanden Gezien door Een Inlander' adalah sebuah makalah monograf (kajian ilmiah) setebal 48 halaman yang mendeskripsikan dan membahas tentang perihal ekonomi, sosial, sejarah budaya Asia Tenggara (nusantara) dan pertanian di Indonesia. Buku ini berangkat dari pemikiran bahwa sudah sejak lama penduduk pribumi merasakan adanya dorongan untuk penyatuan yang lebih besar yang kemudian dengan munculnya berbagai sarikat, antara lain Indisch Vereeniging (digagas oleh Soetan Casajangan), Boedi Oetomo (digagas oleh Wahidin) dan Sarikat Dagang Islam. Dalam buku ini terang-terangan Soetan Casajangan menyinggung Undang-Undang di Hindia Belanda yang membatasi konsesi untuk warga pribumi yang mana menurut Soetan Casajangan hanya orang Eropa hak konsesi dapat diberikan sementara penduduk pribumi asli haknya justru dirampas. Lebih lanjut, Soetan Casajangan mengutarakan tuntutan yang sangat mendasar bahwa persamaan di hadapan hukum bagi orang pribumi dan orang Belanda harus dengan segera diwujudkan. Menurut Soetan Casajangan  di Belanda sendiri tidak semua orang sifat, tabiat dan kebajikannya sama tapi toh diperlakukan sama di hadapan hukum. Di Hindia Belanda mengapa tidak? Untuk itu, menurut Soetan Casajangan pemerintah Belanda juga harus menyelenggarakannya di bidang pendidikan termasuk pengadaan beasiswa. Dalam makalah ini, Soetan Casajangan juga menuntut kepada pihak pemerintah Belanda hal yang sama di bidang penerangan pertanian dan penggalakan perdagangan. Dengan kesamaan hukum tersebut pribumi akan mendapat kemajuan yang sama dengan orang-orang Belanda baik di bidang pendidikan, pertanian maupun perdagangan. Tulisan Soetan Casajangan ini juga mengkritik disparitas harga kopi dimana harga jual kopi lokal hanya dihargai sebesar f40 per pikul sementara harga jual kopi di pasar Eropa berkisar f70-f90 (rata-rata dua kali lipat per pikul).

Pada bulan Januari Sam Ratulangi menyampaikan makalah di hadapan para anggota Vereeniging Oost en West afdeeling Amsterdam dengan topik Sejarah Minahasa (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 31-01-1914). Tampaknya Sam Ratulangi menjadi salah satu tokoh muda pribumi yang dipandang para ahli dan peminat Hindia di Belanda  untuk mendaparkan perspektif dari orang pribumi.

Vereeniging Oost en West sebelumnya bernama Moederland en Kolonien (Organisasi para ahli/pakar bangsa Belanda di negeri Belanda dan di Hindia Belanda yang beminat pada kajian Hindia), Soetan Casajangan pernh diundang organisasi ini pada tahun 1911 dengan makalah 18 halaman yang berjudul: 'Verbeterd Inlandsch Onderwijs' (peningkatan pendidikan pribumi): Berikut beberapa petikan penting isi presentasinya/pidatonya.

Geachte Dames en Heeren! (Dear Ladies and Gentlemen).

    ..saya selalu berpikir tentang pendidikan bangsa saya...cinta saya kepada ibu pertiwa tidak pernah luntur...dalam memenuhi permintaan ini saya sangat senang untuk langsung mengemukakan yang seharusnya..saya ingin bertanya kepada tuan-tuan (yang hadir dalam forum ini). Mengapa produk pendidikan yang indah ini tidak juga berlaku untuk saya dan juga untuk rekan-rekan saya yang berada di negeri kami yang indah. Bukan hanya ribuan, tetapi jutaan dari mereka yang merindukan pendidikan yang lebih tinggi...hak yang sama bagi semua...sesungguhnya dalam berpidato ini ada konflik antara 'coklat' dan 'putih' dalam perasaan saya (melihat ketidakadilan dalam pendidikan pribumi).

Pada awal tahun 1915 diberitakan Sam Ratulangi terpilih menjadi ketua Indische Vereeniging menggantikan Noto Soeroto (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 01-02-1915). Dalam tahun ini juga pada bulan September 1915 Sam Ratulangi diberitakan telah lulus ujian dan mendapat akta guru MO Matematika (lihat Het vaderland, 13-09-1915). Ini menjelaskan bahwa selama ini Sam Ratulangi diduga telah banyak berinteraksi dengan Soetan Casajangan sebelum pulang ke tanah air. Guru tetaplah guru. Sesama guru bertukar pikiran dan memiliki bidang perhatian yang kuat dalam bidang pendidikan. Mereka kini telah sama-sama memiliki akta MO (dua yang pertama orang Indonesia). Dua guru yang pernah menjadi ketua Indische Vereeniging.

Yang datang di Belanda dengan Sam Ratulangi pada tahun yang sama (1912) Soewardi Soerjaningrat hanya sampai akta LO sebelum pulang ke tanah air. Kapan akta LO diperoleh Sam Ratulangi kurang terinformasikan. Kelak yang mendapat akta MO ini antara lain Dahlan Abdoellah dan Samsi Widagda di Universiteit Leiden serta Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Catatan: Soewardi Soerjaningrat kelak dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara yang menjadi Menteri Pendidikan RI pertama (Soetan Goenoeng Moelia yang meraih gelar doktor/Ph.D tahun 1933 adalah Menteri Pendidikan kedua). Satu lagi yang mendapat akta MO adalah Tan Malaka, lulusan sekolah guru di Fort de Kock (yang tiba di Belanda pada tahun 1913). Catatan: akta LO bisa mengajar di ELS/HIS, sedangkan akta MO dapat menjadi direktur di ELS/HIS. Akta MO diperoleh di perguruan tinggi pendidiakn Rijkskweekschool seperti Soetan Casajangan dan Tan Malaka dan juga dapat dipeoleh dari universitas seperti Sam Ratulangi, Dahlan Abdoellah dan Soetan Goenoeng Moelia. MO dari universitas disebut mata pelajarannnya yang mana dalam hal ini Sam Ratulangi Mo Matematika.   

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sam Ratulangi: Pendidikan dan Asuransi Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar