Laman

Minggu, 17 Januari 2021

Sejarah Banten (23): Lebak-Rangkasbitung; Sungai Tjidoerian Djasinga Batas Lebak dan Sungai Tjioedjoeng via Kota Rangkasbitung

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Tidak ada yang pernah mengetahui Pandeglang dan Lebak. Semua keramaian hanya di kota-kota pantai: Tanara, Pontang, Banten, Anjer, (pulau( Tjaringin dan Panimbang, Kerajaan Banten yang terbentuk di pantai di muara sungai Karangantoe tidak memiliki akses ke pedalaman di dataran tinggi. Hanya dengan melalui para pedagang Cina mereka terhubung dengan kota-kota pantai. Lebak dan Pandeglang hidup tenang, damai dan sangat menyatu dengan alam (ladang berpindah masih dipraktekkan)..

Wilayah pegunungan (Lebak dan Pandeglang) bagaikan kotak pandora bagi orang asing (terutama orang Eropa). Wilayah pegunungan ini sudah terhubung dengan kota-kota pantai di utara dan barat sejak zaman kuno (era Hindoe). Secara perlahan, sejak era Islam (kesultanan Banten) sedikit banyak pengaruh Islam memasuki wilayah pegunungan (namun tidak secara keseluruhan). Wilayah pegunungan (terutama Lebak) mulai terbuka dari sisi timur melalui sungai Tjisadane, sungai Tjianteun dan sungai Tjikaniki sehubungan dengan masuknya Eropa (VOC) untuk memperluas pedagangan dari (pelabuhan) Tangerang. Untuk mendukung itu militer VOC mebangun benteng di Serpong, Tjiampea, Panjawungan (kini Leuwiliang) dan Djasinga pada awal tahun 1700 (setelah berakhirnya perang sudara di kesultanan Banten). Pembentukan tanah partikelir (land) di sisi barat sungai Tjisadane dan daerah aliran sungai Tjikaniki serta di hulu sungai Tjidoerian (Djasinga) dan pengembangan pertanian ole investor asing semakin membuka isolasi penduduk pegunungan (terutama di wilayah Lebak).

Lantas sejak kapan sejarah Lebak, khususnya sejarah Rangkasbitung dalam arti (ketersediaan data empiris)? Seperti disebut di atas, sejarah Lebak dan Rangkasbitung haruslah mengikuti perkembangan yang terjadi di pantai utara (Banten), di pantai barat (Anjer dan Tjaringin) dan sisi barat sungai Tjisadane dan hulu sungai Tjidoerian (yang bermuara ke pantai utara melalui Balaradja). Sungai Tjidoerian sendiri adalah batas wilayah (independen) Lebak dengan Buitenzorg. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banten (22): Pulau Deli dan Pulau Tinjil Pantai Selatan Pandeglang; Kerajaan Kuno Angaina dan Aionaora Selatan Jawa

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Seperti halnya di pantai utara (pulau) Jawa, di pantai selatan (pulau) Jawa banyak kota-kota pelabuhan (kerajaan-kerajaan kecil di pantai) yang eksis sebelum (kerajaan) Demak menduduki kota pelabuhan Banten. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai utara antara lain Tangerang, Tanara, Pontang, di pantai barat Anjer dan Panimbang dan di pantai selatan Sibongar, Sisurade dan Djampang Kulon.

Kerajaan-kerajaan kecil di pantai selatan (pulau) Jawa ini berdasarkan peta-peta Portugis antara lain Sebongar, Sesucar dan Junculon. Kerajaan Sebongar ini diduga nama tempat Tjiboengoer di sungai Tjimandiri (arah hulu Pelabuhan Ratu yang sekarang). Sementara Sesucar diduga nama tempat Surade yang sekarang. Sedangkan Junculon, adalah nama wilayah Djampang Kulon yang mereduksi menjadi Djoeng Kulon. Nama (pulau) di pantai barat Oedjoeng Koelon adalah hal yang lain. Pada peta-peta yang lebih tua buatan (berbahasa) Italia (Peta 1570) di pantai utara (pulau) Jawa diidentifikasi kota Demak dan Japara. Sementara di pantai selatan (pulau) Jawa diidentifikasi kota Angaina dan Aionaora. Nama yang mirip dengan Angaina ini adalah nama Angsana di pantai barat daya Banten (kini nama kecamatan Angsana, kabupaten Pandeglang). Nama tempat yang mirip dengan sulit diketahui. Pelabuhan Angaina berada di pantai selatan dan Aionaora berada di daerah aliran sungai, yang diduga sungai Tjimandiri tempat dimana kemudian diidentifikasi nama tempat Tjobongar. Dua nama tempat ini diduga adalah pelabuhan (kerajaan) Pakwan-Padjadjaran di pantai selatan Jawa.

Di pantai selatan, tidak jauh dari kerajaan-kerajan kuno di atas, terdapat dua pulau. Pulau ini sudah sejak lampau diidentifikasi dan masih eksis hingga ini hari yang dikenal sebagai Pulau Deli dan Pulau Tinjil (masuk wilayah kabupaten Pandeglang). Lantas apa menariknya sejarah dua pulau ini? Hal itulah yang ingin diketahui. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.