Laman

Minggu, 14 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (233): Pahlawan Nasional Supriyadi; Apakah Benar-Benar Hilang atau Hanya Menghilangkan Diri?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Supriyadi ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 Agustus 1975. Dalam berbagai tulisan disebutkan mantan perwira PETA pada era pendudukan Jepang menghilang (dan tidak pernah kembali). Mengapa? Lantas apakah Supriyadi benar-benar hilang atau hanya (sekadar) menghilangkan diri? Nieuwe courant, 12-10-1949 melaporkan Supriyadi masih hidup dan sehat. Lalu, mana yang benar?

Soeprijadi atau dikenal dengan nama Sodancoh Soeprijadi (lahir di Trenggalek, 13 April 1923 – menghilang 14 Februari 1945, dinyatakan meninggal 9 Agustus 1975) adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Supriyadi? Seperti disebut di atas, terdapat kontroversi terhadap apakah dia masih hidup atau hilang selamanya. Yang jelas hingga ini hari kisah Supriyadi masih dianggap menghilang. Lalu bagaimana duduk yang sebenarnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (232): Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII; 100 Persen Berjuang hingga Titik Darah Penghabisan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak pahlawan Indonesia hanya sekadar cerita. Pada dasarnya tidak dapat diverifikasi. Apakah ada hal serupa itu yang bergelar Pahlawan Nasional? Yang jelas ada yang pasang surut (maju mundur), ada yang cooperative dan ada yang non cooperative, ada yang menyerah kepada lawan (musuh) dan ada yang tidak berani berjuang dan bahkan ada yang mengorbankan bangsanya sendiri. Tentu saja masih banyak yang konsisten berjuang. Salah satu yang terus berjuang hingga titik darah penghabisan adalah Sisingamangaraja XII.

 

Sisingamangaraja XII dengan nama lengkap Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela (18 Februari 1845 – 17 Juni 1907) adalah seorang raja di negeri Toba, pejuang yang berperang melawan Belanda, kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sebelumnya ia dimakamkan di Tarutung Tapanuli Utara, lalu dipindahkan ke Soposurung, Balige pada tahun 1953. Sisingamangaraja XII naik takhta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Raja Sohahuaon Sinambela, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatra terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII? Seperti disebut di atas, Sisingamangaraja XII berjuang hingga titik darah penghabisan. Untuk sekadar diketahui Sisingamangaraja XII adalah pahlawan perang Indonesia yang terakhir (sebelumnya Teuku Umar sudah lebih dahulu wafat di medan perang). Lantas bagaimana Sisingamangaraja XII tetap konsisten berjuang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.