Laman

Rabu, 09 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (407): Pahlawan Indonesia dan Tan Eng Hoa Sarjana Hukum Anggota BPUPK;Rechthoogeschool Batavia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya Liem Koen Hian, Oey Tiang Tjoei dan Oei Tjong Hauw pada tahun 1945, Tan Eng Hoa juga menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Lepas dari besar kecil kontribusi setiap anggota, badan ini tentulah badan yang penting dimana Tan Eng Hoa sebagai anggota. Kapasitasnya saat itu memiliki portofolio yang tinggi diantara orang-orang Tionghoa. Meski begitu, sejarah Tan Eng Hoa kurang terinformasikan. Di laman Wikipedia narasi sejarahnya hanya seadanya..

Tan Eng Hoa (1907-April 1949) lahir di Semarang dan menempuh pendidikan di HBS. Dia lulus di bidang hukum dari Rechts Hogeschool di Batavia pada tahun 1932. Pada tahun 1945, ia mewakili masyarakat Tionghoa Indonesia di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dimana ia mengusulkan sebuah artikel untuk kebebasan berserikat dalam penyusunan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Ia meninggal pada April 1949 karena kanker pankreas.. (Wikipedia). Bagaimana narasi sejarah para tokoh begitu minim, bisa jadi karena keterbatasan data dan sulitnya menemukan akses informasi. Namun sejarah tetaplah sejarah. Narasa sejarah para tokoh penting seharusnya tetap dilengkapi.

Lantas bagaimana sejarah Tan Eng Hoa? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Tan Eng Hoa kurang terinformasikan meski namanya termasuk salah satu anggota BPUPKI. Lalu bagaimana sejarah Tan Eng Hoa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Tan Eng Hoa Sarjana Hukum Anggota BPUPKI

Tan Eng Hoa lahir di Semarang tahun 1907. Tang Eng Hoa melanjutkan studi di sekolar Eropa/Belanda. Pada tahun 1924 Tan Eng Hoa lulus ujian transisi HBS 5 tahun di Semarang, naik dari kelas empat ke kelas lima (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 03-05-1924). Satu kelas antara lain R Soemito, RM Soesalit, Moenah, H Harso M Soetardi dan M Soegiono. Pada tahun 1925 Tan Eng Hoa lulus ujian akhir di HBS Semarang (lihat De locomotief, 20-05-1925).

Siswa yang diterima di HBS adalah lulusan sekolah dasar berbahasa Belanda ELS atau HIS. Lama studi adalah lima tahun. HBS Semarang juga menyelenggarakan AMS 6 tahun. Salah satu lulusan pertama pribumi yang dikenal adalah Raden Kartono (abang dari RA Kartini) pada tahun 1896 yang kemudian melanjutkan studi ke Belanda. Setelah selesai studi R Kartono aktif di jurnalistik. Pada tahun-tahun terakhir diktehaui sudah berada di tanah air, aktif sebagai pengurus sekolah Taman Siswa yang berpusat di Jogjakarta. Dalam daftar satu kelas dengan Tan Eng Hoa terdapat nama RM Soesalit, yang besar dugaan adalah anak dari RA Kartini.

Tan Eng Hoa tidak melanjutkan studi ke Belanda, tetapi lebih memilih di dalam negeri. Pada tahun 1925 di Indonesia (baca: Hindia Belanda), paling tidak sudah ada dua perguruan tinggi yakni fakultas teknik THS di Bandoeng (dibuka tahun 1920) dan fakultas hukum RHS di Batavia (dibuka tahun 1924). Tan Eng Hoa studi di Rechthoogeschool (RHS) di Batavia. Pada tahun 1926 Tan Eng Hoa lulus ujian kandidat pertama (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-07-1926).

Yang sama-sama lulus ujian kandidat pertama dengan Tan Eng Hoa antara lain Raden Tirtawinata, Raden Santoso Tohar, Mas Soekirno, Mas Soegondo,  Joesoef Adiwinata, Mas Mohamad Moeksinoem dan Mas Soedardjat. Seperti kita lihat nanti Soegondo adalah ketua Kongres Pemuda 1928, sementara sebagai sekretaris adalah Mohamad Jamin dan bendahara Amir Sjarifoeddin Harahap. Ketiga panitia ainti Kongres Pemuda ini sama-sama studi di Rechthoogeschool Batavia.

Tan Eng Hoa tidak hanya pintar dalam studi juga jago dalam permainan olah raga tennis. Dalam pertandingan antara mahasiswa Bandoeng dan Batavia tahun 1927, Tan Eng Hoa salah satu pemain dari Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 06-09-1927). Pada tahun 1929 Tan Eng Hoa di RHS lulus ujian kandidat kedua (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-04-1929). Yang juga bersamaan lulus adalah Soenario dan MM Moeksinoem. Tan Eng Hoa terus aktif bermain tennis.

Pada akhir tahun 1929 Tan Eng Hoa mengikuti Choneesche Java Kampioenschap yang diadakan di Malang (lihat De locomotief, 17-12-1929). Tan Eng Hoa sebagai pemain ganda dari Batavia. Pada tahun 1930 dan 1931 Tan Eng Hoa masih aktif bermain tennis. Tampkanya Tan Eng Hoa lebih terkenal sebagai pemain tennis daripada mahasiswa fakultas hukum. Apakah Tan Eng Hoa telah lupa pada studinya?

Seperti kata ahli sejarah tempo doelo, jika menyukai olah raga jangan melalaikan studi. Olah raga membentuk badan yang sehat dan jiwa yang baik. Tampaknya Tan Eng Hoa mengikuti nasehat itu. Pada bulan Februari 1932 Tan Eng Hoa lulus ujian doktoral pertama di RHS (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-02-1932). Nasehat kedua yang tetap diikuti oleh Tan Eng Hoa adalah jika sukses studi jang pula lupa olah raga, Pada tahun 1932 Tan Eng Hoa masih bermain tennis (lihat antara lain Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-08-1932). Pada akhir tahun 1932 ini Tan Eng Hoa tidak hanya mendapat gelar juara tennis tetapi juga gelar studi. Tan Eng Hoa lulus ujian doktoral kedua (lihat De locomotief, 16-12-1932).

Sarjana hukum pertama orang Tionghoa (Cina) di Hindia Belanda adalah Mr Lie Tjong Tie yang diperoleh di Belanda pada tahun 1930 (lihat Arnhemsche courant, 19-03-1930). Disebutkan lulus ujian akhir di Leiden dalam bidang Indisch Recht (hukum Hindia) Lie Tjong Tie. Sebagaimana diketahui Lie Tjong Tie adalah salah satu angkatan pertama di Rechthoogeschool Batavia tahun 1924. Namun setelah ujian kandidat pertama, Lie Tjong Tie melanjutkan studi ke Belanda.    

Pada awal tahun 1933 Tan Eng Hoa dan Mr R Ch Benjamins dinyatakan pemerintah sebagai advokat (lihat De koerier, 10-02-1933). Mereka berdua membuka kantor hukum di Batavia beralamay di Kali Besar West No.17 (lihat  Bataviaasch nieuwsblad, 13-02-1933).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Rechthoogeschool di Batavia: Putra Putri Tionghoa Sarjana Hukum

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar