Laman

Kamis, 24 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (436): Pahlawan Indonesia - Tan Boen Aan Insinyur Teknik Sipil; Detik-Detik Berakhir THS Bandoeng

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tan Boen Aan bukanlah Tan Boen An tokoh politik di Medan. Tan Boen Aan adalah aktivis muda Tionghoa lulusan fakultas teknik THS di Bandoeng. Pada era pendudukan Jepang, Ir Tan Boen Aan cukup aman dan tetap mendapat tempat di dalam pemerintahan. Boleh jadi karena Ir Tan Boen Aan cukup dekat dengan golongan nasionalis. Satu tempat yang penting bagi Ir Tan Boen Aan adalah salah satu anggota DPR pada  era Republik Indonesia sebagai salah satu diantara perwakilan minoritas Cina/Tionghoa.

Tan Boen Aan atau Adil I[s]manto (lahir di Banjarnegara pada 14 Agustus 1918) adalah seorang politikus Tionghoa-Indonesia. Dari masa pendudukan Jepang sampai kemerdekaan Indonesia, ia menjabat sebagai insinyur Jawatan Pekerjaan Umum (irigasi wilayah Brantas). Ia tergabung dalam Partai Sosialis Indonesia. Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia menjabat sebagai anggota DPR mewakili Jawa Timur. Pada masa Demokrasi Parlementer, tahun 1950-1959, ia menjadi salah satu dari delapan orang peranakan Tionghoa menjadi anggota legislatif, yang lainnya adalah Tan Po Gwan, Tjoa Sie Hwie, Tjung Tin Jan, Teng Tjin Leng, Siauw Giok Tjhan, Tjoeng Lin Sen (kemudian Tio Kang Soen), dan Yap Tjwan Bing (kemudian Tony Wen atau Boen Kim To). (Wikipedia)   

Lantas bagaimana sejarah Tan Boen Aan? Seperti disebut di atas, Tan Boen Aan adalah tokoh Cina/Tionghoa yang dibedakan dengan Tan Boen An di Medan. Tan Boen Aan adalah aktivis organisasi Tionghoa lulusan THS Bandoeng yang cukup dekat dengan golongan nasionalis yang menjadi passwordnya menjadi anggota DPR pada sidang ke-VI di Jogjakarta. Lalu bagaimana sejarah Tan Boen Aan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Tan Boen Aan Insinyur Teknik Sipil; Detik-Detik Berakhir THS Bandoeng

Setelah lulus sekolah menengah, Tan Boen Aan melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Bandoeng. Pada tahun 1938 Tan Boen Aan lulus ujian tahun pertama di THS Bandoeng (lihat  Bataviaasch nieuwsblad, 04-06-1938). Yang sama-sama lulus dengan Tan Boen Aan antara lain Togar Pohan, R von Bartheld, Han Tik Bing, Mohamad Sjarif dan R Soehardi.

Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS Bandoeng) dibuka tahun 1920. Siswa yang diterima adalah lulusa HBS lima tahun dan AMS enam tahun. Lama studi empat tahun. R Soekarno, lulusan HBS Soerabaja diterima di THS tahun 1922 dan lulus tahun 1926. Lulusan HBS dan AMS juga ada yang melanjutkan studi teknik ke Belanda (di Delft). Tan Boen Ann, lulus dari HBS Batavia tahun 1937.

Pada tahun 1940 Tan Boen Aan lulus ujian tahun ketiga di THS Bandoeng (lihat  Bataviaasch nieuwsblad, 05-06-1940). Dari nama yang disebut di atas hanya von Bartheld dan Han Tik Bing yang lulus sama-sama Tan Boen Aan. Togar Pohan lulus tahun kedua. Ini mengindikasikan Pohan pernah satu tahun tinggal kelas atau menunda studi. Kini teman satu kelas Pohan antara lain AH Tamboenan Tio Keng Lim dan M Soebjanto.

Selama di Bandoeng Tan Boen Aan antif organisasi dan pada tahun 1940 menjadi ketua Ta Hsioh (cabang Bandoeng). Seperti halnya dulu organisasi pemuda pribumi banyak ragamnya dalam bentuk federasi pada tahun 1928 (semua telah merger tahun 1930 dengan nama tunggal), organisasi-organisasi pemuda Cina/Tionghoa yang sebelumnya dalam bentuk federasi pada konferensi 1937 dimerger (lihat De Indische courant, 20-05-1937). Hua Chiau Tsing Nien Hui dan Shiong Tih Hui bergabung dengan Centrale Chung Hsioh yang kemudian nama baru diubah menjadi Tsing Chung Hui (Jong Chineezen-Vereeniging); Konferensi berikutnya tahun 1938 diadakan di Soerabaja jika Djokja tidak bersedia. Dewan pertama Tsing Chung Hui terdiri sebagai berikut: Dr Sie Boen Lian, ketua kehormatan; Penasehat Dr. Ong Hok Lan dan Tan Tek Peng; Ketua Oh Sien Hong; Sekretaris pertama Ting Swan Tiong; Sekretaris ke-2 Ko Siok Hie; Bendahara Koo Jan Gwan; Komisaris: nona Lie Goen Djiet, Oey Bing Liong, Dr Tjoa Sik Ien, Oei Sing Bie, Kwee Tik Tjiang dan Tjan Joe Hok.

Tan Boen Aan lulus tahun 1941 dan mendapat gelar insinyur teknik sipil di THS Bandoeng. Tan Boen Aan langsung pulang kampong ke Pasoeroean. Namun tidak lama kemudian Tan Boen Aan diangkat sebagai insinyur pengairan di wilayah kerja Province Oost Java (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-06-1941). Sementara rekannya yang sama-sama lulus von Berthold yang berada di Bandoeng juga diangkat dengan tugas yang sama di Province Sumatra. Wilayah kerja Tan Boen Aan di Oost Java di afdeeling irigasi daerah aliran sungai Brantas (lihat De Indische courant, 24-07-1941).

Han Tik Bing baru dinyatakan lulus pada bulan Desember (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-12-1941). Tan Boen Aan termasuk yang lancar studi meski aktif di organisasi. Keterlamabatan lulus Han Tik Bing dan yang lain diduga kuat karena gagal di ujian bulan Mei dan harus dilakukan ujian ulangan pada bulan Desember. Tampaknya kelulusan di THS pada bulan Desember ini diduga kuat merupakan kelulusan terakhir di THS. Hal ini karena bulan Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada militer (kerajaan) Jepang.    

Pada awal tahun 1942 Ir Tan Boen Aan menikah dengan  L Kwee Hiang NIO (lihat Soerabaijasch handelsblad, 16-01-1942). Dari keterangan pernikahan ini diketahui keluarga Ir Tan Boen Aan berada di Kediri sedangkan istrinya di Pasoeroean.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir Tan Boen Aan: Aktivis Tionghoa Seorang Republiken

Selama pendudukan militer Jepang Ir Tan Boen Aan tidak terinformasikan. Ir Tan Boen Aan juga belum terinformasikan pada awal kemerdekaan Indonesia (setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945). Nama yang terinformasikan adalah Tan Ling Djie yang menjadi anggota Panitia Kerja Komite Nasional (Indonesia) Pusat (Badan Kerja KNIP) yang dipimpin oleh Soetan Sjahrir sebagai ketua dan Mr Amir Sjarifoeddi Harahap sebagai wakil ketua serta Mr R Soewandi sebagai sekretaris (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 31-10-1945).

Anggota termuda dari komite ini adalah Adam Malik, kepala kantor berita Republik Antara. Jumlah keseluruhan komite kerja adalah 25 orang termasuk Tan Ling Djie dari kelompok minoritas Cina/Tionghoa (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 27-11-1945). Partai Sosialis dipimpin oleh Soetan Sjahrir, Mr Amir Sjarifoeddi Harahap dan Oei Hwee Goat (gabungan dari Partai Rakyat Sosialis yang dipimpin Soetan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia yang dipimpin Mr Amir Sjarifoeddi Harahap).

Setahun kemudian dibentuk lagi komite kerja KNIP yang baru (lihat Algemeen Handelsblad, 27-11-1946). Komposisi Komite Kerja PNI (Partai Nasional Indonesia) dengan 10 kursi, diikuti oleh Partai Sosialis dengan 5 kursi, Masjumi dengan 5 kursi, Parkindo (Partai Kristen Indonesia) dan PPI (Pemoeda Poetri Indonesia, gerakan pemuda perempuan) masing-masing satu kursi dan Dr A. Halim (non partai). Pada bulan Maret 1947 anggota Komite Kerja masih Tang Ling Djie dan Siauw Giok Tjhan. Pada akhir 1947 kembali susunan Komite Kerja berubah dimana Tan Ling Djie (partai PKI) dan Mr Tan Po Goan (golongan Tionghoa).

Pada tahun 1948 Tan Boen Aan menjadi anggota DPR Negara Jawa Timur (lihat De vrije pers : ochtendbulletin, 18-12-1948). Pada bulan Juli 1949 Ir Tan Boen Aan terpilih menjadi ketua (partai) Persatoean Tionghoa Soerabaja (lihat De vrije pers : ochtendbulletin, 08-07-1949).

Anggota KNIP pada Sidang ke VI di Jogjakarta (Desember 1949) dari golongan minoritas Cina/Tionghoa adalah Inje Beng Hoat, Liem Koen Hian, Dr Ong Eng Die, Ir Tan Boen Aan (tinggal di Bondowoso) dan Drs Yap Tjwan Bing.

Pada era RIS anggota DPR-RIS 1950 antara lain Yap Tjwan Bing, Mr Teng Tjin Leng, Ir Tan Boen Aan (Negara Jawa Timur), Mr Tjoa Sie Hwie, Tjoeng Tin Jan dan Tjoen Lin Sen  Dalam daftar anggota DPR hasil Pemilu 1955 tidak ada nama Ir Tan Boen Aan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar